- Beranda
- Stories from the Heart
Di ujung jalan
...
TS
3005fm
Di ujung jalan
Prolog cerita dihapus untuk tempat index cerita.
Untuk memudahkan pembacaan cerita dan karena ada beberapa yang request, maka saya bikin list partnya. Setiap part yang udah di update akan langsung dimasukan ke index.
Semoga makin semangat baca ceritanya
Di ujung jalan :
Bab 1 - Wawancara Majalah Food & Travel
Bab 2 - Pameran Seni
Bab 3 - Pertemuan Kedua
Bab 4 - Karyawan Baru
Bab 5 - Mengenal Nata
Bab 6 - Ini Apa ?
Bab 7 - Sakit
Bab 8 - Happiness
Bab 9 - Undefined Feeling
Bab 10 - Penjelasan dan Luka Lama
Bab 11 - Rasa Penasaran
Bab 12 - Something Wrong
Bab 13 - Liar
Bab 14 - Penyakit Bulan
Bab 15 - Egois
Bab 16 - Nekat
Bab 17 - Hurt (again)
Bab 18 - Salah Paham
Bab 19 - Akhir yang Baik
Bab 20 - Finally
Di ujung jalan (Bimo POV) :
Bab 1 - Pertemuan Awal
Bab 2 - Diam-diam
Bab 3 - Kebodohan
Bab 4 - Solo
Bab 5 - Pengakuan
Bab 6 - Shows Her
Bab 7 - Move On
Bab 8 - New Girl
Bab 9 - Nadia
Bab 10 - Jealous
Bab 11 - Jadian
Bab 12 - Kembali
Bab 13 - 1st Anniversary
Bab 14 - Accident
Bab 15 - Lost Her
Diubah oleh 3005fm 15-01-2017 12:24
anasabila memberi reputasi
1
14.3K
117
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•42.7KAnggota
Tampilkan semua post
TS
3005fm
#66
Di ujung jalan
Bab 19
Akhir yang Baik
8 tahun sebelumnya....
"Lagi ngapain sih kamu ?" Tanya Bulan yang sedang kesal karena Ardi yang sibuk dengan hpnya tanpa memerhatikannya.
"Ini aku lagi sms bentar, Lan...."
"Tapi dari tadi sibuk sama hpnya terus, siapa sih ? Kok namanya sama kayak aku sih ?" Bulan sewot saat melihat nama yng tertera di hp Ardi adalah nama yang sama dengannya.
Ardi menutup hpnya, lalu tersenyum. "Kamu cemburu ?"
"Enggak ! Siapa bilang ? Aku cuma nanya dari tadi," sahut Bulan sambil mengalihkan tatapannya ke arah lain.
"Coba nih telepon orang yang katanya namanya sama kayak kamu..."
"Mana sini ? Aku pengen tau, orang yang namanya sama kayak aku gimana..."
Bulan menekan tombol hijau pada hp Ardi lalu mendekatkan hp Ardi ke telinganya.
"Halo, Nak ? Ada Apa telpon ibu ?"
Bulan pucat. Ternyata orang yang dari tadi ribut dibicarakan adalah mamanya Ardi. Dan nama mereka sama, Bulan nggak mau membuat mamanya Ardi menunggu lebih lama, ia pun segera berbicara. "Halo Tante. Saya Bulan, pacarnya Ardi."
"Oh, nak Bulan. Iya, saya juga denger banyak dari Ardi tentang kamu."
"Iya Tante, saya awalnya nggak percaya kalo misalkan nama tante sama dengan saya. Saya kira Ardi bercanda."
"Oh gitu. Nggak papa, Tante juga awalnya kaget kalo nama kita sama."
"Ya udah Tante, saya permisi mau pergi makan sama Ardi. Tante hati-hati."
"Makasih sayang, kamu juga."
Bulan menutup telepon lalu menutup wajahnya ia malu karena cemburu berlebihan.
"Gimana suara selingkuhan aku, sayang ?" Ardi terkekeh sambil mengelus pelan rambut Bulan.
"Aku minta maaf, ternyata itu mama kamu."
***
"Jadi Bulan juga pernah salah sangka ?" Nata berusaha meredam kekagetannya sambil menatap jam dinding yang ada di dekat ruang tamu.
"Iya, Nat. Dan soal penamaan kedai, sama sekali bukan karena Bulan. Tapi karena aku terinspirasi sama mamaku sendiri, Mungkin Bulan nggak mau aku nikah sama kamu."
Ardi menghela napas. Lalu melanjutkan omongannya lai. "Kalo kamu kurang percaya, aku cuma simpen nomor mamaku doang, dan nggak ada nomornya Bulan. Aku emang selalu simpen nama asli mamaku tanpa embel-embel 'Ma' atau 'nyokap'."
Tapi Nata masih belum menyerah, ia juga meminta kejelasan tentang foto itu. "Terus gimana soal foto kamu ciuman sama dia ?"
Ardi tau kalo Nata juga akan bertanya tentang ini. Ardi siap untuk menjelaskannya meskipun dengan kemungkinan terburuk Nata mungkin tidak mempercayainya.
"Sore itu pas kamu bilang aku mesti selesaiin semuanya sebelum kita nikah, aku ke tempatnya Bulan. Tapi pas ternyata semuanya hampir clear, dia bilang nggak mau cuma jadi sekedar temen buat aku. Dia tiba-tiba ngedeketin aku terus cium aku secara tiba-tiba. Bulan nahan badan aku, terus nggak tau gimana tiba-tiba dia foto aku ... Aku nggak tau cara jelasinnya ke kamu, tapi aku masih punya perasaan yang sama ke kamu."
Nata terdiam, ia nggak tau mesti memercayai Ardi atau enggak. Otaknya bilang untuk jangan memberi kesempatan kedua untuk Ardi, tapi hatinya berkata lain.
"Kamu bener-bener masih marah ya, Nat ?" Tanya Ardi dengan wajah yang terlihat sedih dan kecewa.
Tapi kemudian Nata sudah mengambil keputusan. "Kamu bawel banget sih, tadi aku lagi mikir berapa senti gaunnya mesti dikecilin. Aku jadi kurusan sejak mikirin kamu."
"Hah ?" Ardi melongo bingung dengan arah pembicaran Nata
"Bengong mulu, nggak mau nemenin aku ke penjahitnya ?"
Ardi menahan tangan Nata yang berjalan di depannya. "Ya ampun Nat, aku kangen banget." Ardi memeluk Nata sambil mencium kening Nata singkat.
0