Kaskus

Story

kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
Sang Pemburu (Fiksi)
Halo buat semua agan-aganwati di dunia perkaskusan ini. Salam kenal dari saya selaku newbie yang juga ingin ikut meramaikan tulisan-tulisan di forum SFTH. Berhubung masih belajar dan ini juga thread pertama, mohon maaf kalau ada kesalahan di sana-sini. Monggo kalau ada agan-aganwati yang ingin ngasih saran dan juga kritik.

Ini ceritanya murni fiksi, hasil dari ngelamun pas di kamar tidur sama di WC emoticon-Big Grin emoticon-Big Grin. Kalau soal update saya nggak bisa kasih jadwal. Semoga aja amanah buat nerusin ceritanya sampe selesai.
Segitu dulu aja ya, Gan. Maaf kalau terlalu formal bahasanya.

Selamat menikmati.

[SPOILER=Index]
PART 1
PART 2 : Warehouse Tragedy
PART 3
PART 4
PART 5
PART 6
PART 7 : Ikmal 'The Master'
PART 8
PART 9
PART 10
PART 11 : Hendro and the Asses
PART 12
PART 13
PART 14 : Kuterima Suratmu
PART 15
PART 16
PART 17 : Pensi Part I I Pensi Part II
PART 18
PART 19 : Perpisahan
PART 20
PART 21 : A man with Gun
PART 22
PART 23 : Bon Bin
PART 24 : Malam yang Nggak Terlupakan Part I I Part II
PART 25
Part 26 : The Dog
PART 27
PART 28 : Wiwid, Mita dan Yesi
PART 29
PART 30 : Rob 'The Jackal' Part I Part II
PART 31
PART 32 : The Sparrow
PART 33
PART 34 : REUNION
PART 35
PART 36 : THE BARKING DOG
PART 37
PART 38
Diubah oleh kawmdwarfa 03-06-2022 09:00
tet762Avatar border
sunshii32Avatar border
anton2019827Avatar border
anton2019827 dan 20 lainnya memberi reputasi
19
33.7K
115
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
kawmdwarfaAvatar border
TS
kawmdwarfa
#1
PART 1


Sekitar jam lima sore, aku sampai di kos. Dan aku heran melihat ada banyak motor yang parkir di depan kosku. Keramaiannya nggak kayak biasa.

Ada apa ini, kupikir.

“Misi, Mas,” kataku yang hendak lewat. Dan yang berjubel di pintu pagar tidak merespon. Semuanya asyik melihat ke dalam. “MISI, MAAS!” kataku lagi dengan lebih keras.

Akhirnya mereka menoleh, sebelum memberiku jalan dengan tatapan yang sangat tidak bersahabat.

Aku menelusupi kerumunannya sambil menuntun motorku. Setelah memarkirkan motor, aku yang penasaran langsung geser-geser kepala sambil sesekali jinjit. Akhirnya kelihatan juga, masih belum terlalu jelas tapi.

“Woy.”

Aku menoleh. Beberapa orang rupanya sudah menatapku, isyarat kalau ini bukanlah urusanku sama sekali. Aku pun berjalan lagi, menaiki tangga menuju kamarku di lantai atas. Waktu itu semua kamar pintunya tertutup. Entah kalau penghuni lain memang belum pulang, atau ketakutan karena situasinya seperti ini.

Begitu sampai di lantai atas, aku menyempatkan untuk menoleh ke bawah. Aku sudah menyangka kalau ini urusannya dengan salah satu penghuni, hanya saja aku tak menduga kalau aku akan melihat dia, orang itu. Dan jika dilihat dari situasinya, aku yakin dia tengah berhadapan dengan ketua dari gerombolan ini.

Sambil jalan aku terus menguping. Masih beberapa meter lagi sebelum aku sampai ke kamar.

“Trus? Jadinya gimana?”

“Udahlah. Nggak perlu, Rob.”

Orang itu berpaling ke kiri-kanan. Ekspresinya menampakkan jika ia masih belum menerima. “Oke, gini. Kamu memang udah berhenti. Kita hormatin itu. Kita hormatin. Tapi tolong. Jangan pungkirin asal kamu yang sebenarnya. Ingat, kamu,” ucap laki-laki itu sambil memegang pundaknya, “adalah orang yang udah bikin kita besar.”

Berhenti dari apa? Besar? Apa maksudnya?

“Aku terus terang kecewa. Kamu mutusin buat berhenti pas kita lagi jaya-jayanya. Tapi tolong. Seenggaknya kasih aku kesempatan buat ngebalas rasa terimakasihku.”

“Aku harus bilang berapa kali? Satu-satunya cara buat kamu ngebalas itu, biarin aku hidup tenang, Rob.”

“Enggak,” orang itu menggeleng. “Enggak gini aturan mainnya.”

“Rob!”

“Kita hanya butuh nama,” orang itu mengangkat telunjuknya. “Satu nama dari kamu, kita pergi dari sini.”

Saat itu aku sudah di depan kamar sambil melepaskan sepatu. Kemudian aku masuk. Pintunya kututup dan aku langsung mengintip. Kordin jendelanya kubuka secuil biar nggak ketahuan.

“Rob, aku udah nggak mau lagi yang kayak dulu.”

“Oke. Kamu nggak mau kasih nama, oke,” ucapnya mengangguk. “Kita bisa sapu bersih.”

Sapu bersih? Sapu bersih apanya?

“Kita pergi!” teriaknya ke semua. “Kita sapu daerahnya. Mulai dari...”

“MAXX!!!” selanya secepat mungkin. “Max yang udah ngelakuin ini.”

Laki-laki itu terkekeh. “Udah kuduga. Memang anj#ng.”

“Max sendirian. Jangan ada orang lain. Tangkap dia, bawa ke gudang. Aku nanti ke sana.”

Laki-laki itu tersenyum. Dia lalu mendekat dan memeluknya. Penghuni kos ini hanya diam. Sebentar saja, orang itu pun berlalu diikuti semuanya. Kerumunan lantas menghilang seiring dengan gerungan knalpot-knalpot yang bising. Menyisakan orang itu sendirian. Memegang seplastik transparan, yang jika boleh kutebak adalah sekotak nasi.

Aku terkejut dan langsung menjauh dari jendela. Sial, orang itu tiba-tiba melihat ke sini.

***

Diubah oleh kawmdwarfa 07-01-2017 16:39
redrices
fakhrie...
sormin180
sormin180 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.