- Beranda
- Stories from the Heart
(Horror) Diary [TAMAT]
...
TS
ayanokouji
(Horror) Diary [TAMAT]
![(Horror) Diary [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2016/08/12/8901141_20160812100754.jpg)
Illustration courtesy of Awayaye
Halo, dan salam kenal buat agan-agan semua.
Perkenalkan saya anggota lama kaskus tapi newbie di forum SFTH.
Nah, berhubung saya lihat banyak yang menceritakan pengalamannya terutama untuk yang berbau-bau mistis. kebetulan saya dekat dengan seseorang yang memang punya kemampuan lebih untuk melihat yang semacam itu.
Cerita ini adalah berdasarkan kisah nyata, yang memang diambil langsung dari Diary dia
Langsung saja dimulai lah ya
Untuk Postingan pertama saya langsung Posting 2 part deh, karena prologue blum masuk ke cerita
Spoiler for Rules:
Atas permintaan yang punya Diary, mohon dibaca RULESnya sebelum membaca Diary ini ya :
1. Diary ini adalah hasil convert dari catatan di kertas menjadi bentuk elektronik. Jadi ini adalah benar-benar berasal dari Diary asli, kalau sampai ada yang baca dan tidak percaya, it's OK, tidak masalah tapi mohon jangan coba2 menantang apapun 'mahluk' yang disebutkan di Diary ini. Apabila terjadi sesuatu kami tidak bisa menolong.
2. Ini memang bukan urusan TS, tapi usahakan kalau sampai merasakan sesuatu yang tidak beres setelah baca isi Diary teman saya, harap dekatkan diri ke Tuhan segera. Karena seberapa besar Tuhan menolong itu tergantung dari iman kita ketika meminta. Dan percayalah, meminta saat belum melihat apapun dan ketika 'mereka' ada di depanmu itu akan menyebabkan bedanya besar Iman bagi yang tidak terbiasa.
Terimakasih sebelumnya, dan ingat baik2, jangan bermain-main dengan sesuatu dari dunia lain
Part I - Prologue (tanggal Diary - 3 September 2010)
Spoiler for Part I:
3 September 2010
Hallo Diary..
Mulai hari ini aku akan sedikit merubah apa yang aku tulis di dalam lembarmu yach..
Sebenarnya aku sih berniat tidak pernah berkeinginan untuk mengungkapkan rahasia ini, karena aku pasti akan dicap sebagai orang aneh..
Hanya kamu yang mau mendengarkan semua cerita aku tanpa mengeluh, mulai dari aku menyukai siapapun sampai sendirian seperti sekarang (hiks..hiks.. yahh aku tau, trims anyway)
Okay, jadi aku akan menceritakan pengalaman hari ini.. yaah ini kesekian kalinya sudah terjadi padaku, dan untuk teman sejatiku yaitu kamu my Diary, aku akan menuliskan ini, rahasiakan ini yaah..
Ceritanya aku akan mulai dari pengalaman tadi pagi..
Oh ya, sebelumnya aku akan kasihtau sedikit rahasia kepada kamu..
Kamu tau.. ehm.. aku ini bisa melihat hantu atau semacamnya.. guru Agamaku berkata ini adalah anugrah, menurutku lebih seperti kutukan.
Kamu tau, Diary? Mungkin tidak banyak orang yang tau, tapi hantu itu berbeda dengan setan atau semacamnya. Kalau misalkan diumpamakan, hantu itu lebih ke arwah orang-orang yang meninggal atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan Ghost. Sedangkan setan bukan arwah, atau mungkin saja tadinya mereka arwah, yang pasti setan itu sudah lebih melewati tingkat keseraman dari Hantu. Dan diatas itu, masih ada lagi yang aku namakan jejadian. Nah, apabila setan itu bentuknya tidak dapat dikatakan bentuk apakah itu, kalau jejadian ini setidaknya sebagian besar dari bentuknya adalah bagian dari hewan-hewan.
Dan diary, dari kesialanku mendapatkan kutukan kemampuan ini, syukurlah aku hanya bisa melihat hantu saja. Yaah, kadang memang ada sedikit pengecualian, yang membuatku enggak tau kenapa bisa melihat yang lebih aneh daripada hantu.
But I tell you my Diary, melihat hantu saja sudah cukup menakutkan lho. Jangan dikira penampilan mereka itu normal-normal saja.. yahh, memang ada yang normal dan tersamar tapi hampir disetiap kejadian mereka akan menunjukkan wujud asli mereka kalau mereka tau kita bisa melihat mereka, dan mereka selalu tau kalau aku bisa melihat mereka.
Upps… sudah jam 11 ternyata, tadinya aku mau menceritakan kejadian penglihatan yang kulihat hari ini, tapi sudah terlalu malam nih, besok aku janji pasti akan cerita padamu dehhh, jangan ngambek yahh
See you tomorrow my Diary, Mulai hari ini aku akan melaporkannya padamu kalau aku melihat sesuatu yang aneh itu, hehe.. Nite
Part II - Misteri Toilet Wanita di lantai 7 - catatan tanggal 4 September 2010
Spoiler for Part II:
4 September 2010
Hallo friend,
As my promise stated, aku bakal ceritain hal yang kemarin terjadi sama aku. Jangan takut yaah, karena aku sudah cukup takut untuk mengingat-ingat ini, jadi tolong semangati aku (he..he..)
Oookay, cerita ini bermulai waktu aku bersama cindy sedang ada ditoilet di lantai 7 kampus kemarin siang setelah kuliah pak Zainul.
Ingatkan aku untuk memarahi Cindy nanti karena dia meninggalkan aku sendirian di toilet itu..
Kau dengar? Meninggalkan aku!
Berkat dia aku jadi melihat.. yahh, sesuatu yang jauh dari menyenangkan..
Sewaktu aku keluar dari bilik toilet dan mencari-cari Cindy, aku tidak menemukannya dimana-mana, aku rasa sih dia pergi buru-buru menemui pacarnya.. ya Tuhan, persahabatan kita hanya sebatas selama pacar tidak mengganggu.
Lalu aku berpikir, ya sudahlah, aku akan membetulkan make-up sebentar dan akan pergi ke food court, sepertinya #### belum datang menjemputku deh, setidaknya aku harus terlihat cantik kaan (he-he-he)
Tiba-tiba aku merasakan udara menjadi dingin, cukup untuk membuat bibirmu bergetar secara reflek.
Dan itu jelas-jelas tidak benar, toilet ini kan jelas-jelas pengap dan tanpa AC dimanapun. Dan otakku baru saja berpikir kalau ada yang tidak beres nih..
Tiba-tiba sudah berdiri seorang wanita dibelakangku, rambutnya panjang dan menutupi separuh mukanya, dia memakai baju kaus berwarna merah menyala dan celana jeans.
Aku langsung berbalik dan reflek berkata kalau dia membuatku kaget. Dan hal berikutnya yang terjadi membuatku hampir saja mengompol
Dia menempelkan mukanya tepat didepan mukaku, kulitnya benar-benar mengerikan, kau tau karpet yang ada tonjolan-tonjolannya begitu? Mukanya dan seluruh kulitnya penuh dengan seperti itu. Dan warna kulitnya sangat pucat, seperti warna krem kekuningan. Dan yang paling mengerikan dari semuanya adalah bola matanya, warna urat darah dibola matanya berwarna coklat kekuningan dan pupil matanya hitam dan bebercak merah.
Dari situ aku langsung tau kalau aku sedang bertemu dengan hantu, dan kali ini bukan hantu yang baik.
Perlahan-lahan dia mendekati aku, tapi tidak pernah menempel pada badanku, mukanya sangat dekat pada mukaku, dan tangannya yang dipenuhi dengan tonjolan-tonjolan itu juga menggapai tubuhku seakan ingin menyentuhku, tapi sentuhan itu tidak pernah terjadi.
Aku merasakan bahwa sekitar 1 jam dia hanya memandangiku saja, berkali-kali berusaha menempelkan dirinya pada badanku, tapi tidak pernah berhasil. Jujur Diary, aku tidak tau kenapa dia tidak bisa menyentuhku, tapi syukurlah karena disaat itu, aku sama sekali tidak bisa bergerak.
Setelah sekitar 1 jam itu, dia akhirnya mundur, kemudian matanya membelalak. Lebih besar dari lebar mata yang bisa dibuka oleh manusia normal, sepertinya seakan-akan semua kelopak matanya tertelan ke dalam rongga matanya. Kemudian warnanya bola matanya perlahan-lahan menjadi merah tua dan kemudian akhirnya menjadi hitam.
Kemudian dia berteriak sambil melompat kehadapanku, dan menghilang tepat didepan mukaku. Aku yakin aku mengompol sedikit kemarin.
Setelah itu suhu di toilet itu kembali pengap. Kakiku terasa kehilangan tulangnya dan aku terduduk di lantai toilet tanpa tenaga.
Kemudian suara handphoneku berbunyi mengagetkan aku, aku mengangkatnya dan #### ternyata menelponku. Dia mengatakan bahwa sudah 5 menit dia mencoba menelponku dan tidak diangkat-angkat. Aku meminta maaf dan berkata mungkin aku tidak mendengarnya tadi.
Ngomong-ngomong… waktu yang berlalu hanya 15 menit, tapi terasa seperti satu jam saat kejadian tadi..
Lain kali ingatkan aku jangan pernah lagi masuk di toilet lantai 7 sendirian ya.
UPDATED!!! PART XLV - "Serangan yang disengaja - II"
Spoiler for INDEX:
part III- Melayat
Part IV - Siapa yang mengikuti aku?
Part V - Bagaimana kutukan ini dimulai
Part VI - Perkemahan SMP
Part VII - Jurit Malam 1
Part VIII - Jurit Malam 2
Part IX - Penghuni Kampusku
Part X - Wanita dress putih
Part X (Final) - Wanita dress putih (lanjutan)
Part XI - Mereka ada di sekeliling kita
Part XII - Kalau kau jahat
Part XIII - Lauren dan ketiga anaknya
Part XIV- WARNING!! Baca catatan saya sebelum lanjut baca - Si Nenek dan Cucunya 1
Part XV - Si Nenek dan Cucunya 2
Part XVI - Wanita Dress Putih is back
Part XVII - Lift kampusku
Part XVIII - Tiga anak lauren kembali
Part XIX - Mahluk aneh
Part XX - Kampus sarang Kunti
Part XXI - Sang "dewa" jahat
Part XXII - Curiousity Kills the Cat
Part XXII - Bagian 2 - Robert and the Devil 1
Part XXII - Bagian 3 - Robert and the Devil 2
Part XXIII - Kembalinya si mahluk aneh
Part XXIV - Part I - si "dewa" jahat kembali 1
Part XXIV - Part II - si "dewa" jahat kembali 2
Part XXV - Robert
Part XXVI - aku dan kegelapan
part XXVII - Wewe Hitam
Part XXVIII - Wewe Hitam dan Wewe Putih
Part XXIX (bagian pertama) - He and Me (bag 1)
Part XXX (Bagian kedua) - He and Me (bag 2)
Part XXXI - sang pelindung
Part XXXII - Villa di gunung 1
Part XXXIII - Villa di gunung 2
Part XXXIV - Villa di gunung 3
Part XXXV - Villa di gunung (tamat) bag awal
Part XXXV - bagian akhir - Villa di gunung (tamat) bag akhir
Part XXXVI - Kutukan baru
Part XXXVI - Tambahan - Kutukan baru (tambahan)
Part XXXVII - Bagian Pertama - Iblis bag 1 -(Ketika dia terluka)
Part XXXVIII - bagian kedua - Iblis bag 2 - (si pemilik mata)
Part XXXIX - Cermin
Part XL - Ketika Ayano sakit
Part XLI - Goodbye
PART XLII - Mahluk di Jendela
PART XLIII - Akhir si "dewa" jahat
PART XLIII (lanjutan) - Akhir si "dewa" jahat (bag Akhir)
Part XLIV - Serangan yang disengaja - I
PART XLV - Serangan yang disengaja - 2 UPDATE
Bonus Story : Pengalaman TS dan yang punya Diary
Pengalaman bersama dia yang menulis Diary I
Bonus Story II Ketika yang tidak biasa melihat diperlihatkan
BONUS STORY III - Pengalaman Horror ketika main game
BONUS STORY IV : Kejadian di Malam Jumat Kliwon[
*SPECIAL* Bonus Story IV - part 2 - Elisa's POV
Bonus Story V - Part I
Bonus Story V - Part 2
Bonus Story V - part 3
Bonus Story VI
Bonus Story VII #awasbebehplusplus
Bonus Story VIII
Bonus Story IX
Bonus Story X
Bonus Story XI
BONUS PART XII - Bagian ketiga (Elisa POV)
Kiriman cerita dari para pembaca :
Kiriman cerita dari agan Gent4r - 1 (Gent4r, Romi vs Miss K)
Pengalaman agan Gent4r kedua
Kiriman cerita dari pembaca
Thread lainnya tentang saya dan Elisa
Saya dan Gadis bermata Indigo
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 39 suara
Berhubung banyak yang nyaranin Untuk ganti judul Thread, mohon masukan terkait itu :
Judul Thread tetap, soalnya daripada ribet nyari Threadnya lagi
56%
Judul Thread diganti ke judul Thread yang di dalem
33%
Judul Thread kudu diganti ke judul Thread yang beda dan lebih menarik
10%
Diubah oleh ayanokouji 19-11-2016 12:18
radorada dan 23 lainnya memberi reputasi
24
1.1M
Kutip
2.2K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayanokouji
#93
Halo semuanya, mohon maaf update ini telat.
Ini karena ada beberapa alasan, sebenarnya...
Pertama-tama, Cerita yang akan saya update ini terdiri dari dua part, tapi akan saya pisahkan waktu updatenya, bukan karena saya belum selesai mengetik cerita yang panjang ini, sebenarnya saya dan Elisa awalnya ragu apakah kita akan lanjut memberikan cerita ini ke agan-agan apa tidak?
Alasannya kami ragu adalah karena hal-hal yang akan tuliskan di WARNING dibawah, tolong agan baca baik2 dulu sebelum lanjut baca ya.
WARNING!! Harap dibaca dulu sebelum lanjut.
Cerita kali ini adalah cerita yang paling misterius dan lebih 'berbahaya' ketimbang cerita 'wanita' itu.
Yang jadi masalah di cerita ini, kata kuncinya adalah Nama
Yaitu "nama" dari 'mahluk' yang diceritakan di cerita ini. Dan gangguan dari sang pemilik nama juga sudah saya rasakan setelah selesai membaca hasil Scan dari Diary yang asli dari Elisa.
Gangguan-gangguan yang muncul saya ceritakan pada Elisa dan membuat kami urung untuk mempublikasikan cerita ini.
Namun, setelah kami diskusi, cerita akan tetap kami publikasikan, tapi Namadari 'mahluk' itu akan kami samarkan dalam cerita ini. Karena Nama yang dimaksud bukanlah nama yang familiar. Tapi bisa jadi menjadi "Nama" khusus buat 'mahluk' itu. Hal ini kami lakukan untuk melindungi pembaca.
Tapi, jujur kami belum tau apakah hal ini berhasil.
Mohon kabari saya secepatnya apabila 'dia' juga mengganggu anda.
Apabila sudah positif dengan menyamarkan nama si 'mahluk' membuat 'dia' tidak mengganggu agan-agan, baru saya akan post part ke-2 keesokan harinya.
Mohon maaf sebelumnya
Note : apabila ada yang kurang yakin atau takut, mungkin sebaiknya jangan membaca part ini. Terimakasih.
Note 2 : Mohon maaf kalau misalkan saya belum bisa balas satu2 post dari agan2, soalnya gangguan belum selesai dan saya belum tidur dari semalam
7 Maret 2011
Halo diary… aduh aku kangen sekali padamu…
Dua hari kita tidak bertemu..
Aku sudah tidak sabar untuk cerita pengalaman selama dua hari kemarin aku pergi. Kamu tidak keberatan kan? Aku perlu membagi cerita ini atau aku bisa sangat stress…
Jadi, seperti yang aku sudah tuliskan tiga hari lalu, aku dan kawan-kawan kan pergi ke ke villa **** ********* (disensor untuk menghindari tuntutan pencemaran nama baik)
Villa itu sendiri sih seperti cottege pada umumnya. Beraksen seakan terbuat kayu-kayu dan terkesan romantic karena penerangan sedikit remang.
Dibagian belakang villa terdapat jalan setapak dengan pepohonan rindang, beberapa ranting pohon bahkan menutupi sebagian dari jendela-jendela yang menghadap belakang.
Sedangkan bagian depannya langsung berhadapan dengan laut. Yah, tidak langsung sih, tapi setidaknya masih kelihatan lah lautnya.
Seperti biasa mahasiswa, begitu datang kita hanya melempar barang-barang bawaan dan segera pergi bermain. Sampai dengan malam harinya.
Tidak ada yang terjadi pada saat siang sampai dengan malam hari pertama.
Sampai dengan tengah malam kami masih bangun untuk bermain kartu di ruangan tengah villa kami. Aku dan cewek2 lain tidur di lantai 1, sedangkan para cowok tidur di lantai 2. Supaya tidak terjadi khilaf diantara kami tentunya, hehe..
Tapi tidak ada satupun dari kami yang berniat tidur di hari pertama ini.
Setelah bosan bermain kartu, Bobby mengajak kami untuk bercerita seram agar lebih menghidupkan suasana.
Aku sudah menolak keras dan berdalih kalau aku paling takut cerita-cerita hantu itu.
Masalahnya, aku tidak bisa ‘merasakan’ atau ‘melihat’ apapun disini. Tidak seperti biasanya, karena setidaknya pasti tempat seperti ini ada penunggunya.
Tapi aku tidak bisa mendeteksi apapun disini, hanya ada aura berat seakan membuat sulit bernafas.
Karena itulah aku merasa sangat was-was…
Begitu juga dengan Cindy, sepertinya dia juga bisa merasakan aura yang tidak biasa ini deh. Karena biasanya apabila ada yang bercerita tentang horror, Cindy malah bersemangat untuk memberitahukan ‘penglihatan’nya akan ‘mereka’ yang sedang ikut mendengarkan cerita horror itu bersama mereka.
Karena itu aku dan Cindy memutuskan untuk memisahkan diri dari mereka dan beralasan kalau kami sudah mengantuk dan memang takut untuk mendengar cerita-cerita hantu itu.
Kami naik ke kamar, aku dan Cindy maksudnya, lalu kami mengobrol-ngobrol ringan mengenai perjalanan kemari.
“Ngomong-ngomong Lis, lu ngerasain juga?” tanya Cindy sambil matanya menyapu ruangan.
Aku tau maksudnya, tentang Villa ini pasti “Iya, aku ngerasain”
“Perlu gak kita larang anak-anak dibawah buat cerita setan begitu?” tanya Cindy, mengarahkan jempolnya untuk mengisyaratkan lantai bawah, tempat teman-temanku yang lain sedang berkumpul “masalahnya kalo dateng beneran yang diincer pasti gue ama lu duluan” lanjutnya.
Iya, aku paham sekali pendapat Cindy itu. Kalau ada ‘mahluk’ yang penasaran pada kami, sudah pasti aku dan Cindy yang peka akan kehadiran ‘mereka’ yang akan ditunjukkan terlebih dulu.
Kenapa? Karena kami adalah saksi mata yang bagus untuk mereka dibanding mereka yang tidak bisa melihat.
Kalau mereka yang tidak bisa melihat mendapatkan gambaran mengenai sosok ‘mahluk’ itu dari kami yang bisa melihat, akan lebih mudah buat ‘mereka’ untuk menampakkan diri pada orang-orang yang tidak bisa melihat.
Sudah kubilang kan… saksi mata yang baik…
Selain itu, kami yang punya ‘kutukan’ ini lebih rentan, menurut dari orang yang kukenal karena semakin dekat dengan ‘dunia sana’ maka ‘bau’ kami akan lebih menarik bagi ‘mereka’.
Okelah, cukup dengan teori-teori semacamnya. Intinya aku dan Cindy berada dalam resiko yang lebih besar untuk gangguan ‘mereka’ ketimbang yang lainnya.
“Memang bagaimana kamu mau larang mereka?” tanyaku
“Iya yah…” Cindy tampak berpikir keras “Kalo kita larang sekarang, satu-satunya cara ya ngaku kalo minimal gua bisa ngeliat, lu sih bilang aja karena takut” simpulnya.
Aku tidak setuju, karena itu aku menggeleng dan bilang “Ntar kamu yang dibilang orang aneh, soalnya macam kita ini kan dicapnya udah mendekati dukun gitu” kataku.
“Gapapa deh, yang penting kita berentiin mereka dulu, nextnya bisa dipikirin lagi…” kata Cindy “Lagian, paling mereka nanya apa gue bisa ramal cinta ato enggak” hibur Cindy sambil berdiri dan berjalan ke pintu kamar kami.
Tiba-tiba mati lampu.
“!@#$” umpat Cindy (disensor)
Yahh… dia memang sedikit sering mengumpat….
Tapi mati lampu ini benar-benar aneh, karena bahkan kami tidak bisa melihat apapun. Bahkan seakan tidak ada cahaya apapun dari jendela, gelap gulita.
Aku berusaha mencari-cari HPku…
Anehnya aku tidak menemukannya, padahal aku menaruhnya tepat dibawah tanganku sebelum mati lampu.
“Lis… HP gua disitu enggak?” tanya Cindy
“Enggak tuh, aku juga enggak ketemu HPku” jawabku
“Perasaan tadi gua udah kantongin deh” Cindy terdengar sedikit panik.
BRAKKKK!!!!
Tiba-tiba terdengar bunyi yang sangat kencang. Seakan baru saja petir menyambar di samping kamar kami.
Kemudian aku merasakan sedikit perubahan aura di sekitarku. Aku tidak lagi sulit bernapas, auranya sedikit menipis. Tapi aku bisa merasakan ‘mereka’ sekarang.
Banyak sekali….
Pikirku saat itu adalah bagaimana caranya untuk segera pergi dari sini. Tapi hal itu tidak mungkin, aku dan Cindy sama-sama tidak bisa membawa mobil, dan selain itu mobil hanya 2 dan tidak mungkin hanya satu mobil untuk dipakai sisa teman-temanku.
Tiba-tiba aura keberadaan ‘mereka’ menghilang dan lampu menyala kembali.
Kami berdua, aku dan Cindy saling menatap kebingungan. Ini sangat aneh sekali.
Cindy langsung buru-buru keluar kamar dan dengan cepat turun ke ruang tengah tempat teman-teman kami berkumpul.
Aku berusaha menyusulnya sebisaku.
Dibawah Cindy langsung bertanya dengan marah ke teman-teman kami “Siapa yang cerita barusan? Cepet ngomong!! Siapa yang barusan cerita?”
“Gua yang cerita, apaan sih lu nek? Galak banget” jawab Andy
Tanpa peduli omongan Andy, Cindy langsung menghampiri cowok itu dan berkata serius “lu cerita apa? Ceritain ke gua SEKARANG!!” katanya
“Loh, katanya lu berdua takut?” ejek Bobby
“Kagak usah ikut-ikut lu, gua cuman kagak sudi didatengin yang aneh2 cuman gara2 cerita lu-lu orang pada” sembur Cindy dengan marah, kemudian dia kembali ke Andy dan mendesis marah “Cerita!! SEKARANG!!”
Sepertinya Andy agak takut dengan sikap Cindy yang garang deh, karena dia langsung bercerita.
Ceritanya simple, aku masih bisa mengingat intinya. Intinya adalah anak kecil yang sedang tidur di rumah diganggu oleh suara ketukan di luar jendelanya. Setelah anak itu memeriksa jendelanya, ternyata dia mendengar suara ketukan itu ternyata bukan dari jendela, melainkan dari tempat lain.
Dan tempat itu ternyata adalah lemari kayu yang ada di kamarnya.
Cerita yang sudah sering kami dengar. Untuk berjaga-jaga, Cindy juga bertanya pada Bobby, Ani, Deasy dan Gerald untuk cerita-cerita mereka.
Baru Bobby, Ani dan Andy yang sudah bercerita diantara mereka.
Cerita Bobby hanya cerita seram semata mengenai kakek-kakek yang sering kelihatan di kampus kami. Dia tidak tau saja kalau kakek itu tidak berbahaya, malah baik dan sering tersenyum.
Cerita Ani sebaliknya menjadi catatan bagiku dan Cindy, ceritanya mengenai bayangan yang berusaha menjadi nyata dengan mencelakakan manusia pemilik dari bayangan itu.
Waktu menunjukkan jam 2:49 pagi waktu kami memutuskan untuk memasak sesuatu.
Hari hampir terang dalam beberapa jam dan aku sangat mengantuk.
Cindy merasakan hal yang sama sepertiku karena dia menanyakan apakah aku mau ikut dia kembali ke kamar untuk tidur.
Aku langsung menyetujui usulan itu dan pergi ke kamar bersamanya.
Tidak butuh waktu lama sepertinya untukku langsung tidur deh, karena aku tidak ingat apa-apa lagi setelah aku naik keatas Kasur.
Tapi aku ingat dengan pasti apa yang kulihat saat terbangun.
Aku terbangun dengan tidak sengaja sekitar jam 4:00, aku ingat jam digital disamping tempat tidur menunjukkan angka itu.
Aku merasakan sesuatu berada di bawah selimutku…
Sesuatu sedang merayap dibawah kakiku. Jelas bukan seekor binatang karena aku merasakan sentuhan yang dingin, seperti diselimuti es batu.
Perasaan dingin itu merayap naik ke atas tubuhku, dibawah selimutku…
Perlahan-lahan aku menggeser tanganku ke pinggiran selimutku..
Sesuatu itu merayap naik melewati perutku sekarang. Tanganku menggenggam pinggiran selimut sekarang..
1..2…3….!!
Aku menyibak selimutku ke atas..
Tidak ada apa-apa…
Aku menyangka akan ada ‘sesuatu’ yang akan menatapku dari balik selimutku, tapi tidak, tidak ada apapun di bawah selimutku, perasaan dingin itupun sudah menghilang sekarang.
Aku berpikir kalau itu hanyalah pikiranku saja. Aku menenangkan diriku dan bersender nyaman pada bantal kepala yang empuk.
Tepat di depan wajahku, seorang nenek yang sangat tua menatap kepadaku.
Dia seakan berdiri.. atau melayang di sisi atas tempat tidurku. Wajahnya pucat kebiruan, bajunya berwarna ungu dan sangat kotor dengan tanah, bagaikan nenek itu baru saja bergulingan di tanah.
Perlahan… ‘nenek’ itu mendekatkan wajahnya perlahan ke wajahku…
Pada saat itu aku tidak bisa merasakan tubuh di bawah leherku sama sekali, sepertinya semua tenaga sudah diambil dari tubuhku itu...
“….” Mulut nenek itu seperti mengucapkan sesuatu, aku mendengarnya seperti gumaman, tapi aku mendengar seperti kata “cucu”.
“Apa?” tanpa sadar mulutku mengatakan kata-kata itu.
“Cucu nenek… S******* hilang… nenek harus cepat cari… cucu nenek harus mati…. harus mati…”
Bisiknya lagi.
“Cucu nenek?” tanyaku lirih, sekali lagi aku tidak sadar saat mengatakan itu, seperti sesuatu dalam diriku yang mendorong mulutku untuk mengatakan pertanyaan itu tanpa sadar.
Mata nenek itu tiba-tiba melotot dengan penuh kemarahan padaku.
“S********!!! S********!!! Kamu lihat!? Kamu lihat!?” teriaknya sambil mendekatkan wajahnya yang kini penuh dengan kemarahan, urat-urat kemarahannya yang bercampur dengan keriput di wajahnya sangat mengerikan.
Kemudian nenek itu mencekikku, kekuatan cekikannya benar-benar kuat.
“Mana S********!!? Nenek harus bunuh dia…!!!? MANA S********!!!!!??” murka nenek itu sambil mencekikku dengan lebih erat.
Aku tidak bisa mengucapkan apapun karena cekikan dari nenek itu aku hanya bisa sekuat tenaga menggerakkan leherku untuk menggeleng sambil mulutku bergerak-gerak berusaha berbicara.
Nenek itu melonggarkan cekikannya, namun roman marah masih belum hilang dari wajahnya “DIMANA DIA!!!? DIMANA S********!!!?” teriaknya.
“A-aku tidak tau nek… aku tidak kenal cucu nenek..” bisikku sambil memegangi leherku yang terasa sangat sakit.
Nenek itu menjerit sekuatnya, lalu mencabut pisau dari kebayanya, kemudian melayang di atasku berbaring dan melesat keluar jendela sambil berteriak “DIMANA KAU S********!!?” teriaknya berulang-ulang sampai sosoknya menghilang menembus jendela.
Seketika itu, aku baru bisa menemukan tenagaku kembali dan merasakan anggota badanku.
Aku terduduk sambil terbatuk-batuk karena rasa sakit dari cekikan nenek tadi masih tersisa..
“Cin..?” kataku sambil menengok ke arah ranjang temanku, dengan maksud ingin menanyakan apakah dia melihat nenek itu tadi.
Tapi Cindy tidak ada di tempat tidurnya, selimutnya terbuka dan terjuntai separuh ke lantai…
Lanjut besok ya Diary… tidak sadar aku sudah menulis 5 halaman, cerita ini belum selesai tapi ini suda hampir tengah malam….
besok pagi-pagi aku akan lanjutkan cerita ini… Aku janji deh..
Aku sudah mengantuk sekarang, Good Night Diary, besok kita akan jumpa lagi.
Ini karena ada beberapa alasan, sebenarnya...
Pertama-tama, Cerita yang akan saya update ini terdiri dari dua part, tapi akan saya pisahkan waktu updatenya, bukan karena saya belum selesai mengetik cerita yang panjang ini, sebenarnya saya dan Elisa awalnya ragu apakah kita akan lanjut memberikan cerita ini ke agan-agan apa tidak?
Alasannya kami ragu adalah karena hal-hal yang akan tuliskan di WARNING dibawah, tolong agan baca baik2 dulu sebelum lanjut baca ya.
Quote:
WARNING!! Harap dibaca dulu sebelum lanjut.
Cerita kali ini adalah cerita yang paling misterius dan lebih 'berbahaya' ketimbang cerita 'wanita' itu.
Yang jadi masalah di cerita ini, kata kuncinya adalah Nama
Yaitu "nama" dari 'mahluk' yang diceritakan di cerita ini. Dan gangguan dari sang pemilik nama juga sudah saya rasakan setelah selesai membaca hasil Scan dari Diary yang asli dari Elisa.
Gangguan-gangguan yang muncul saya ceritakan pada Elisa dan membuat kami urung untuk mempublikasikan cerita ini.
Namun, setelah kami diskusi, cerita akan tetap kami publikasikan, tapi Namadari 'mahluk' itu akan kami samarkan dalam cerita ini. Karena Nama yang dimaksud bukanlah nama yang familiar. Tapi bisa jadi menjadi "Nama" khusus buat 'mahluk' itu. Hal ini kami lakukan untuk melindungi pembaca.
Tapi, jujur kami belum tau apakah hal ini berhasil.
Mohon kabari saya secepatnya apabila 'dia' juga mengganggu anda.
Apabila sudah positif dengan menyamarkan nama si 'mahluk' membuat 'dia' tidak mengganggu agan-agan, baru saya akan post part ke-2 keesokan harinya.
Mohon maaf sebelumnya
Note : apabila ada yang kurang yakin atau takut, mungkin sebaiknya jangan membaca part ini. Terimakasih.
Note 2 : Mohon maaf kalau misalkan saya belum bisa balas satu2 post dari agan2, soalnya gangguan belum selesai dan saya belum tidur dari semalam
Spoiler for Part XIV:
7 Maret 2011
Halo diary… aduh aku kangen sekali padamu…
Dua hari kita tidak bertemu..
Aku sudah tidak sabar untuk cerita pengalaman selama dua hari kemarin aku pergi. Kamu tidak keberatan kan? Aku perlu membagi cerita ini atau aku bisa sangat stress…
Jadi, seperti yang aku sudah tuliskan tiga hari lalu, aku dan kawan-kawan kan pergi ke ke villa **** ********* (disensor untuk menghindari tuntutan pencemaran nama baik)
Villa itu sendiri sih seperti cottege pada umumnya. Beraksen seakan terbuat kayu-kayu dan terkesan romantic karena penerangan sedikit remang.
Dibagian belakang villa terdapat jalan setapak dengan pepohonan rindang, beberapa ranting pohon bahkan menutupi sebagian dari jendela-jendela yang menghadap belakang.
Sedangkan bagian depannya langsung berhadapan dengan laut. Yah, tidak langsung sih, tapi setidaknya masih kelihatan lah lautnya.
Seperti biasa mahasiswa, begitu datang kita hanya melempar barang-barang bawaan dan segera pergi bermain. Sampai dengan malam harinya.
Tidak ada yang terjadi pada saat siang sampai dengan malam hari pertama.
Sampai dengan tengah malam kami masih bangun untuk bermain kartu di ruangan tengah villa kami. Aku dan cewek2 lain tidur di lantai 1, sedangkan para cowok tidur di lantai 2. Supaya tidak terjadi khilaf diantara kami tentunya, hehe..
Tapi tidak ada satupun dari kami yang berniat tidur di hari pertama ini.
Setelah bosan bermain kartu, Bobby mengajak kami untuk bercerita seram agar lebih menghidupkan suasana.
Aku sudah menolak keras dan berdalih kalau aku paling takut cerita-cerita hantu itu.
Masalahnya, aku tidak bisa ‘merasakan’ atau ‘melihat’ apapun disini. Tidak seperti biasanya, karena setidaknya pasti tempat seperti ini ada penunggunya.
Tapi aku tidak bisa mendeteksi apapun disini, hanya ada aura berat seakan membuat sulit bernafas.
Karena itulah aku merasa sangat was-was…
Begitu juga dengan Cindy, sepertinya dia juga bisa merasakan aura yang tidak biasa ini deh. Karena biasanya apabila ada yang bercerita tentang horror, Cindy malah bersemangat untuk memberitahukan ‘penglihatan’nya akan ‘mereka’ yang sedang ikut mendengarkan cerita horror itu bersama mereka.
Karena itu aku dan Cindy memutuskan untuk memisahkan diri dari mereka dan beralasan kalau kami sudah mengantuk dan memang takut untuk mendengar cerita-cerita hantu itu.
Kami naik ke kamar, aku dan Cindy maksudnya, lalu kami mengobrol-ngobrol ringan mengenai perjalanan kemari.
“Ngomong-ngomong Lis, lu ngerasain juga?” tanya Cindy sambil matanya menyapu ruangan.
Aku tau maksudnya, tentang Villa ini pasti “Iya, aku ngerasain”
“Perlu gak kita larang anak-anak dibawah buat cerita setan begitu?” tanya Cindy, mengarahkan jempolnya untuk mengisyaratkan lantai bawah, tempat teman-temanku yang lain sedang berkumpul “masalahnya kalo dateng beneran yang diincer pasti gue ama lu duluan” lanjutnya.
Iya, aku paham sekali pendapat Cindy itu. Kalau ada ‘mahluk’ yang penasaran pada kami, sudah pasti aku dan Cindy yang peka akan kehadiran ‘mereka’ yang akan ditunjukkan terlebih dulu.
Kenapa? Karena kami adalah saksi mata yang bagus untuk mereka dibanding mereka yang tidak bisa melihat.
Kalau mereka yang tidak bisa melihat mendapatkan gambaran mengenai sosok ‘mahluk’ itu dari kami yang bisa melihat, akan lebih mudah buat ‘mereka’ untuk menampakkan diri pada orang-orang yang tidak bisa melihat.
Sudah kubilang kan… saksi mata yang baik…
Selain itu, kami yang punya ‘kutukan’ ini lebih rentan, menurut dari orang yang kukenal karena semakin dekat dengan ‘dunia sana’ maka ‘bau’ kami akan lebih menarik bagi ‘mereka’.
Okelah, cukup dengan teori-teori semacamnya. Intinya aku dan Cindy berada dalam resiko yang lebih besar untuk gangguan ‘mereka’ ketimbang yang lainnya.
“Memang bagaimana kamu mau larang mereka?” tanyaku
“Iya yah…” Cindy tampak berpikir keras “Kalo kita larang sekarang, satu-satunya cara ya ngaku kalo minimal gua bisa ngeliat, lu sih bilang aja karena takut” simpulnya.
Aku tidak setuju, karena itu aku menggeleng dan bilang “Ntar kamu yang dibilang orang aneh, soalnya macam kita ini kan dicapnya udah mendekati dukun gitu” kataku.
“Gapapa deh, yang penting kita berentiin mereka dulu, nextnya bisa dipikirin lagi…” kata Cindy “Lagian, paling mereka nanya apa gue bisa ramal cinta ato enggak” hibur Cindy sambil berdiri dan berjalan ke pintu kamar kami.
Tiba-tiba mati lampu.
“!@#$” umpat Cindy (disensor)
Yahh… dia memang sedikit sering mengumpat….
Tapi mati lampu ini benar-benar aneh, karena bahkan kami tidak bisa melihat apapun. Bahkan seakan tidak ada cahaya apapun dari jendela, gelap gulita.
Aku berusaha mencari-cari HPku…
Anehnya aku tidak menemukannya, padahal aku menaruhnya tepat dibawah tanganku sebelum mati lampu.
“Lis… HP gua disitu enggak?” tanya Cindy
“Enggak tuh, aku juga enggak ketemu HPku” jawabku
“Perasaan tadi gua udah kantongin deh” Cindy terdengar sedikit panik.
BRAKKKK!!!!
Tiba-tiba terdengar bunyi yang sangat kencang. Seakan baru saja petir menyambar di samping kamar kami.
Kemudian aku merasakan sedikit perubahan aura di sekitarku. Aku tidak lagi sulit bernapas, auranya sedikit menipis. Tapi aku bisa merasakan ‘mereka’ sekarang.
Banyak sekali….
Pikirku saat itu adalah bagaimana caranya untuk segera pergi dari sini. Tapi hal itu tidak mungkin, aku dan Cindy sama-sama tidak bisa membawa mobil, dan selain itu mobil hanya 2 dan tidak mungkin hanya satu mobil untuk dipakai sisa teman-temanku.
Tiba-tiba aura keberadaan ‘mereka’ menghilang dan lampu menyala kembali.
Kami berdua, aku dan Cindy saling menatap kebingungan. Ini sangat aneh sekali.
Cindy langsung buru-buru keluar kamar dan dengan cepat turun ke ruang tengah tempat teman-teman kami berkumpul.
Aku berusaha menyusulnya sebisaku.
Dibawah Cindy langsung bertanya dengan marah ke teman-teman kami “Siapa yang cerita barusan? Cepet ngomong!! Siapa yang barusan cerita?”
“Gua yang cerita, apaan sih lu nek? Galak banget” jawab Andy
Tanpa peduli omongan Andy, Cindy langsung menghampiri cowok itu dan berkata serius “lu cerita apa? Ceritain ke gua SEKARANG!!” katanya
“Loh, katanya lu berdua takut?” ejek Bobby
“Kagak usah ikut-ikut lu, gua cuman kagak sudi didatengin yang aneh2 cuman gara2 cerita lu-lu orang pada” sembur Cindy dengan marah, kemudian dia kembali ke Andy dan mendesis marah “Cerita!! SEKARANG!!”
Sepertinya Andy agak takut dengan sikap Cindy yang garang deh, karena dia langsung bercerita.
Ceritanya simple, aku masih bisa mengingat intinya. Intinya adalah anak kecil yang sedang tidur di rumah diganggu oleh suara ketukan di luar jendelanya. Setelah anak itu memeriksa jendelanya, ternyata dia mendengar suara ketukan itu ternyata bukan dari jendela, melainkan dari tempat lain.
Dan tempat itu ternyata adalah lemari kayu yang ada di kamarnya.
Cerita yang sudah sering kami dengar. Untuk berjaga-jaga, Cindy juga bertanya pada Bobby, Ani, Deasy dan Gerald untuk cerita-cerita mereka.
Baru Bobby, Ani dan Andy yang sudah bercerita diantara mereka.
Cerita Bobby hanya cerita seram semata mengenai kakek-kakek yang sering kelihatan di kampus kami. Dia tidak tau saja kalau kakek itu tidak berbahaya, malah baik dan sering tersenyum.
Cerita Ani sebaliknya menjadi catatan bagiku dan Cindy, ceritanya mengenai bayangan yang berusaha menjadi nyata dengan mencelakakan manusia pemilik dari bayangan itu.
Waktu menunjukkan jam 2:49 pagi waktu kami memutuskan untuk memasak sesuatu.
Hari hampir terang dalam beberapa jam dan aku sangat mengantuk.
Cindy merasakan hal yang sama sepertiku karena dia menanyakan apakah aku mau ikut dia kembali ke kamar untuk tidur.
Aku langsung menyetujui usulan itu dan pergi ke kamar bersamanya.
Tidak butuh waktu lama sepertinya untukku langsung tidur deh, karena aku tidak ingat apa-apa lagi setelah aku naik keatas Kasur.
Tapi aku ingat dengan pasti apa yang kulihat saat terbangun.
Aku terbangun dengan tidak sengaja sekitar jam 4:00, aku ingat jam digital disamping tempat tidur menunjukkan angka itu.
Aku merasakan sesuatu berada di bawah selimutku…
Sesuatu sedang merayap dibawah kakiku. Jelas bukan seekor binatang karena aku merasakan sentuhan yang dingin, seperti diselimuti es batu.
Perasaan dingin itu merayap naik ke atas tubuhku, dibawah selimutku…
Perlahan-lahan aku menggeser tanganku ke pinggiran selimutku..
Sesuatu itu merayap naik melewati perutku sekarang. Tanganku menggenggam pinggiran selimut sekarang..
1..2…3….!!
Aku menyibak selimutku ke atas..
Tidak ada apa-apa…
Aku menyangka akan ada ‘sesuatu’ yang akan menatapku dari balik selimutku, tapi tidak, tidak ada apapun di bawah selimutku, perasaan dingin itupun sudah menghilang sekarang.
Aku berpikir kalau itu hanyalah pikiranku saja. Aku menenangkan diriku dan bersender nyaman pada bantal kepala yang empuk.
Tepat di depan wajahku, seorang nenek yang sangat tua menatap kepadaku.
Dia seakan berdiri.. atau melayang di sisi atas tempat tidurku. Wajahnya pucat kebiruan, bajunya berwarna ungu dan sangat kotor dengan tanah, bagaikan nenek itu baru saja bergulingan di tanah.
Perlahan… ‘nenek’ itu mendekatkan wajahnya perlahan ke wajahku…
Pada saat itu aku tidak bisa merasakan tubuh di bawah leherku sama sekali, sepertinya semua tenaga sudah diambil dari tubuhku itu...
“….” Mulut nenek itu seperti mengucapkan sesuatu, aku mendengarnya seperti gumaman, tapi aku mendengar seperti kata “cucu”.
“Apa?” tanpa sadar mulutku mengatakan kata-kata itu.
“Cucu nenek… S******* hilang… nenek harus cepat cari… cucu nenek harus mati…. harus mati…”
Bisiknya lagi.
“Cucu nenek?” tanyaku lirih, sekali lagi aku tidak sadar saat mengatakan itu, seperti sesuatu dalam diriku yang mendorong mulutku untuk mengatakan pertanyaan itu tanpa sadar.
Mata nenek itu tiba-tiba melotot dengan penuh kemarahan padaku.
“S********!!! S********!!! Kamu lihat!? Kamu lihat!?” teriaknya sambil mendekatkan wajahnya yang kini penuh dengan kemarahan, urat-urat kemarahannya yang bercampur dengan keriput di wajahnya sangat mengerikan.
Kemudian nenek itu mencekikku, kekuatan cekikannya benar-benar kuat.
“Mana S********!!? Nenek harus bunuh dia…!!!? MANA S********!!!!!??” murka nenek itu sambil mencekikku dengan lebih erat.
Aku tidak bisa mengucapkan apapun karena cekikan dari nenek itu aku hanya bisa sekuat tenaga menggerakkan leherku untuk menggeleng sambil mulutku bergerak-gerak berusaha berbicara.
Nenek itu melonggarkan cekikannya, namun roman marah masih belum hilang dari wajahnya “DIMANA DIA!!!? DIMANA S********!!!?” teriaknya.
“A-aku tidak tau nek… aku tidak kenal cucu nenek..” bisikku sambil memegangi leherku yang terasa sangat sakit.
Nenek itu menjerit sekuatnya, lalu mencabut pisau dari kebayanya, kemudian melayang di atasku berbaring dan melesat keluar jendela sambil berteriak “DIMANA KAU S********!!?” teriaknya berulang-ulang sampai sosoknya menghilang menembus jendela.
Seketika itu, aku baru bisa menemukan tenagaku kembali dan merasakan anggota badanku.
Aku terduduk sambil terbatuk-batuk karena rasa sakit dari cekikan nenek tadi masih tersisa..
“Cin..?” kataku sambil menengok ke arah ranjang temanku, dengan maksud ingin menanyakan apakah dia melihat nenek itu tadi.
Tapi Cindy tidak ada di tempat tidurnya, selimutnya terbuka dan terjuntai separuh ke lantai…
Lanjut besok ya Diary… tidak sadar aku sudah menulis 5 halaman, cerita ini belum selesai tapi ini suda hampir tengah malam….
besok pagi-pagi aku akan lanjutkan cerita ini… Aku janji deh..
Aku sudah mengantuk sekarang, Good Night Diary, besok kita akan jumpa lagi.
Diubah oleh ayanokouji 15-07-2016 09:53
johny251976 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas