Kaskus

Story

dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Yaudah, gue mati aja

Cover By: kakeksegalatahu


Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.





Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue



emoticon-Bettyemoticon-Betty emoticon-Betty



----------




SECOND STORY VOTE:
A. #teambefore
B. #teamafter
C. #teamfuture

PREDIKSI KASKUSER = EMIL



----------



PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.



----------


Spoiler for QandA:


WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+



NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY


Spoiler for Ilustrasi:


Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.


Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
JabLai cOYAvatar border
mazyudyudAvatar border
xue.shanAvatar border
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
dasadharma10Avatar border
TS
dasadharma10
#2274
Inah once upon a time - Nov - Surprise

Jujur, gue sendiri bingung harus cerita darimana, padahal gue sendiri juga sebenernya pengin banget cerita soal kisah cinta kakak gue yang menurut gue ngeselin. Masa iya kakak gue kayak gitu! Harusnya dia kan enggak gitu! Dia tuh! Sori, gue baper.

Mungkin gue bakalan mulai dari di villa. Jadi waktu itu sewaktu di villa, eh, enggak deng, ada cerita lumayan seru sebelum itu. Gue bakal cerita mulai dari sebelum di villa, lebih tepatnya beberapa jam sebelum itu.

Pagi itu gue bener-bener gabut, Indra enggak bisa dihubungi, dan kak Dawi juga lagi males buat keluar. Gue cuma guling-gulingan di kamar kak Dawi, iya kamar kakak yang lebih sering dipake tidur sama kak Emil.

Selama empat belas tahun gue kenal kakak, gue masih belum ngerti seni kayak gimana yang menurut dia bagus. Gimana enggak, kamar kos dia aja cat temboknya berantakan banget, di salah satu sisi temboknya juga ada gambar aneh. Gambar dua orang, enggak, satu setengah orang karena yang satu enggak ada kaki sama tangan kirinya. Yang satu kayak ada rambutnya lagi senyum dan yang satunya enggak ada rambutnya. Satu setengah orang itu tangannya saling nyambung dan dibelakangnya ada gambar pohon. Mungkin ini yang kakak bilang seni abstrak, saking abstraknya enggak bisa dipahamin maksudnya. Dan terkadang kalo dilihat lama-lama bikin pusing, jujur gue sendiri rada mual ngeliatnya.

Disebelah gue terbaring kak Emil yang masih setengah tidur, dia sebenernya udah bangun tapi daritadi ngeliatin gambar di tembok sambil melamun.

“Kak?” sapa gue.
“Ya Mut?”
“Oh, udah bangun.”
Kak Emil memeluk guling, “Daritadi udah bangun sayang.”
“Hari ini kakak mau kemana?”
“Enggak kemana-mana sih. Ada temen ngajakin main tapi aku males banget keluar sendiri.”

Pucuk dicinta ulam pun tiba! Daritadi gue gabut dan sekarang Kak Emil butuh temen buat main.

“Mau Mut temenin?” modus gue.

Kak Emil mengangguk dan gue segera berlari ke kamar mandi. Gue enggak mau kak Emil berubah pikiran terus menolak ajakan main temennya, bisa-bisa gue gabut ditambah kena PHP dari sesama cewek.
Gue mandi di kamar kak Emil, tempat dimana kakak gue masih terbaring kayak mayat. Kamar kak Emil beda banget sama kamar kakak, wangi banget. Sepuluh menit gue di kamar ini pasti gue bisa mager, bawaannya pengin tidur. Bisa-bisa bukannya jalan gue malah ikutan tidur disebelah kakak.

Berbeda seratus delapan puluh derajat sama kamar kakak. Kamar kakak baunya kayak air rendaman baju yang terlupakan selama berbulan-bulan, apek banget!

Kak Dawi pernah bilang ke gue kalo kak Emil itu aneh. Padahal selama gue kenal sama kak Emil dia itu orangnya seru banget, enggak ngebosenin kayak temen-temen sekolah gue yang pikirannya enggak jauh-jauh dari cowok. Dan parahnya lagi kakak juga bilang kalo gue harus melindungi dada gue sewaktu tidur sama kak Emil, apa coba maksudnya, yang ada kakak gue sendiri yang aneh. Tapi ada benernya juga sih kata kakak kalo kak Emil itu aneh, masa iya kamar kakak yang kayak gitu dibilang nyaman.

Selesai mandi gue lihat kakak gue menggantung dipinggir kasru, iseng aja gue jorokin dia ke lantai.

BRUUK!

“Mil!” teriak kakak. “Udah gue bilang jangan jorokin gue kalo bangunin kan!”
“Mil? Ini Mut kali.”
Kakak terdiam beberapa saat, “Ini jam berapa?”
“Setengah delapan, buruan bangun.”
Kakak memandang gue dari bawah sampe atas, “Kok lo udah mandi Nah? Mau kemana?”
Gue keluar kamar meninggalkan kak Dawi, “Mau main sama kak Emil.”
“Eh, tunggu, buatin gue teh dulu.”
“Enggak ada teh!” seru gue
“Buatin teh dulu!”

Gue buatin teh buat kakak? Enggak, haha. Enak aja baru liburan disuruh-suruh.

Selesai pake baju, gue lihat kak Emil masuk kamar kakak. Cantik banget, dari atas sampe bawah keliatan keren pokoknya. Kak Emil pinter banget dandan, simple tapi enggak kelihatan asal-asalan.

“Udah siap?”
“Udah kak.”
“Dawi udah bangun? Kayaknya aku denger dia teriak gitu.”
“Udah, dia minta dibuatin teh.” Gue menutup pintu kamar kakak, “Tapi aku males mau bikinin.”
“Oh … Yaudah kamu ke mobil duluan aja.” Kak Emil menyerahkan kunci mobil ke gue, “Aku bikinin teh dulu buat Dawi.”

I don’t even know what happened between my brother and this girl. Mereka berdua kayaknya sahabatan, tapi perhatian mereka jauh diatas kata sahabat, apa jangan-jangan mereka pacaran? Enggak, gue rasa enggak. Kakak tipe yang setia, dia udah nembak kak Ayu, enggak mungkin dia deketin kak Emil juga. Apalagi masih ada cewek yang sempet nyetrum kakak di bandara, bisa-bisa digantung dia.

Baru beberapa menit gue duduk di dalam mobil, kak Emil dateng. Enggak berapa lama kemudian kita berdua udah pergi meninggalkan kos.

Gue enggak ngerti kak Emil mau bawa gue kemana, yang gue tahu ini sih jalan ke arah kota.

“Mau ketemuan dimana kak?” gue membuka obrolan.
“Ke mall langsung aja kali ya? Langsung ketemuan disana gitu.”
“Boleh, pokoknya Mut temenin deh.”

Yaiyalah gue temenin, kalo gue tinggalin nanti gue baliknya gimana? Lagian masa iya gue balik ke kosan guling-guling gabut lagi? Parah, basa-basi gue jelek banget.

Sesampainya di salah satu mall di jalan Solo kita parkir di basement, dari situ kita mampir di toko aksesoris. Gue girang banget, guess what? Ternyata kak Emil juga aksesoris. Jujur, selera kita enggak beda jauh, bisa dibilang saling melengkapi deh. Jalan ke mall sama kak Emil enggak kalah seru daripada sama temen-temen gue. She know well about girls stuff, and that’s make me happy!

Sewaktu di toko aksesoris kak Emil dapet telepon, mungkin dari temennya. Dia bilang temennya udah nunggu di bioskop lantai atas. Dengan sangat terpaksa tur ke toko aksesoris harus disudahi.

Sesampainya di bioskop ada seorang cowok yang menurut gue lumayan keren melambaikan tangan ke arah kami, kak Emil membalas lambaiannya sambil mendengus pelan. Kak Emil mengajak gue mendekati cowok itu dan memperkenalkannya.

“Hi Rom, udah lama?
“Yah, lumayan. Yuk masuk, udah gue beliin dua tiket.”

Cowok yang dipanggil Rom sama kak Emil ini mencoba menggandeng tangan kak Emil, tapi ditepis sama kak Emil.

“Kok cuma dua sih? Aku kan udah bilang tiga.”
Rom memandang sinis ke gue, “Tiga?”
“Iya, kan aku udah BBMin tadi pagi. Oh iya, kenalin dulu, ini Mut adek gue.”

Mimik muka Rom berubah seratus delapa puluh derajat. Yang tadinya kayak orang punya dendam kesumat dengan pandangan mata “Pergi aja lo ganggu!” tiba-tiba berubah jadi sok manis.

“Hi dek, aku Rom,” katanya dengan senyum dimanis-manisin.

Ok, I see what u did there. Coba buat bikin gue terkesima biar gue setuju lo jadian sama kak Emil? I don’t think so. Gue harus cari cara biar cowok ini bisa menjauh sejauh-jauhnya dari kak Emil.

Gue menjabat tangannya, “Hi, im your worst nightmare.”

Rom memandang gue penuh tanya, tapi enggak buat kak Emil, dia malah ketawa-ketawa denger gue memperkenalkan diri.

Mungkin dengan dandanan super keren, wajah ganteng dan pakaian bermerk cukup buat bikin cewek melting pada pandangan pertama. But remember there is second though, and the second thought isn’t about your money again. It’s about your attitude, and your attitude is like a rubbish, junk!

Dengan berat hati akhirnya Rom antre beli tiket lagi. Gue diem aja? Enggak, gue sudah menyiapkan rencana untuk menjauhkan Rom dari kak Emil. Kapan gue buat rencana itu? Sejak gue belum lahir, dan inilah saat untuk menjalankannya.

Gue menarik tangan kak Emil, “Kak ke toilet dulu yuk!”
“Enggak usah, langsung masuk aja. Kita tinggalin dia.” Kak Emil menarik tangan gue ke arah teather dua.

Seriously? She leaving him behind without my action?! Whats wrong with this girl?! Tunggu, jangan-jangan kak Emil emang enggak suka sama Rom? Pas di kosan dia juga bilang kalo males, is it possible?

“Kamu tunggu sini bentar, aku cari bangku,” kak emil meninggilkan gue di depan layar.

Cari bangku? kan ditiket tulisannya A13 sama A14, kenapa dia malah ke deretan D?

Kak Emil berbicara pada pasangan yang berada di bangku deretan D. Setelah terjadi percakapan yang gue enggak tau ngomongin apa, pasangan itu pindah ke bangku deretan A. Kemudian kak Emil melambaikan tangan memanggil gue.

“Kakak ngapain?”
Kak Emil menunjukan tiket bertuliskan D4 dan D5, “He won’t find us.”
“Eh? Wait? Is this a kind of joke or what? Didn’t you like him?”
“See more closer little girl, did I like him? Did you think I want to date with him?”

Gue speechless! Ini sih emang kak Emilnya aja yang parah. Gue enggak ngejauhin mereka malah dianya yang pengin jauh. Gila, PHP banget kak Emil ternyata.

Sampe film selesai, batang hidung Rom enggak kelihatan.



=========================== BENTAR KOSAN GUE KEBAKARAN==============================
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.