- Beranda
- Stories from the Heart
[TAMAT] Dibatasi Dua Kamar...
...
TS
panjang.kaki
[TAMAT] Dibatasi Dua Kamar...
![[TAMAT] Dibatasi Dua Kamar...](https://s.kaskus.id/images/2018/03/11/8130301_201803110116120283.png)
Quote:
***
Rules in My Thread
1. Ikuti Rules H2H, SFTH Dan Kaskus, jika melanggar akan di laporkan ke hansip atau BRP dari kawan-kawan yang lain
2. Baca Bissmilah sebelum membaca.
3. Sepertinya cerita ini agak BB ya gan, tapi dikit kok, kalo di bawah 18 + Di dampingi orang yang lebih besar yah
Udah itu doang kok.
1. Ikuti Rules H2H, SFTH Dan Kaskus, jika melanggar akan di laporkan ke hansip atau BRP dari kawan-kawan yang lain
2. Baca Bissmilah sebelum membaca.
3. Sepertinya cerita ini agak BB ya gan, tapi dikit kok, kalo di bawah 18 + Di dampingi orang yang lebih besar yah
Udah itu doang kok.
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 367 suara
SIapakah yang akan menjadi Istri dari Hadi?
Sarah
15%
Mega
32%
Laura
53%
Diubah oleh panjang.kaki 06-08-2019 18:03
farrazaidid dan 56 lainnya memberi reputasi
55
1.1M
2.7K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•1Anggota
Tampilkan semua post
TS
panjang.kaki
#2062
Part 50
Bahkan langit pun meneteskan air matanya.
----------
Polisi datang setelah di telpon oleh Angga, lalu tubuh gua di angkat oleh salah satu polisi yang membuat gua sadar , saat polisi itu mengangkat paksa tubuh gua, gua tetap tidak bergerak, terus memeluk tubuh Sarah, hujan turun perlahan malam itu membawa ingatan kenangan masa lalu , seandainya dari awal gua memilihnya mungkin hal ini gak akan pernah terjadi, surat itu di ambil oleh pihak kepolisian untuk dijadikan bukti, gua di bawa ke kantor polisi untuk di jadikan saksi, air hujan membasahi kepala gua ketika gua berjalan ke "Cruiser", tubuh gua di dorong paksa seakan-akan gua adalah tersangka dalam kematian Sarah, gua duduk diam dalam tangisan di jok belakang mobil ini, sesampainya di kantor polisi tubuh gua di tarik paksa untuk di introgasi atas kematian Sarah.
"Kenapa dia bisa mati!?," Tanya salah saru Polisi
Gua tetap diam, malam ini hati gua masih terguncang hebat, gua gak tau harus berkata apa.
"Jawab !" Bentaknya lagi
"Maaf pak, saya gak tau apa-apa" Jawab gua singkat
Polisi itu memanggil rekannya, dan rekannya membawa gua ke sebuah sel kecil, gua bingung kenapa gua di tuduh menjadi tersangka, di dalam sel ini dingin merambat tubuh gua, kasur terbuat dari besi, toilet yang terkunci, gua takut , gua sedih, gua masih ingin melihat Sarah, gua duduk dengan tangisan gua yang tiada hentinya, sampai gua tertidur.
Saat gua sedang tidur ada salah satu polisi menarik kerah gua, gua mengikuti polisi itu yang entah membawa gua kemana, lagi-lagi gua di masukan ke ruang interogasi, gua di ajak berbicara oleh salah seorang yang gua kenal, dosen gua, yah dosen gua adalah seorang psikolog yang bekerja di kepolisian juga.
"Hadi?" Tanyanya
"Iya Bu" Ucap gua pelan
"Apa kamu penyebab kematian Sarah?" Tanyanya
Iya ! Gua yang buat Sarah pergi, gua salah gak memilihnya dari awal !
Gua menangis di depan dosen gua.
"Maaf bu"
"Ada apa ? Cerita" Katanya
"Saya gak memilih dia"
Dia menangguk kecil, lalu dia menulis di sebuah note kecil yang dari tadi dia pegang.
"Dia bunuh diri, tapi masalahnya bukan karena kamu membunuhnya, ada seorang pria berkebangsaan Inggris menuntut kamu, karena kamu di tuduh menculiknya" Jelas Dosen gua itu
Gua kaget, Bule itu?
"Siapa bu?" Tanya gua
"Suaminya Sarah,"
Kenapa masalah dalam hidup gua gak pernah selesai, kenapa terus datang masalah di dalam hidup gua, gua gak tau harus berbuat apa sekarang, hanya penyesalan yang merasuk di dalam jiwa gua.
"Tapi" Ucapnya lagi
"Tapi apa bu?" Tanya gua
"Nama Sarah sudah meninggal sekitar 2 tahun yang lalu, oh iya ada yang mau menjenguk kamu juga , nanti sore dia sampai, keluarga Pak Basuki" Ucap dosen gua
Lalu salah satu polisi datang dan lagi-lagi menarik gua secara paksa, gua pasrah apapun yang mereka perbuat terhadap gua, bahkan mungkin sekarang gua lebih baik mati.
Gua gak tau jam berapa sekarang, hari apa sekarang, perut gua sangat lapar, gua gak tau sudah berapa lama gua disini, gua di masukan ke sel kecil itu lagi oleh polisi itu , gua diam tanpa melakukan apapun, hanya duduk menunggu keputusan , gua tertidur lagi karena gua menahan rasa sakit di perut gua, sampai gua lagi dan lagi di bangunkan oleh polisi itu, lalu gua di temui oleh Pak Basuki, ketika gua bertemu Pak Basuki, gua meminta maaf sampai gua bersujud di depannya.
"Bangun Hadi" Ucapnya
Gua bangun, gua lihat Rahmah juga disini, dia menangis menatap gua , saat ini gua memang seperti orang gila.
"Maaf om, Maaf" Gua menangis meminta maaf
"Saya udah tau lama kok yang meninggal itu Zahrah" Jelasnya
"Om?"
"Iya, saya di kasih tau sama ibu nya mereka, tapi saya tetap nyatet nama Sarah yang meninggal, mungkin itu kesalahan saya, saya berharap Sarah bisa bahagia sama kamu, mau bagaimanapun dia tetap anak saya" Terusnya
Gua tatap wajahnya, Pak Basuki mengeluarkan air matanya.
"Maaf om" Gua menunduk menyesal
"Sudah di, dan masalah bule itu dia gak ada surat nikah sama Sarah, jadi dia gak bisa nuntut kamu," Jelasnya
Gua peluk om Basuki, seandainya ibu gua ada disini , gua ingin menangis di bahu ibu gua.
"Kamu bisa bebas, dan di dalam catatan kepolisian yang bunuh diri itu Zahrah, saya udah nelpon bapak kamu, katanya kamu suruh pulang dulu ke Kalianda" Ucapnya lagi
Gua menangguk kecil, lalu Pak Basuki menepuk punggung gua.
Gua lepas pelukan gua dari Pak Basuki, Rahmah menatap gua, gua melihat Rahmah persis seperti gua melihat Sarah, sesak merasuk di hati gua.
"Jangan nangis kak" Ucap Rahmah pelan
"Iya Rahmah"
"Dah kamu bisa keluar, biar saya yang ngurus berkas di kantor polisi" Kata Pak Basuki
Tidak lama berselang ada seorang polisi yang membimbing gua keluar dari kantornya, lalu handphone dan barang-barang gua lainnya di berikan sama dia.
Perut gua lapar, sangat lapar.
Gua hidupkan Handphone gua yang mati, gua cek kontak gua, ketemu kontak Laura, gua telpon dia dan menyuruh Angga menyusul gua.
Gua duduk persis seperti orang gila di depan kantor ini, lalu Angga datang.
Dan kami segera menuju ke kossan.
Sesampainya di kossan gua di belikan makan oleh Laura, gua ingin melihat Sarah untuk terakhir kalinya.
"Dimana Sarah?" tanya gua ke mereka
Mereka semua diam, lalu Mega masuk ke kamar gua dan memeluk gua.
"Sudah di makamkan di" Suaranya surau dan gua merasakan ada sesuatu yang hangat jatuh di baju gua
Mege melepaskan pelukannya, dan menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
"Karena gua" Laura tiba-tiba
"Bukan" Senyum tipis keluar di bibir gua
Laura memegang dadanya, sepertinya terasa sesak di dadanya, gua tau pasti dia merasakan hal yang sama seperti yang gua rasakan.
"Mau ke makamnya di?" Tanya Laura
"Ayok"
Gua, Laura, Mega, Angga dan Ratih menuju ke makam sarah, gua di gonceng oleh Angga dengan motornya yang gua gak tau dia dapet dari mana, di dalam perjalanan gua hanya termenung, di dalam perjalanan gerimis turun membasahi bumi, bau khas hujan menyerembak ke dalam hidung gua.
"Bahkan langit pun menangis" Kata gua pelan
Angga mengangguk, dan terus melajukan motornya hingga ke makam Sarah, tempat tidur dia untuk terakhir kalinya.
Bahkan langit pun meneteskan air matanya.
----------
Polisi datang setelah di telpon oleh Angga, lalu tubuh gua di angkat oleh salah satu polisi yang membuat gua sadar , saat polisi itu mengangkat paksa tubuh gua, gua tetap tidak bergerak, terus memeluk tubuh Sarah, hujan turun perlahan malam itu membawa ingatan kenangan masa lalu , seandainya dari awal gua memilihnya mungkin hal ini gak akan pernah terjadi, surat itu di ambil oleh pihak kepolisian untuk dijadikan bukti, gua di bawa ke kantor polisi untuk di jadikan saksi, air hujan membasahi kepala gua ketika gua berjalan ke "Cruiser", tubuh gua di dorong paksa seakan-akan gua adalah tersangka dalam kematian Sarah, gua duduk diam dalam tangisan di jok belakang mobil ini, sesampainya di kantor polisi tubuh gua di tarik paksa untuk di introgasi atas kematian Sarah.
"Kenapa dia bisa mati!?," Tanya salah saru Polisi
Gua tetap diam, malam ini hati gua masih terguncang hebat, gua gak tau harus berkata apa.
"Jawab !" Bentaknya lagi
"Maaf pak, saya gak tau apa-apa" Jawab gua singkat
Polisi itu memanggil rekannya, dan rekannya membawa gua ke sebuah sel kecil, gua bingung kenapa gua di tuduh menjadi tersangka, di dalam sel ini dingin merambat tubuh gua, kasur terbuat dari besi, toilet yang terkunci, gua takut , gua sedih, gua masih ingin melihat Sarah, gua duduk dengan tangisan gua yang tiada hentinya, sampai gua tertidur.
Saat gua sedang tidur ada salah satu polisi menarik kerah gua, gua mengikuti polisi itu yang entah membawa gua kemana, lagi-lagi gua di masukan ke ruang interogasi, gua di ajak berbicara oleh salah seorang yang gua kenal, dosen gua, yah dosen gua adalah seorang psikolog yang bekerja di kepolisian juga.
"Hadi?" Tanyanya
"Iya Bu" Ucap gua pelan
"Apa kamu penyebab kematian Sarah?" Tanyanya
Iya ! Gua yang buat Sarah pergi, gua salah gak memilihnya dari awal !
Gua menangis di depan dosen gua.
"Maaf bu"
"Ada apa ? Cerita" Katanya
"Saya gak memilih dia"
Dia menangguk kecil, lalu dia menulis di sebuah note kecil yang dari tadi dia pegang.
"Dia bunuh diri, tapi masalahnya bukan karena kamu membunuhnya, ada seorang pria berkebangsaan Inggris menuntut kamu, karena kamu di tuduh menculiknya" Jelas Dosen gua itu
Gua kaget, Bule itu?
"Siapa bu?" Tanya gua
"Suaminya Sarah,"
Kenapa masalah dalam hidup gua gak pernah selesai, kenapa terus datang masalah di dalam hidup gua, gua gak tau harus berbuat apa sekarang, hanya penyesalan yang merasuk di dalam jiwa gua.
"Tapi" Ucapnya lagi
"Tapi apa bu?" Tanya gua
"Nama Sarah sudah meninggal sekitar 2 tahun yang lalu, oh iya ada yang mau menjenguk kamu juga , nanti sore dia sampai, keluarga Pak Basuki" Ucap dosen gua
Lalu salah satu polisi datang dan lagi-lagi menarik gua secara paksa, gua pasrah apapun yang mereka perbuat terhadap gua, bahkan mungkin sekarang gua lebih baik mati.
Gua gak tau jam berapa sekarang, hari apa sekarang, perut gua sangat lapar, gua gak tau sudah berapa lama gua disini, gua di masukan ke sel kecil itu lagi oleh polisi itu , gua diam tanpa melakukan apapun, hanya duduk menunggu keputusan , gua tertidur lagi karena gua menahan rasa sakit di perut gua, sampai gua lagi dan lagi di bangunkan oleh polisi itu, lalu gua di temui oleh Pak Basuki, ketika gua bertemu Pak Basuki, gua meminta maaf sampai gua bersujud di depannya.
"Bangun Hadi" Ucapnya
Gua bangun, gua lihat Rahmah juga disini, dia menangis menatap gua , saat ini gua memang seperti orang gila.
"Maaf om, Maaf" Gua menangis meminta maaf
"Saya udah tau lama kok yang meninggal itu Zahrah" Jelasnya
"Om?"
"Iya, saya di kasih tau sama ibu nya mereka, tapi saya tetap nyatet nama Sarah yang meninggal, mungkin itu kesalahan saya, saya berharap Sarah bisa bahagia sama kamu, mau bagaimanapun dia tetap anak saya" Terusnya
Gua tatap wajahnya, Pak Basuki mengeluarkan air matanya.
"Maaf om" Gua menunduk menyesal
"Sudah di, dan masalah bule itu dia gak ada surat nikah sama Sarah, jadi dia gak bisa nuntut kamu," Jelasnya
Gua peluk om Basuki, seandainya ibu gua ada disini , gua ingin menangis di bahu ibu gua.
"Kamu bisa bebas, dan di dalam catatan kepolisian yang bunuh diri itu Zahrah, saya udah nelpon bapak kamu, katanya kamu suruh pulang dulu ke Kalianda" Ucapnya lagi
Gua menangguk kecil, lalu Pak Basuki menepuk punggung gua.
Gua lepas pelukan gua dari Pak Basuki, Rahmah menatap gua, gua melihat Rahmah persis seperti gua melihat Sarah, sesak merasuk di hati gua.
"Jangan nangis kak" Ucap Rahmah pelan
"Iya Rahmah"
"Dah kamu bisa keluar, biar saya yang ngurus berkas di kantor polisi" Kata Pak Basuki
Tidak lama berselang ada seorang polisi yang membimbing gua keluar dari kantornya, lalu handphone dan barang-barang gua lainnya di berikan sama dia.
Perut gua lapar, sangat lapar.
Gua hidupkan Handphone gua yang mati, gua cek kontak gua, ketemu kontak Laura, gua telpon dia dan menyuruh Angga menyusul gua.
Gua duduk persis seperti orang gila di depan kantor ini, lalu Angga datang.
Dan kami segera menuju ke kossan.
Sesampainya di kossan gua di belikan makan oleh Laura, gua ingin melihat Sarah untuk terakhir kalinya.
"Dimana Sarah?" tanya gua ke mereka
Mereka semua diam, lalu Mega masuk ke kamar gua dan memeluk gua.
"Sudah di makamkan di" Suaranya surau dan gua merasakan ada sesuatu yang hangat jatuh di baju gua
Mege melepaskan pelukannya, dan menghapus air matanya dengan punggung tangannya.
"Karena gua" Laura tiba-tiba
"Bukan" Senyum tipis keluar di bibir gua
Laura memegang dadanya, sepertinya terasa sesak di dadanya, gua tau pasti dia merasakan hal yang sama seperti yang gua rasakan.
"Mau ke makamnya di?" Tanya Laura
"Ayok"
Gua, Laura, Mega, Angga dan Ratih menuju ke makam sarah, gua di gonceng oleh Angga dengan motornya yang gua gak tau dia dapet dari mana, di dalam perjalanan gua hanya termenung, di dalam perjalanan gerimis turun membasahi bumi, bau khas hujan menyerembak ke dalam hidung gua.
"Bahkan langit pun menangis" Kata gua pelan
Angga mengangguk, dan terus melajukan motornya hingga ke makam Sarah, tempat tidur dia untuk terakhir kalinya.
Diubah oleh panjang.kaki 19-07-2019 19:11
itkgid dan 5 lainnya memberi reputasi
6