Kaskus

Story

kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
Sang Pemburu (Fiksi)
Halo buat semua agan-aganwati di dunia perkaskusan ini. Salam kenal dari saya selaku newbie yang juga ingin ikut meramaikan tulisan-tulisan di forum SFTH. Berhubung masih belajar dan ini juga thread pertama, mohon maaf kalau ada kesalahan di sana-sini. Monggo kalau ada agan-aganwati yang ingin ngasih saran dan juga kritik.

Ini ceritanya murni fiksi, hasil dari ngelamun pas di kamar tidur sama di WC emoticon-Big Grin emoticon-Big Grin. Kalau soal update saya nggak bisa kasih jadwal. Semoga aja amanah buat nerusin ceritanya sampe selesai.
Segitu dulu aja ya, Gan. Maaf kalau terlalu formal bahasanya.

Selamat menikmati.

[SPOILER=Index]
PART 1
PART 2 : Warehouse Tragedy
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 : Ikmal 'The Master'
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11 : Hendro and the Asses
PART 12
PART 13
PART 14 : Kuterima Suratmu
PART 15
PART 16
PART 17 : Pensi Part I I Pensi Part II
PART 18
PART 19 : Perpisahan
PART 20
PART 21 : A man with Gun
PART 22
PART 23 : Bon Bin
PART 24 : Malam yang Nggak Terlupakan Part I I Part II
PART 25
Part 26 : The Dog
PART 27
PART 28 : Wiwid, Mita dan Yesi
PART 29
PART 30 : Rob 'The Jackal' Part I Part II
PART 31
PART 32 : The Sparrow
PART 33
PART 34 : REUNION
PART 35
PART 36 : THE BARKING DOG
PART 37
PART 38
Diubah oleh kawmdwarfa 03-06-2022 09:00
tet762Avatar border
sunshii32Avatar border
anton2019827Avatar border
anton2019827 dan 20 lainnya memberi reputasi
19
33.7K
115
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
#3
PART 3


Aku diseret ke dalam. Perasaanku begitu kacau. Baiknya mungkin aku pingsan saja, tapi memang tidak. Aku bisa merasakan sakit karena semua pukulan dan tendangan itu. Aku benar-benar ketakutan.

“Bang! Ini dia yang ngintip kita tadi,” kata salah satunya. Aku pun dilepas.

Orang itu nampak terkejut. Dia pun mendekatiku. “Ngapain kamu di sini?”

“JAWAB ANJ#NG!” seseorang kembali menendang badanku.

“Udah! Biarin dia. Dudukin dia di sana,” katanya sambil berpaling. Aku pun diseret dan disandarkan ke dinding.

Rob tersenyum. Orang itu tengah mengenakan bajunya lagi ketika Rob mendekat. “Masih ganas seperti dulu.”

Orang itu berbalik. Di luar dugaan, ia tiba-tiba menarik kerah baju Rob. Rautnya kian serius. Matanya melotot. “Aku tau dia udah nggak diinginkan lagi sama kelompoknya.”

“Aku tau kamu tau itu.” Dari pinggangnya, Rob lalu mencabut sebuah pisau dan memamerkannya di dekat wajah. Senyumnya belum hilang. Mimiknya begitu tenang. “Kamu nggak bunuh dia pun, dia pasti mati. Bajingan kayak dia nggak punya kehormatan. Dia pantas dibuang. Aku beruntung bisa ngelihat kamu kayak tadi lagi.”

“Aku nggak bilang aku mau kembali!” tatapannya kian nanar

“Oke, oke,” pelan-pelan, Rob melepaskan cengkeraman itu. Dia diam beberapa saat. Sekejap kemudian tingkahnya berubah. Jauh lebih emosional. “Anj#ng! Jas! I miss you, Man. We really really miss you. Come back. Please.”

Gila. Apa iya aku tidak salah lihat. Rob yang wajahnya seram begitu langsung memelas seperti anak kecil yang merengek. Aku benar-benar nggak kepikiran sama sikapnya. Sakit. Benar-benar sakit. Alih-alih menjawab, orang itu kini menghampiriku. Membantuku berdiri, dan memapahku keluar dari sini. Aku melihat wajah-wajah orang itu sekilas. Kepergian kami diiringi kekecewaan. Dan, ta#k! Ta#k! Aku lupa kalau di gedung ini sudah ada mayat. Wajahnya melongo, berdarah-darah, hancur.

Perutku langsung mual.

“TERSERAH KAMU, JAS!! INGAT! SAMPAI KAPANPUN, KITA INI SAUDARA. KAMU TETAP BAGIAN DARI KAMI. ELJAAAS! SANG PEMBURU!!!”

Rupanya dia Eljas. Hah? Apa? Pemburu?

***


Kami meninggalkan tempat itu menggunakan motorku. Aku dibonceng. Aku nggak ingat sudah berapa jauh kami melaju. Setelahnya kami berhenti sebentar. Aku dipapah dan didudukkan di trotoar. Habis itu dia pergi entah ke mana. Aku masih lemas. Kepalaku masih terasa berat. Aku menoleh ke sekelilingku untuk mencarinya. Samar-samar, aku lalu melihat dia kembali dari seberang jalan.

“Nih,” diserahkannya sebotol air mineral.

Aku meminumnya. Bernafas selama beberapa saat. Rasanya sudah sedikit membantu.

“Udah mendingan?”

Aku mengangguk.

‘PLAK!!!’

“AAAAAW!!"

‘PLAK! PLAK!’

“bodoh kamu! Ngapain kamu ngikutin aku ke sana, hah?!!”

“Ampun, Bang!” aku melindungi wajahku sambil tertunduk. Bawaannya udah mau nangis aja.

“Jawab!” ancamnya. Tangannya sudah terangkat lagi.

“Nggak tau, Bang. Aku nggak tau.”

“bodoh! Mau nyari mati apa kamu?!!” bentaknya.

“Ampun, Bang. Jangan bunuh aku, Bang,” mataku sudah basah lagi.

“Euuu! bodoh! Bunuh, bunuh. Diam kamu!” bentaknya lagi. Aku yakin saat itu situasinya mulai menarik buat orang-orang sekitar. Dan dia sama sekali tidak perduli. “Diam! Kubunuh beneran juga ini anak!”

Ajaibnya aku bisa terdiam. Aku masih terlalu muda untuk mati.

“Minum lagi itu,” perintahnya tanpa membentak. Lalu berdiri begitu melihat sesuatu dari arah jauh. “Ayok berdiri,” katanya sambil memapahku. Kulihat di depan sana sudah ada angkutan yang berhenti. “Bisa bawa motor sendiri, kan?”

Aku mengangguk. Mau tak mau.

***

Diubah oleh kawmdwarfa 17-09-2016 08:55
redrices
69banditos
fakhrie...
fakhrie... dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.