DESA TRADITIONAL DUSUN BELEQ
![kaskus-image]()
LOKASI
Kecamatan.: KHAYANGAN
Kabupaten..: LOMBOK UTARA
Provinsi......: NTB
Quote:
Quote:
Quote:
Tak hanya kebudayaannya saja yang unik, Suku Sasak ternyata juga mengenal ilmu tata ruang sejak jaman lampau. Terlihat dari kearifan mereka dalam menata ruang pemukiman. Berkunjung ke Dusun Beleq, sebuah dusun yang terletak di daerah Gumantar, Kecamatan Khayangan, Lombok Utara. Desa ini sedikit jauh dari pertigaan Kecamatan Khayangan, sebuah kawasan pemukiman yang sepi dengan sesekali melewati hutan. Setibanya di desa ini, anda akan dibuat kagum dengan arsitekturnya. Desa ini sangat rapi, beberapa rumah tradisional berdiri tegak di dalam lahan yang berpagar.
Dusun ini di huni oleh 76 kepala keluarga yang kesemuanya adalah orang Bayan. Orang Bayan disini tak jauh berbeda dengan Bayan Beleq. Acara-acara besar mereka dilakukan pada tanggalan yang sama, seperti Maulid Nabi yang dilakukan di bulan Januari tahun depan, saat purnama.
Rumah-rumah tradisional yang berdiri berada di dalam lingkup pagar dengan luas area kurang lebih 2 ha, dalam lingkup area yang dipagar, tak boleh ada listrik, dan bangunan-bangunan modern. Mereka juga memiliki tatanan adat dimana ada Penghulu, Mangku (pemegang pemerintahan), Pamekel (sejenis jaksa), Raden, dan Turun (sejenis polisi). Fungsi struktur adat ini berjalan dengan baik hingga saat ini.
Hal yang menarik lainnya di sini adalah yang disebut sebagai Watu Telu atau Metu Telu. Watu Telu merujuk pada hal-hal yang mengisi dunia ini. Segala hal yang ada di dunia ini ada karena adanya kelahiran, bertelur, dan tumbuh. Itulah kearifan lokal mereka.
Masyarakat disini cukup fleksibel dengan adanya perubahan zaman. Karena menurut mereka, leluhur sudah memperkirakan hal itu sejak dahulu, namun mereka tak boleh mendahului perubahan itu. Intinya, mereka boleh menyesuaikan dengan jaman, ketika semua warganya telah mampu menyesuaikan diri, tak boleh hanya orang per orang saja. Misalkan, jika hanya seorang saja yang berpakaian, sedangkan yang lain belum mampu berpakain, biasanya orang yang berpakaian itu sakit.
Mereka juga membolehkan adanya pendidikan formal, dulu hanya 4 orang yang bersekolah karena jarak yang ditempuh 13km pulang-pergi untuk berjalan. Nah, pada akhirnya 4 orang tadilah yang akhirnya berhasil membawa sumber air yang berkilo-kilometer hingga bisa hanya berjarak 200m di luar pagar area pemukiman. Disini kita bisa melihat potret masyarakat tradisional yang belajar mengharmonisasikan aturan adat dengan perubahan jaman.
![kaskus-image]()