- Beranda
- Stories from the Heart
Tanaka, Aku Padamu!!!
...
TS
Wah Cantiknya
Tanaka, Aku Padamu!!!
Quote:
WARNING!!!Cerita yang ada dalam thread ini adalah fiksi semua. Jadi gue saranin supaya kalian bacanya jangan terlalu baper.

Kalo gag sibuk, cerita bisa TS update setiap hari, kalo sibuk ya minimal seminggu sekali insya Allah update.




RULES :
JANGAN NGEFLAME!
JANGAN NGEFLAME!
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh Wah Cantiknya 08-02-2017 21:50
anasabila memberi reputasi
1
16.7K
Kutip
124
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Wah Cantiknya
#71
Akhirnya Bertemu (lagi)
Quote:
Tanpa pikir panjang, Tanaka langsung tancap gas menuju tempat yg diberitahukan lewat sms tadi. Karena jarak kota Garut dari kota Bogor cukup jauh, Tanaka sampai ke tempat tujuan sore hari, itu pun harus salah arah beberapa kali.
Sampai ditujuan Tanaka langsung celingukan mencari sosok yg sangat ingin dilihatnya, Ayunda. Tapi sama sekali tidak ada tanda2.keberadaan Ayu disana.
Tanaka hampir berjalan pergi ketika seseorang menepuk pundaknya.
“Ayu?” Kata Tanaka kaget sekaligus senang
Ayu tersenyum kecil, sekujur tubuhnya masih terasa sakit. “Ternyata elo. “
“Kamu sendiri?” Tanya Tanaka
Ayu mengangguk lesu. Wajahnya terlihat sangat letih.
“yasudah, kita pergi dulu dari sini. “ Tanaka memapah Ayu berjalan.
Tanaka berinisiatif untuk membawa Ayu segera pergi dari sana. Sebenarnya banyak yg ingin Tanaka tanyakan, tapi melihat kondisi Ayu yg tidak memungkinkan, sebaiknya Tanaka membawa Ayu ke Rumah Sakit terdekat untuk diberi pengobatan.
Sesampainya dirumah sakit. Ayu langsung diberi pertolongan oleh tim medis disana, tidak ribet, hanya mengukur tensi darah dan memeriksa kondisi tubuh.
“Pacar mbak kelihatan panik banget tuh, padahal mbaknya cuma kecapean aja. Pasti dia sayang banget sama mbak.” Canda perawat laki2 yg memeriksa Ayu.
Ayu tersipu malu dianggap sepasang kekasih dengan Tanaka.
“Panik apanya mas? Orang biasa aja tuh kayaknya.” Jawab Ayu tak mau kegeeran.
“Masa mbak gag bisa bedain sih mana panik mana biasa aja. Dari muka aja udah keliatan cemas banget dia.”
Ayu hanya terdiam tak mau menjawab. Biarkan saja perawat ini dengan analisisnya sendiri.
“Pacar anda baik2 saja mas, tekanan darah 120/80 itu normal, masalahnya mungkin kondisi tubuh mbaknya lemah karena kecapean dan belum makan. “ Kata si perawat sesaat setelah keluar dari ruang periksa.
Ayu tertunduk malu disebut pacar Tanaka oleh si perawat.
“Ya, itu kabar baik. Terima Kasih. “ Ucap Tanaka, lega.
Tanaka juga tidak menyangkal kalau Ayu adalah bukan pacarnya. Ya, Tanaka sedang malas menjelaskan panjang lebar. Yang penting sekarang Ayu sudah bersamanya dan dalam keadaan baik2 saja.
Tanpa pikir panjang, Tanakapun menebus obat terlebih dahulu, sebelum lupa.
“Ayo kita makan.” Ajak Tanaka tersenyum manis, membuat hati Ayu meleleh (lagi).
“Iya.” Jawab Ayu singkat.
Tanakapun membawa Ayu ke sebuah restoran sunda yg terletak dipinggir jalan raya, tak jauh dari Rumah Sakit. Tanaka membiarkan Ayu makan sepuasnya disana. Benar kata perawat tadi Ayu sepertinya memang belum makan entah dari kapan.
Selesai makan keduanya duduk terdiam tanpa melakukan apapun.
“Ayu.” Kata Tanaka memecahkan keheningan memulai pembicaraan.
“Ya?”
Tanya Ayu.
“Sudah berapa hari kau tidak makan?” Tanya Tanaka datar.
Ayu tersipu malu. Terlihat sekali dari makanan yg dimakannya, ia seperti orang selama seminggu belum makan.
“Setiap hari gue makan, Tanaka! Tapi sedikit, tidak sesuai dengan porsi gue biasanya.”
“Aku bercanda Ayu.” Kata Tanaka tertawa kecil.
“Serius juga gag apa2.”
Ayu cemberut
“Ayu, ceritakan padaku. Apa yg terjadi padamu saat naik gunung? Kami menganggapmu hilang. Aku berusaha mencarimu tapi tadi pagi seseorang mengirim sms dengan nomormu memintaku datang kesini. “
Ayu menghela nafas.
“Jadi begini ceritanya.. “
“Begitulah kurang lebih ceritanya. “
“Untung saja kau tidak mati karna terlalu lama sembunyi.” Sindir Tanaka.
“Gue takut ketemu sama lo, Tanaka. Terakhir kita ketemu, lo marah banget sama gue.”
Tanaka terdiam sejenak.
“Aku minta maaf tentang malam itu. Kau tau, aku hanya tidak ingin membahayakan siapapun, itu saja.”
Ayu tersenyum. “Tak apa, Tanaka. Aku mengerti itu.”
“Terima kasih, Ayu.”
“Untuk apa?” Tanya Ayu heran.
“Terima kasih karna kau baik2 saja.”
Sampai ditujuan Tanaka langsung celingukan mencari sosok yg sangat ingin dilihatnya, Ayunda. Tapi sama sekali tidak ada tanda2.keberadaan Ayu disana.
Tanaka hampir berjalan pergi ketika seseorang menepuk pundaknya.
“Ayu?” Kata Tanaka kaget sekaligus senang
Ayu tersenyum kecil, sekujur tubuhnya masih terasa sakit. “Ternyata elo. “
“Kamu sendiri?” Tanya Tanaka
Ayu mengangguk lesu. Wajahnya terlihat sangat letih.
“yasudah, kita pergi dulu dari sini. “ Tanaka memapah Ayu berjalan.
Tanaka berinisiatif untuk membawa Ayu segera pergi dari sana. Sebenarnya banyak yg ingin Tanaka tanyakan, tapi melihat kondisi Ayu yg tidak memungkinkan, sebaiknya Tanaka membawa Ayu ke Rumah Sakit terdekat untuk diberi pengobatan.
Sesampainya dirumah sakit. Ayu langsung diberi pertolongan oleh tim medis disana, tidak ribet, hanya mengukur tensi darah dan memeriksa kondisi tubuh.
“Pacar mbak kelihatan panik banget tuh, padahal mbaknya cuma kecapean aja. Pasti dia sayang banget sama mbak.” Canda perawat laki2 yg memeriksa Ayu.
Ayu tersipu malu dianggap sepasang kekasih dengan Tanaka.
“Panik apanya mas? Orang biasa aja tuh kayaknya.” Jawab Ayu tak mau kegeeran.
“Masa mbak gag bisa bedain sih mana panik mana biasa aja. Dari muka aja udah keliatan cemas banget dia.”
Ayu hanya terdiam tak mau menjawab. Biarkan saja perawat ini dengan analisisnya sendiri.
“Pacar anda baik2 saja mas, tekanan darah 120/80 itu normal, masalahnya mungkin kondisi tubuh mbaknya lemah karena kecapean dan belum makan. “ Kata si perawat sesaat setelah keluar dari ruang periksa.
Ayu tertunduk malu disebut pacar Tanaka oleh si perawat.
“Ya, itu kabar baik. Terima Kasih. “ Ucap Tanaka, lega.
Tanaka juga tidak menyangkal kalau Ayu adalah bukan pacarnya. Ya, Tanaka sedang malas menjelaskan panjang lebar. Yang penting sekarang Ayu sudah bersamanya dan dalam keadaan baik2 saja.
Tanpa pikir panjang, Tanakapun menebus obat terlebih dahulu, sebelum lupa.
“Ayo kita makan.” Ajak Tanaka tersenyum manis, membuat hati Ayu meleleh (lagi).

“Iya.” Jawab Ayu singkat.
Tanakapun membawa Ayu ke sebuah restoran sunda yg terletak dipinggir jalan raya, tak jauh dari Rumah Sakit. Tanaka membiarkan Ayu makan sepuasnya disana. Benar kata perawat tadi Ayu sepertinya memang belum makan entah dari kapan.
Selesai makan keduanya duduk terdiam tanpa melakukan apapun.
“Ayu.” Kata Tanaka memecahkan keheningan memulai pembicaraan.
“Ya?”
Tanya Ayu.“Sudah berapa hari kau tidak makan?” Tanya Tanaka datar.
Ayu tersipu malu. Terlihat sekali dari makanan yg dimakannya, ia seperti orang selama seminggu belum makan.

“Setiap hari gue makan, Tanaka! Tapi sedikit, tidak sesuai dengan porsi gue biasanya.”

“Aku bercanda Ayu.” Kata Tanaka tertawa kecil.
“Serius juga gag apa2.”
Ayu cemberut“Ayu, ceritakan padaku. Apa yg terjadi padamu saat naik gunung? Kami menganggapmu hilang. Aku berusaha mencarimu tapi tadi pagi seseorang mengirim sms dengan nomormu memintaku datang kesini. “
Ayu menghela nafas.
“Jadi begini ceritanya.. “
Quote:
flash back
Sementara itu dilain tempat, Ayu dan rombongannya sedang mendaki menuju puncak. Cuaca saat itu kurang mendukung, angin bertiup cukup kencang dan langitpun mendung, tampaknya akan turun hujan. Ayu juga terlihat kurang sehat karna dari tadi sepanjang perjalanan terlihat lesu. Mungkin karna telat mskan dan kurang tidur dimalam2 sebelumnya.
“Ayo semangat semuanya. Sebelum magrib kita harus udah sampe puncak ya.” Kata seorang pria yg sepertinya ketua rombongan itu.
“Oke..” Jawab beberapa orang yg jalan paling depan.
Saat sedang berjalan, Ayu tertinggal dibelakang bersama seorang teman prianya, yang lainnya sudah jauh berada didepan, mereka tidak sadar ada salah satu anggotanya yg sakit, Ayu dibelakang bersama seorang teman prianya, yang lainnya sudah jauh berada didepan, mereka tidak sadar ada salah satu anggotanya yg sakit, Ayu juga tidak bicara kalau dia sedang sakit. Ayu merasakan tubuhnya semakin lesu, sehingga meminta istirahat sebentar dibebatuan.
“Yu, lo tunggu sini sebentar ya. Gue mintain obat sama yg didepan. Inget jangan kemana2.” Kata teman pria Ayu.
“Oke, Don.” Jawab Ayu. Wajahnya terlihat pucat.
Niat hati ingin mengambil air minum dari tas kerirnya, Ayupun berdiri sebentar untuk membuka tas, namun gadis ini menginjak sebuah batu kerikil besar yg membuatnya hilang keseimbangan dan kakinya tergelincir hingga terjatuh kedasar hutan yg cukup tinggi.
“Aaaa…..” Ayu berteriak kesakitan, kaki dan tangannya terkena batu dan ranting2 kayu, membuatnya terkena luka gores yg cukup banyak. Tubuhnya berada didasar jurang yg gelap dan sepi. Tidak ada apapun disana, kecuali suara binatang malam.
Sepasang mata mengamati Ayu dengan seksama dari kejauhan.
Ayu mencoba berdiri sendiri namun kakinya sangat sakit bekas tergelincir dari atas tadi. Akhirnya, Ayu memilih diam ditempat sambil berdoa dan mengharapkan datangnya pertolongan. Tubuhnya gemetaran saking ketakutannya.
Hari sudah semakin gelap, tidak terlihat satu orangpun ada disana. Suara langkah kaki terdengar mendekati Ayu, Ayu menutup wajahnya takut. Itu bisa saja binatang buas kan atau setan penunggu hutan digunung ini.
“Ya Tuhan lindungi aku, jaga aku..” Kata Ayu gemetaran
“Puk.” Seseorang menepuk pundak Ayu. Tangannya terasa sangat dingin.
Ayu menjerit takut tapi tak bisa banyak bergerak.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..!!”
“Ssstt.. Jangan berisik.. “ Kata seorang pria berusia sekitar berusia 40 tahunan.
Ayu menutup mulutnya, jantungnya berdetak kencang. Ia takut sekali pria ini akan mencelakainya.
“Jangan takut. Saya warga dikaki gunung ini. Saya kerja diatas, dipost satu, jaga wilayah perkemahan. “ Jelas bapak berlogat sunda itu.
Ayu mulai bisa mengendalikan diri, jantungnya mulai berdetak lebih teratur. Sepertinya bapak ini bukan orang jahat.
“Terus bapak kok bisa ada disini?“ Tanya Ayu bingung.
“Maaf mbak, saya habis buang air kecil tadi.”
“Oh begitu.”
“Sudah mbak jangan kelamaan ngobrol, hari sudah semakin gelap, saya takut ada binatang berbahaya keluar menyerang kita. Lebih baik mbak ikut saya, nanti saya obati dirumah.”
Ayu menatap bapak itu dengan tatapan menyelidik.
“Tenang saja mbak, saya bukan orang jahat. Saya punya istri dan lima anak dirumah. Dari pada mbak disini, sudah hampir malam, akan sulit cari pertolongan.”
Ayu berpikir sejenak. Benar juga kata bapak ini, hari sudah semakin gelap, sebentar lagi malam, akan sulit untuk memperoleh bantuan. Akhirnya Ayu mengiyakan ajakan bapak tadi.
Ayu dipapah berjalan kerumah kecil yg berada dikaki gunung. Benar saja, bapak ini sudah punya istri dan lima anak yg masih kecil. Disana luka Ayu dirawat oleh istri dari bapak tadi. Ayu juga diberi makan rutin, tiga kali sehari. Walau makan dengan menu alakadarnya, hanya nasi dengan tahu atau tempe atau hanya sayuran yg direbus. Itupun nasinya dibagi rata, satu orang hanya dapat jatah satu centong nasi.
Maklum saja, keluarga bapak ini keluarga yg kurang mampu. Penghasilan si bapak sangat pas2an, sementara anaknya banyak, ditambah ada Ayu, jatah makan mereka jadi berkurang. Ayu terharu melihatnya, tapi tidak bisa banyak membantu. Karna tasnya tertinggal diatas saat jatuh, mungkin sekarang tasnya ada pada teman2nya. Ayu hanya mengantongi smartphone disaku jaketnya.
“Mbak yakin mau pulang sekarang? Memang mbak punya uang?” Kata Pak Dedi. Mereka sedang ngobrol dibale depan rumah kecil itu.
“Gag punya pak, kan tas keril saya ketinggalan waktu jatoh, dompet disana semua.”
“Saya juga bingung mbak, saya ingin bantu, tapi saya juga gag ada uang.” Kata Pak Dedi tertawa kaku.
“Pak.. Bapak udah lebih dari membantu. Bapak tolong saya dan obatin saya, kasih saya tempat menginap dan kasih saya makan. Itu sudah lebih dari cukup. Saya sudah sangat berterima kasih sama bapak.”
“Terus gimana cara mbak Ayu pulang? Pasti mbak Ayu kangen keluarganya kan? Keluarga mbak Ayu juga pasti menunggu dengan cemas dirumah.”
Ayu tersenyum. “Sudah pak, gag usah mikirin itu. Biar saya pikirin jalan keluarnya. Saya permisi ke kamar dulu ya, pak.”
Pak Dedi hanya mengangguk. Ayu berjalan dengan terpincang2 masuk kerumah. Sementara Pak Dedi terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Pak Dedi diam2 mengambil hp Ayu yg tergeletak dimeja. Iapun mengirim sms ke nomor yg ada di panggilan terakhir dalam log panggilan. Yang kebetulan itu nomor Tanaka.
Tak lama kemudian, Pak Dedi memanggil2 Ayu. Ayu buru2 keluar menghampiri.
“Ada apa, pak?”
“Mbak Ayu, mbak Ayu pulang sekarang aja. Saya udah minta tolong sama tetangga saya yg kebetulan mau kedaerah sampireun, nanti mbak Ayu ikut mobil dia, nanti diSampireun ada yg jemput kok. “
“Jemput? Siapa yg jemput?”
“Ya pokoknya nanti juga ketemu. Sekarang siap2 dulu aja. Mumpung ada tumpangan, gag usah keluar uang.”
Ayu yg memang sudah ingin pulang bertemu kakek dan nenek, pasti mereka khawatir. Jadi tanpa pikir panjang Ayu langsung mengikuti kata2 Pak Dedi.
Akhirnya Ayu pulang dengan menumpang sebuah mobil bak yg berisi sayuran. Karna bangku depan penuh, Ayu terpaksa duduk dibelakang bercampur dengan sayuran.
Ayu diturunkan disebuah halte. Ayu yg memang belum makan dari semalam terlihat lesu. Ia duduk sambil bersandar menunggu jemputan yg dimaksud Pak Dedi. Sampai akhirnya datanglah Tanaka. Tapi Ayu malah bersembunyi tidak mau bertemu. Pak Dedi ternyata tanpa sepengetahuan Ayu sudah menghubungi Tanaka.
Ayu yg kelaparan tidak kuat lagi bersembunyi. Akhirnya ia keluar dari tempat persembunyian lalu menepuk pundak Tanaka.
flash back end-
Sementara itu dilain tempat, Ayu dan rombongannya sedang mendaki menuju puncak. Cuaca saat itu kurang mendukung, angin bertiup cukup kencang dan langitpun mendung, tampaknya akan turun hujan. Ayu juga terlihat kurang sehat karna dari tadi sepanjang perjalanan terlihat lesu. Mungkin karna telat mskan dan kurang tidur dimalam2 sebelumnya.
“Ayo semangat semuanya. Sebelum magrib kita harus udah sampe puncak ya.” Kata seorang pria yg sepertinya ketua rombongan itu.
“Oke..” Jawab beberapa orang yg jalan paling depan.
Saat sedang berjalan, Ayu tertinggal dibelakang bersama seorang teman prianya, yang lainnya sudah jauh berada didepan, mereka tidak sadar ada salah satu anggotanya yg sakit, Ayu dibelakang bersama seorang teman prianya, yang lainnya sudah jauh berada didepan, mereka tidak sadar ada salah satu anggotanya yg sakit, Ayu juga tidak bicara kalau dia sedang sakit. Ayu merasakan tubuhnya semakin lesu, sehingga meminta istirahat sebentar dibebatuan.
“Yu, lo tunggu sini sebentar ya. Gue mintain obat sama yg didepan. Inget jangan kemana2.” Kata teman pria Ayu.
“Oke, Don.” Jawab Ayu. Wajahnya terlihat pucat.
Niat hati ingin mengambil air minum dari tas kerirnya, Ayupun berdiri sebentar untuk membuka tas, namun gadis ini menginjak sebuah batu kerikil besar yg membuatnya hilang keseimbangan dan kakinya tergelincir hingga terjatuh kedasar hutan yg cukup tinggi.
“Aaaa…..” Ayu berteriak kesakitan, kaki dan tangannya terkena batu dan ranting2 kayu, membuatnya terkena luka gores yg cukup banyak. Tubuhnya berada didasar jurang yg gelap dan sepi. Tidak ada apapun disana, kecuali suara binatang malam.
Sepasang mata mengamati Ayu dengan seksama dari kejauhan.
Ayu mencoba berdiri sendiri namun kakinya sangat sakit bekas tergelincir dari atas tadi. Akhirnya, Ayu memilih diam ditempat sambil berdoa dan mengharapkan datangnya pertolongan. Tubuhnya gemetaran saking ketakutannya.
Hari sudah semakin gelap, tidak terlihat satu orangpun ada disana. Suara langkah kaki terdengar mendekati Ayu, Ayu menutup wajahnya takut. Itu bisa saja binatang buas kan atau setan penunggu hutan digunung ini.
“Ya Tuhan lindungi aku, jaga aku..” Kata Ayu gemetaran
“Puk.” Seseorang menepuk pundak Ayu. Tangannya terasa sangat dingin.
Ayu menjerit takut tapi tak bisa banyak bergerak.
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..!!”
“Ssstt.. Jangan berisik.. “ Kata seorang pria berusia sekitar berusia 40 tahunan.
Ayu menutup mulutnya, jantungnya berdetak kencang. Ia takut sekali pria ini akan mencelakainya.
“Jangan takut. Saya warga dikaki gunung ini. Saya kerja diatas, dipost satu, jaga wilayah perkemahan. “ Jelas bapak berlogat sunda itu.
Ayu mulai bisa mengendalikan diri, jantungnya mulai berdetak lebih teratur. Sepertinya bapak ini bukan orang jahat.
“Terus bapak kok bisa ada disini?“ Tanya Ayu bingung.
“Maaf mbak, saya habis buang air kecil tadi.”

“Oh begitu.”

“Sudah mbak jangan kelamaan ngobrol, hari sudah semakin gelap, saya takut ada binatang berbahaya keluar menyerang kita. Lebih baik mbak ikut saya, nanti saya obati dirumah.”
Ayu menatap bapak itu dengan tatapan menyelidik.
“Tenang saja mbak, saya bukan orang jahat. Saya punya istri dan lima anak dirumah. Dari pada mbak disini, sudah hampir malam, akan sulit cari pertolongan.”
Ayu berpikir sejenak. Benar juga kata bapak ini, hari sudah semakin gelap, sebentar lagi malam, akan sulit untuk memperoleh bantuan. Akhirnya Ayu mengiyakan ajakan bapak tadi.
Ayu dipapah berjalan kerumah kecil yg berada dikaki gunung. Benar saja, bapak ini sudah punya istri dan lima anak yg masih kecil. Disana luka Ayu dirawat oleh istri dari bapak tadi. Ayu juga diberi makan rutin, tiga kali sehari. Walau makan dengan menu alakadarnya, hanya nasi dengan tahu atau tempe atau hanya sayuran yg direbus. Itupun nasinya dibagi rata, satu orang hanya dapat jatah satu centong nasi.
Maklum saja, keluarga bapak ini keluarga yg kurang mampu. Penghasilan si bapak sangat pas2an, sementara anaknya banyak, ditambah ada Ayu, jatah makan mereka jadi berkurang. Ayu terharu melihatnya, tapi tidak bisa banyak membantu. Karna tasnya tertinggal diatas saat jatuh, mungkin sekarang tasnya ada pada teman2nya. Ayu hanya mengantongi smartphone disaku jaketnya.
“Mbak yakin mau pulang sekarang? Memang mbak punya uang?” Kata Pak Dedi. Mereka sedang ngobrol dibale depan rumah kecil itu.
“Gag punya pak, kan tas keril saya ketinggalan waktu jatoh, dompet disana semua.”
“Saya juga bingung mbak, saya ingin bantu, tapi saya juga gag ada uang.” Kata Pak Dedi tertawa kaku.
“Pak.. Bapak udah lebih dari membantu. Bapak tolong saya dan obatin saya, kasih saya tempat menginap dan kasih saya makan. Itu sudah lebih dari cukup. Saya sudah sangat berterima kasih sama bapak.”
“Terus gimana cara mbak Ayu pulang? Pasti mbak Ayu kangen keluarganya kan? Keluarga mbak Ayu juga pasti menunggu dengan cemas dirumah.”
Ayu tersenyum. “Sudah pak, gag usah mikirin itu. Biar saya pikirin jalan keluarnya. Saya permisi ke kamar dulu ya, pak.”

Pak Dedi hanya mengangguk. Ayu berjalan dengan terpincang2 masuk kerumah. Sementara Pak Dedi terlihat sedang memikirkan sesuatu.
Pak Dedi diam2 mengambil hp Ayu yg tergeletak dimeja. Iapun mengirim sms ke nomor yg ada di panggilan terakhir dalam log panggilan. Yang kebetulan itu nomor Tanaka.
Tak lama kemudian, Pak Dedi memanggil2 Ayu. Ayu buru2 keluar menghampiri.
“Ada apa, pak?”
“Mbak Ayu, mbak Ayu pulang sekarang aja. Saya udah minta tolong sama tetangga saya yg kebetulan mau kedaerah sampireun, nanti mbak Ayu ikut mobil dia, nanti diSampireun ada yg jemput kok. “
“Jemput? Siapa yg jemput?”

“Ya pokoknya nanti juga ketemu. Sekarang siap2 dulu aja. Mumpung ada tumpangan, gag usah keluar uang.”
Ayu yg memang sudah ingin pulang bertemu kakek dan nenek, pasti mereka khawatir. Jadi tanpa pikir panjang Ayu langsung mengikuti kata2 Pak Dedi.
Akhirnya Ayu pulang dengan menumpang sebuah mobil bak yg berisi sayuran. Karna bangku depan penuh, Ayu terpaksa duduk dibelakang bercampur dengan sayuran.
Ayu diturunkan disebuah halte. Ayu yg memang belum makan dari semalam terlihat lesu. Ia duduk sambil bersandar menunggu jemputan yg dimaksud Pak Dedi. Sampai akhirnya datanglah Tanaka. Tapi Ayu malah bersembunyi tidak mau bertemu. Pak Dedi ternyata tanpa sepengetahuan Ayu sudah menghubungi Tanaka.
Ayu yg kelaparan tidak kuat lagi bersembunyi. Akhirnya ia keluar dari tempat persembunyian lalu menepuk pundak Tanaka.
flash back end-
“Begitulah kurang lebih ceritanya. “

“Untung saja kau tidak mati karna terlalu lama sembunyi.” Sindir Tanaka.
“Gue takut ketemu sama lo, Tanaka. Terakhir kita ketemu, lo marah banget sama gue.”
Tanaka terdiam sejenak.
“Aku minta maaf tentang malam itu. Kau tau, aku hanya tidak ingin membahayakan siapapun, itu saja.”
Ayu tersenyum. “Tak apa, Tanaka. Aku mengerti itu.”

“Terima kasih, Ayu.”
“Untuk apa?” Tanya Ayu heran.
“Terima kasih karna kau baik2 saja.”
Diubah oleh Wah Cantiknya 30-07-2016 20:58
0
Kutip
Balas