- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah, gue mati aja
...
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Cover By: kakeksegalatahu
Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.
Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue


----------
----------
PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.
----------
Spoiler for QandA:
WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+
NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY
Spoiler for Ilustrasi:
Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#2294
PART 75
Gue pernah bilang kalo cowok tahu kapan harus bohong. Dan gue juga pernah bilang kalo cewek tahu kapan cowok bohong.
Kejadiannya dua hari yang lalu. Akhirnya Grace tahu kalo selama ini gue udah punya pacar. Dia marah? Enggak. Maksud gue, gue enggak tahu dia marah apa enggak. Sepulang dari keluar bareng malem itu, iya, malem yang waktu gue dikira kena kutu air. Dia akhirnya tahu, dia akhirnya tahu kalo gue udah jadian sama Masayu jauh sebelum dia nembak gue.
Malam itu gue sengaja enggak kasih tahu orang kos kalo gue mau pergi bareng Grace. Gue bermaksud diam-diam keluar sama dia tanpa ada seorang pun yang tahu. Tapi bad luck buat gue, Masayu diam-diam ikutin gue keluar sama Grace, tanpa gue ketahui.
Malam itu semuanya lancar, bener-bener lancar sampe gue enggak sadar kalo ada orang penting di hidup gue ikut menyaksikan.
“Jadi kakak beneran udah punya pacar?” tanya Grace.
Gue mengangguk pelan, “Iya.”
“Kok kakak tega banget sih? Aku engga… aku kira selama ini kakak cowok baik-baik.”
Dia kira gue ini cowok baik-baik? Sama, gue juga. Gue kira gue juga cowok baik-baik. Tapi ternyata gue lebih brengsek dari yang gue kira.
Grace tersenyum, “Kakak enggak sayang sama aku?”
Mulut gue terkunci rapat, lidah gue kelu, lebih kelu dari yang sebelumnya pernah gue rasakan. Gue sayang sama Grace, tapi engggak seharusnya gue nyatakan.
“Aku udah berubah mati-matian buat kakak! Dari high heels jadi sneaker! dress jadi flannel! ombre jadi short cut!” Grace menyeka air matanya, “Ini semua cuma buat kakak!”
“Grace….”
“Kakak bisa sayang sama adek kakak sendiri yang penampilannya kayak gini! Aku kira kakak bakalan bisa sayang juga sama aku kalo aku berubah jadi kayak adek kakak! Tapi kenyataannya!”
Grace terdiam, begitu juga dengan gue. Gue enggak menyangka kalo ternyata selama ini dia berubah total hanya karena masalah hubungan ini.
Dia menggenggam tangan gue, “Aku bahkan sebelumnya belum pernah ke kafe ini kak, tempatku bukan disini, lebih tinggi dari ini, kakak tahu kan?”
Gue menarik tangan yang digenggam oleh Grace.
“Kak… kakak bisa kan putusin dia? Kakak mau kan jalanin hubungan sama aku?”
“Enggak!” teriak Masayu mengagetkan gue dan Grace.
“Lhoh Yang? Kok kamu bisa ada disini?!”
Masayu mencium pipi gue, “Bagus deh kalo kamu akhirnya berani mengakhiri hubungan kalian yang rahasia ini.
Gue tertunduk, pikiran gue kemana-mana. Apa mungkin selama ini Masayu udah tahu tentang hubungan gue dengan Grace? Entahlah, semua kemungkinan luput dari pikiran gue.
“Heh, enggak usah sok nangis! Yang kamu perbuat ini udah salah, masih niat buat dijlanjutin?!” Masayu mendorong Grace, “Kamu denger ya! cowok bener tuh bakalan tulus sayang sama ceweknya apa adanya! Bukan karena merubah penampilan! Dan dia enggak bakal berpaling meski ada cewek lain yang lebih perfect!”
Grace berdiri, matanya tajam menatap Masayu. Enggak, kali ini dia lebih memilih meninggalkan masalah daripada menggunakan stun gunnya. Dia meninggalkan gue dan Masayu tanpa sepatah katapun.
Masayu menarik tangan gue, “Ayo pulang.”
Tanpa berkata-kata gue mengikuti Masayu di belakang.
Malam itu semuanya diluar dugaan gue, bener-bener diluar dugaan gue. Penjelasan perubahan dari Grace, munculnya Masayu, perginya Grace tanpa sepatah katapun, semuanya diluar logika yang gue miliki.
Gue shock, gue masih belum bisa menangkap bahwa ini semua kenyataan. Kali ini Masayu yang berada di kursi sopir, gue disebelahnya, di kursi navigator.
“Aku seneng kamu berani jujur tentang hubungan kita ke gebetanmu. Padahal dia tuh kayaknya jauh lebih tinggi segalanya dari aku lho Yang. Padahal ya kalo posisi kita dituker mungkin aku bakalan ninggalin kamu lho Yang.”
Gue hanya bisa tersenyum menyikapi semua perkataan Masayu. Gue merasa gagal sebagai pasangan, enggak seharusnya gue kayak gini. Enggak seharusnya gue memiliki hubungan spesial dengan Grace, atau siapapun itu.
Sesampainya di depan kos Masayu tidak membuka central lock, dia mematikan mesin mobilnya. Dengan tiba-tiba dia menarik kerah baju gue. Dia mencium gue, dengan kesunyian yang ada di dalam dan diluar mobil. Ciuman yang lama, lebih lama dari pertama kali dia mencium gue. Hingga perlahan di menjauhkan bibirnya.
“Yuu—”
Masayu menaruh telunjuknya di bibir gue dan menaruh senyuman di bibirnya, “Kita putus.”
Gue pernah bilang kalo cowok tahu kapan harus bohong. Dan gue juga pernah bilang kalo cewek tahu kapan cowok bohong.
Kejadiannya dua hari yang lalu. Akhirnya Grace tahu kalo selama ini gue udah punya pacar. Dia marah? Enggak. Maksud gue, gue enggak tahu dia marah apa enggak. Sepulang dari keluar bareng malem itu, iya, malem yang waktu gue dikira kena kutu air. Dia akhirnya tahu, dia akhirnya tahu kalo gue udah jadian sama Masayu jauh sebelum dia nembak gue.
Malam itu gue sengaja enggak kasih tahu orang kos kalo gue mau pergi bareng Grace. Gue bermaksud diam-diam keluar sama dia tanpa ada seorang pun yang tahu. Tapi bad luck buat gue, Masayu diam-diam ikutin gue keluar sama Grace, tanpa gue ketahui.
Malam itu semuanya lancar, bener-bener lancar sampe gue enggak sadar kalo ada orang penting di hidup gue ikut menyaksikan.
“Jadi kakak beneran udah punya pacar?” tanya Grace.
Gue mengangguk pelan, “Iya.”
“Kok kakak tega banget sih? Aku engga… aku kira selama ini kakak cowok baik-baik.”
Dia kira gue ini cowok baik-baik? Sama, gue juga. Gue kira gue juga cowok baik-baik. Tapi ternyata gue lebih brengsek dari yang gue kira.
Grace tersenyum, “Kakak enggak sayang sama aku?”
Mulut gue terkunci rapat, lidah gue kelu, lebih kelu dari yang sebelumnya pernah gue rasakan. Gue sayang sama Grace, tapi engggak seharusnya gue nyatakan.
“Aku udah berubah mati-matian buat kakak! Dari high heels jadi sneaker! dress jadi flannel! ombre jadi short cut!” Grace menyeka air matanya, “Ini semua cuma buat kakak!”
“Grace….”
“Kakak bisa sayang sama adek kakak sendiri yang penampilannya kayak gini! Aku kira kakak bakalan bisa sayang juga sama aku kalo aku berubah jadi kayak adek kakak! Tapi kenyataannya!”
Grace terdiam, begitu juga dengan gue. Gue enggak menyangka kalo ternyata selama ini dia berubah total hanya karena masalah hubungan ini.
Dia menggenggam tangan gue, “Aku bahkan sebelumnya belum pernah ke kafe ini kak, tempatku bukan disini, lebih tinggi dari ini, kakak tahu kan?”
Gue menarik tangan yang digenggam oleh Grace.
“Kak… kakak bisa kan putusin dia? Kakak mau kan jalanin hubungan sama aku?”
“Enggak!” teriak Masayu mengagetkan gue dan Grace.
“Lhoh Yang? Kok kamu bisa ada disini?!”
Masayu mencium pipi gue, “Bagus deh kalo kamu akhirnya berani mengakhiri hubungan kalian yang rahasia ini.
Gue tertunduk, pikiran gue kemana-mana. Apa mungkin selama ini Masayu udah tahu tentang hubungan gue dengan Grace? Entahlah, semua kemungkinan luput dari pikiran gue.
“Heh, enggak usah sok nangis! Yang kamu perbuat ini udah salah, masih niat buat dijlanjutin?!” Masayu mendorong Grace, “Kamu denger ya! cowok bener tuh bakalan tulus sayang sama ceweknya apa adanya! Bukan karena merubah penampilan! Dan dia enggak bakal berpaling meski ada cewek lain yang lebih perfect!”
Grace berdiri, matanya tajam menatap Masayu. Enggak, kali ini dia lebih memilih meninggalkan masalah daripada menggunakan stun gunnya. Dia meninggalkan gue dan Masayu tanpa sepatah katapun.
Masayu menarik tangan gue, “Ayo pulang.”
Tanpa berkata-kata gue mengikuti Masayu di belakang.
Malam itu semuanya diluar dugaan gue, bener-bener diluar dugaan gue. Penjelasan perubahan dari Grace, munculnya Masayu, perginya Grace tanpa sepatah katapun, semuanya diluar logika yang gue miliki.
Gue shock, gue masih belum bisa menangkap bahwa ini semua kenyataan. Kali ini Masayu yang berada di kursi sopir, gue disebelahnya, di kursi navigator.
“Aku seneng kamu berani jujur tentang hubungan kita ke gebetanmu. Padahal dia tuh kayaknya jauh lebih tinggi segalanya dari aku lho Yang. Padahal ya kalo posisi kita dituker mungkin aku bakalan ninggalin kamu lho Yang.”
Gue hanya bisa tersenyum menyikapi semua perkataan Masayu. Gue merasa gagal sebagai pasangan, enggak seharusnya gue kayak gini. Enggak seharusnya gue memiliki hubungan spesial dengan Grace, atau siapapun itu.
Sesampainya di depan kos Masayu tidak membuka central lock, dia mematikan mesin mobilnya. Dengan tiba-tiba dia menarik kerah baju gue. Dia mencium gue, dengan kesunyian yang ada di dalam dan diluar mobil. Ciuman yang lama, lebih lama dari pertama kali dia mencium gue. Hingga perlahan di menjauhkan bibirnya.
“Yuu—”
Masayu menaruh telunjuknya di bibir gue dan menaruh senyuman di bibirnya, “Kita putus.”
Diubah oleh dasadharma10 02-08-2016 06:24
0


