“Mas, kalau designnya begini perlembarnya kena berapa?”
“Ini ukurannya A5 ya mas, kalau begini kena 2000 satunya”
“Ngga bisa ke 1500 mas?” Sahut Chynthia
“Waduh, udah ngepress banget mbak, paling ke 1800 deh turunnya”
“Oke mas, saya ambil, 2000 lembar ya”
“Ini mas Invoicenya”
“1 minggu lagi nanti saya kirim daftar nama sekalian tanggalnya mas, kan fieldnya masih kosong ya”

Kemudian kami kembali, namun Chynthia menggerutu, katanya kalau di tawar lagi bisa lebih murah, alasan klasik, tapi menurutku kasian yang jualannya kalau begitu

Dengan cepat aku melesatkan motorku ke arah Apartment, bukan ke hall parkir kampus

“Loh ngapain kesini? Kok lu punya kartu penghuni?” ucapnya dari bagian belakang

Aduh, aku lupa kalau Chynthia kan belum tahu tentang Apartmentku, setelah memutar otak (untung otakku dibekali niat jahat)

“Ini kan apartmentnya Lucas, gua minta satu biar gua bisa nebeng parkir, kalo di kampus parkirnya sumpek, kalau disini kan luas, dah yuk ke kampus”

“Lah, gua kan nggak ada kelas hari ini, gua mau maen ke Theo aja”
“Yaudah, gua anterin”
“Nyempit – nyempitin Lift aja, bilang aja kangen ketemu Theo”

Di saat naik lift, aku memencet tombol angka 17, dimana Apartmentku berada

“Kok lu tau Theo tinggal di lantai 17? Gua curiga deh ham, beneran, hayo ngapain ke tempat Theo? Nakal ya, nanti bilangin papa ah”
“Nggak kok nggak”
“Mukanya merah gitu, kalau suka bilang aja kali ham, gua mah santai aja, lagian lu kan adik gua sekarang”
“Nggak”

Sesampainya di lantai 17, aku bertemu dengan Wanda dan Daniel

“Loh ham, kata lucas lu ngga kesini dulu seminggu, ada perlu apa?” ucap wanda
“Nggak kok nda, gua nganterin Thia doang ke tempat Theo”
“Theodora? Lu kenal ama dia?” Ucap Daniel
“Sohibnya Thia tuh, gua mah cuman kenal – kenal aja”
“Bagi kontaknya dong kalo lo ada bro”
“Minta sendiri Dan, masa minta ama gua, dah gua duluan yak”

Saat aku melangkahkan kaki, tidak terdengar suara telapak kaki dari Chynthia, ternyata dia hanya bersandar pada dinding, dan menyilangkan tangannya

“Perlu kita marahan lagi ham?”
“Oke, lu ikut gua”

Kuajak lah Thia masuk kedalam ruangan yang berisi 5 PC dan juga 2 kamar tidur serta 1 dapur

“Ini, gua kesini, dan kerjaan gua sama kaya yang di lakuin Nathan sekarang”
“Loh, Lucas kelas kok lu nggak kelas? Lucas yang bohong apa lu bolos?”
“Emang ada kelas kok, gua cuman mau nitip nih cewe doang kok Nath, jangan di tonjokin ya Nath”
“Bawel lu”
“Thia, kalau perlu dapur pakai aja dapurnya, tapi bahan makanan beli sendiri, kalau mau tidur pakai kamar yang catnya warna ungu ya”
“Iya, nanti lu kesini kan?”
“Iya”

Kemudian meluncurlah elevator ke lantai dasar, dan aku berjalan kaki menuju kampus, sesampainya di kelas, Lucas sedang asik memainkan tabletnya

“Jangan bokep mulu, kuliah yang bener”
“Wei, lu dah dateng bro, gua kira lu bolos gegara ngedate”
“Anjir, calon kaka tiri gua tadi itu”
“Ha? Serius lu? Bukannya dia anak sini juga? Seangkatan sama kita kan itu”
“Iya”
“Oke, mulai besok base camp pindah kerumah lu aja ya”
“Apaan, dah belajar yang bener, biar jadi presiden lu”
“Omong kosong”

Jakarta, 10 December 2011
“Aku sudah sampai, kamu sudah jemput aku?”
“Udah kok Ras, aku udah di depan, oke aku keluar”

Kemudian Sosok yang kukenal dan nampak anggun dengan hoodienya, serta wanita setengah tua bersamanya

“Hello auntie Grunge, You look so beautiful today, sini aku bawain kopernya tante”
“Nanti dulu, tunggu papanya Laras ya, papanya mau kesini kok”
“Loh ras? Udah jemput om Aji kok masih minta dijemput Aku?”
“You are too busy never contact me, jadi aku pengen liat muka kamu”
“Oh gitu, kamu berapa lama di Jakarta?”
“3 minggu, sekalian Natal”
“Oh, ga sekalian sama New Year eve?, nanti aku ajak ke rooftop lagi kaya waktu itu”
“Entahlah”

Sesaat kemudian pengemudi mobil hammer yang di tunggu – tunggu akhirnya datang, dan langsung memeluk Mrs.Grunge, serta mencium kening putrinya

“Loh, ada Graham juga”
“Iya om, Laras minta di jemput”
“Oh, paham – paham anak muda mah suka begitu”
“Pa, kita berdua aja, biar Laras sama Graham”
“Iya, kita date dulu ma, biar kaya anak muda”
“Papa, udah ah jangan begitu” rengek Laras

Kemudian kami berjalan bersama ke arah rumah Laras, namun mobil om Aji memiliki destinasi yang berbeda, mobil om Aji berbelok ke Arah mall

“Kita ikut Papa atau langsung kerumah?”
“Better go home ham, Aku rindu rumah”
“Oke”

Karena suasana canggung seperti ini aku menyetel lagu dari soundcloud yang dihubungkan dengan aux RCA ke mobil

“Kamu selama aku kuliah Luxemburg udah punya berapa pacar?” Tanyanya
“Ngga kok ras, kamu kok tanya gitu sih?”
“Biasanya kamu panggilnya babe atau honey, kenapa panggilnya nama?”
“Aku canggung ras maaf”
“Hear it babe, u don’t shall being nervous, its ok here” Ucapnya sambil memegang tanganku yang sedang memegang setir
“Ok babe, Tomorrow my dad will maried, will you come?”
“For sure, I will stay there tomorrow with you, congrats for you papa, and also for you have a new step mom”
“Not only step mom honey, I also have new two step sister”
“Oh yeah? That’s good, how old?”
“Sebaya”
“Sebaya? Whats in english”
“the old one just more old 2 months than me, and the youngest just 2nd Senior High School”
“Wow, Im envy, I hope no incest there”
“Hahaha, be positive”
“Cantik pastinya ya?”
“Pasti, tapi kamu tetap cantik kok”