- Beranda
- Stories from the Heart
Di ujung jalan
...
TS
3005fm
Di ujung jalan

Prolog cerita dihapus untuk tempat index cerita.
Untuk memudahkan pembacaan cerita dan karena ada beberapa yang request, maka saya bikin list partnya. Setiap part yang udah di update akan langsung dimasukan ke index.
Semoga makin semangat baca ceritanya
Di ujung jalan :
Bab 1 - Wawancara Majalah Food & Travel
Bab 2 - Pameran Seni
Bab 3 - Pertemuan Kedua
Bab 4 - Karyawan Baru
Bab 5 - Mengenal Nata
Bab 6 - Ini Apa ?
Bab 7 - Sakit
Bab 8 - Happiness
Bab 9 - Undefined Feeling
Bab 10 - Penjelasan dan Luka Lama
Bab 11 - Rasa Penasaran
Bab 12 - Something Wrong
Bab 13 - Liar
Bab 14 - Penyakit Bulan
Bab 15 - Egois
Bab 16 - Nekat
Bab 17 - Hurt (again)
Bab 18 - Salah Paham
Bab 19 - Akhir yang Baik
Bab 20 - Finally
Di ujung jalan (Bimo POV) :
Bab 1 - Pertemuan Awal
Bab 2 - Diam-diam
Bab 3 - Kebodohan
Bab 4 - Solo
Bab 5 - Pengakuan
Bab 6 - Shows Her
Bab 7 - Move On
Bab 8 - New Girl
Bab 9 - Nadia
Bab 10 - Jealous
Bab 11 - Jadian
Bab 12 - Kembali
Bab 13 - 1st Anniversary
Bab 14 - Accident
Bab 15 - Lost Her
Diubah oleh 3005fm 15-01-2017 19:24
anasabila memberi reputasi
1
14.4K
117
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
3005fm
#45
Di ujung jalan
Bab 15
Egois
“Gak ada yang nyuruh lo buat ngalah Bim ! Lo hanya gak punya nyali buat nyatain perasaan itu…”
“Mungkin gue adalah cowok paling cupu, tapi lo harus inget… kalo kita sayang sama seseorang, kebahagiaan dia bakal jadi prioritas hidup lo. Dan gue memilih untuk menyerahkan dia ke lo, karena gue tau kalo dia cinta mati sama lo. Tapi yang lo lakuin cuma nyakitin dia, brengsek !”
Satu pukulan mendarat di wajah Ardi. Ia juga sadar selama menjalin hubungan dengan Bulan, waktunya lebih banyak untuk urusan sekolah, hampir jarang ia bisa mengobrol dan jalan berdua. Ia tau, bukan dirinya yang pantas untuk Bulan.
“Bim… gue tolol banget… Selama ini bukan Bulan yang nyakitin gue, tapi gue yang nyakitin dia.”
Emosi Bimo sedikit reda. Ia menatap wajah Ardi sambil menepuk bahu Ardi pelan. “Ini gak totally salahlo kok. Gue juga salah nutupin ini semua dari lo. Im sorry, Bro.”
“Its okay, Bim. Gue makasih lo mau jujur.”
“Sama-sama. Ada satu hal lagi yang mau gue certain… soal surat Bulan yang akhirnya bisa dikirim ke rumah nyokap gue.”
“Apa ini bakal bikin gue nonjok lo buat yang ke sekian kalinya ?” tanya Ardi sambil terkekeh pelan.
“Mungkin… Tapi please jangan tonjok wajah ganteng gue lagi. Tonjokan lo yang sebelah sini bekasnya bakal lama banget,” kata Bimo sambil menunjuk beberapa luka lebam di ujung pelipisnya.
***
8 tahun lalu..
Seminggu setelah kelulusan SMA
"Bim, hari ini gue ngindep di rumah lo ya. Nyokap sama bokap gue lagi balik ke Jogja," kata Ardi sambil tetap fokus pada tayangan televisi yang ditontonnya.
"Asal jangan tidur duluan aja. Lo kan selalu tidur duluan sebelum gue, bakal gue timpuk kalo sampe lo tidur duluan lagi."
"Iya... iya." jawab Ardi sambil tertawa pelan.
Ardi dan Bimo sama-sama terdiam sambil sibuk dengan ponsel danvideo games masing-masing. Sebenarnya Bimo sangat ingin tahu keadaan Bulan. Bulan juga mencegahnya untuk mengantarnya di bandara, ia juga sama sekali belum contact lagi dengan Bulan. Kadang Bimo berharap dihubungi oleh Bulan duluan, tapi pasti orang yang pertama kali dihubungi bukan dirinya... tetapi Ardi.
'Pada akhirnya gue hanya akan menjadi pilihan kedua.' kata Bimo dalam hati.
"Kira-kira Bulan lagi ngapain ya, Bim ?"
Kini tatapan Ardi mendadak kosong, sudah seminggu Bulan pergi. Dan Bulan belum menghubunginya sama sekali. Sebenarnya Ardi ingin menghubungi Bulan duluan, tapi ingatannya tentang Bulan yang meninggalkannya secara tiba-tiba membuatnya harus puas dengan banyak asumsi yang dibangunnya sendiri.
"Gue gak tau, Ar. Mungkin dia lagi juga mikirin hal yang sama... Jujur gue ngerasa lo harusnya ngasih kesempatan Bulan buat ngejelasin yang pas pamitan terakhir dia sama kita."
"Gue sakit ati, Bim. Ternyata selama kita sahabatan belom cukup buat bikin dia terbuka sama kita..."
"Lo pernah nggak selintas mikir... mungkin dia punya alesan khusus. Yang bahkan bikin dia nggak bisa bilang ke kita ?"
"Nggak... karena setiap gue inget dia yang pergi gitu... Gue ngerasa, hati gue makin sakit."
Ardi tau jika diteruskan ia akan menangis. Ia berada di suatu kondisi di mana ia harus merelakan Bulan. Mungkin benar kata orang, 'jika seorang wanita mampu membuat seorang pria menangis, berati pria itu benar-benar mencintai wanitanya'
Dan Ardi merasa hal yang sama... hatinya cuma akan untuk Bulan...
"Gue tidur duluan ya Bim," kata Ardi sambil merebahkan tubuhnya di kasur Bimo sambil menarik selimut berwarna merah milik Bimo.
Bimo juga nggak berusaha untuk menahan Ardi untuk tidur duluan, ia tau bahwa Ardi perlu waktu untuk merelakan Bulan.
Bimo menatap televisi yang ada di depannya. Tiba-tiba laptop milik Ardi berbunyi. TING !
Sebuah email dari .... Bulan
Bimo membuka email Ardi sambil menatap was-was ke arah Ardi yang sudah tertidur pulas.
Hai Ar !
Aku minta maaf baru ngabarin sekarang
Aku udah sampe di Amerika.
Rencana mau ngirim kamu surat lewat pos.
Biar kaya di film-film hahaa
Boleh minta alamat tetap kamu ? Takutnya kamu udah pindah rumah
Bimo kaget sekaligus senang. Ia nggak menyangka kalo Bulan akan menghubungi Ardi ketimbang dirinya... Bimo tau kalau status Ardi masih menjadi kekasih Bulan.. Tapi akhir hubungan mereka setelah malam kelulusan bukannya sudah jelas ? Sejenak Bimo merasa iri, dan menyesal telah memendam perasaannya pada Bulan.
'Apa gue harus sedikit egois kali ini ?' tanya Bimo dalam hatinya
'Maafin gue Ar.....'
0