- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
...
TS
suwandilam
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
INDEX
PART 1 - Perkenalan - Langsung ada di postingan ini
PART 2 - Keberangkatan
PART 3 - Tiba di Desa
PART 4 - Malam Pertama
PART 5 - Ibu Tua
PART 6 - Informasi Mengejutkan
PART 7 - Suara
PART 8 - Terkuncikah ?
PART 9 - Rumah Terang
PART 10 - Gadis Cantik Yang Kesepian
PART 11 - Tangisan
PART 12 - Pernyataan Kades
PART 13 - Terjebak
PART 14 - Pengungkapan
PART 15 - Silahturahmi Pertama
PART 16 - Tamu
PART 17 - Jalan Malam
PART 18 - Berteduh Lagi
PART 19 - Balik !!!
PART 20 - Maksud Terselubung
PART 21 - Perdebatan
PART 22 - Halusinasi ?
PART 23 - Halusinasi 2
PART 24 - Tangis dan Tawa
PART 25 - Pengejaran Amelia
PART 26 - Ngecek Lagi ?
PART 27 - Gak Hoki
PART 28 - Siapa Itu Ya ?
PART 29 - Hari Yang Tenang
PART 30 - Kebelet !
PART 31 - Bertemu Lagi !
PART 32 - Tertabrak !
PART 33 - Terror
PART 34 - Kejutan !!!
PART 35 - Terror 2
PART 36 - Terror 3
PART 37 - Lemari Cermin
PART 38 - Ngecek yuk
PART 39 - Tangisan
PART 40 - Ketukan
PART 41 - Mimpi atau Nyata
PART 42 - Penampakan
PART 43 - Haruskah Melapor ?
PART 44 - Mencari Solusi
PART 45 - Pengungkapan Misteri !
PART 46 - Pengungkapan Misteri 2
PART 47 - Pengungkapan Misteri 3
PART 48 - Pengungkapan Misteri 4
PART 49 - Sebenarnya ini apa ?!
PART 50 - Pengungkapan Lemari Cermin
PART 51 - Nenek oh Nenek
PART 52 - Konflik !
PART 53 - Kejutan
PART 54 - Bolehkah Gue Kabur ?
PART 55 - Hilang !
PART 56 - Duniaku
PART 57 - Gue Dimana?
PART 58 - SURAT
PART 59 - Suara dan Penglihatan ?
PART 60 - Masuk atau Kagak ?!
PART 61 - Aku Hilang !
PART 62 - Kembali
PART 63 - Penjelasan
PART 64 - Siksaan !
PART 65 - Ketenangan
PART 66 - Suara Aneh
PART 67 - Terjebak !
PART 68 - TOLONG GUE !
PART 69 - Kuburan (NEW UPDATE)
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil - Part 1
Cerita ini merupakan fiksi, namun isi dari cerita ini sebagian diambil dari serangkaian kisah pengalaman nyata yang dialami oleh penulis dan dicampur dengan cerita fiksi yang tidak benar-benar terjadi. Beberapa kejadian memang benar terjadi dan beberapa kejadian merupakan cerita rekayasa untuk penambahan agar cerita ini menjadi lebih menarik. Semua nama tokoh, nama tempat dan lain-lain telah disamarkan guna menjaga nama baik pemilik aslinya.
Nah mari kita mulai ceritanya.
1 Februari 2015, Yap tepat pada tanggal ini saya mahasiswa jurusan ekonomi yang bernama Dony mendapatkan tawaran menarik dari kampus saya. Saya berasal dari Jakarta, kuliah di salah satu universitas swasta ternama di Jakarta dan sekarang tengah memasuki semester delapan. Menjelang memasuki semester 8 yang ku anggap bakal menjadi semester terakhir untuk perkuliahanku, Aku memiliki banyak waktu luang karena aku hanya tinggal menyelesaikan KKN dan menyusun skripsi (Itupun uda hampir kelar karena data2 skripsinya uda ada dan tinggal dimanipulasi, namun repotnya ya itu nanti minta persetujuan dosen dan revisi2 yang menjengkelkan pastinya dan bisa menghabiskan waktu cukup lama).
Sebelum tanggal 1 Feb, keseharianku cukup membosankan karena terlalu banyak waktu luang, mau memikirkan tentang KKN, tetapi aku masih galau mau KKN di mana, belum ada lokasi KKN yang asik menurutku sampai saat ini. Kebanyakan waktu luangku kuhabiskan untuk berkelana di kampus mencari info2 sputar KKN, hingga suatu waktu aku pergi ke ruangan dosen, bercerita2 dengan dosen dan terakhir sebelum pulang, aku membaca papan informasi yang ada di ruangan dosen, seketika mataku tertuju pada papan informasi yang terdapat selembaran brosur. Brosur tsb bertuliskan :
“Dicari 10 Mahasiswa/I yang berminat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa terpencil selama 3 bulan, dana semua ditanggung oleh kampus. Diperuntukkan bagi mahasiswa/I yang berada di semester 7 ke atas.
Kriteria : Memiliki jiwa pemberani, bisa hidup mandiri, menyukai kehidupan alam desa dan ingin pengalaman seru.
Hadiah : Bagi anda yang belum menyelesaikan KKN, maka KKN dianggap selesai sehubungan dengan kegiatan ini dan mendapatkan nilai A
Bagi anda yang sedang menyelesaikan skripsi, maka nilai Skripsi anda akan langsung mendapatkan nilai A.
Silahkan isi formulir yang dapat diambil di bagian kemahasiswaan, serahkan formulir tersebut ke rektorat paling lambat tanggal 30 Januari 2015. Bagi mahasiswa/I yang kami anggap cocok untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa ini, akan kami informasikan pada tanggal 1 Februari 2015.
Mahasiwa/I akan kami pilih dari berbagai jurusan agar dapat saling melengkapi dan membuat serangkaian program untuk pembangunan desa tersebut.
Untuk informasi lebih lanjut bisa langsung datang ke rektorat.”
Wahhhh !!! Setelah membaca brosur ini, akupun kaget dan cukup tertarik untuk mengikuti kegiatan ini. Langsung kutanyakan ke bagian kemahasiswaan di fakultasku tentang formulir ini dan apakah masih ada kuota kosong untuk kegiatan pembangunan desa ini atau tidak.
Saya : “Pak ! Itu brosur di papan informasi masih berlaku kan Pak? Kira2 masih ada slot kosong utk saya ikut serta gak ?”
Dosen Kemahasiswaan : “Oh brosur itu, setahu saya itu masih terbuka untuk semua mahasiswa di universitas ini. Penutupannya kan di akhir bulan Januari ini. Kenapa? Kamu minat utk ikut ?”
Saya : “Oh jelas minat lah Pak ! KKN dan Skripsi langsung kelar dan nilainya A loh !”
Dosen : “Hehehe iya nak, Bapak juga kaget baca brosur ini, kok bisa ya rektorat langsung izinkan KKN dan Skripsi langsung dapat nilai A.”
Saya : “Loh, memangnya kenapa Pak ? Tahun2 sebelumnya belum pernah ada informasi seperti ini?”
Dosen : “Belum pernah nak. Ini informasi terbaru dan perdana yang pernah Bapak dapatkan. Belum pernah ada kegiatan seperti ini selama bapak mengajar di sini. Ya uda kamu coba apply aja deh, siapa tau kamu bisa terpilih kan, itu untuk 10 orang kapasitasnya loh, coba aja kamu ajak temanmu biar gak bosan. Siapa tau bisa masuk kalian kan, tapi nanti kepastian siapa yang berhak ikut itu jg ditentuin dari rektorat dan kemungkinan kamu dan temanmu tidak bisa lolos barengan, tapi dicoba saja, paling enggak nanti kamu bakal dapat banyak teman baru loh. Nih formulirnya.”
Saya : “Makasih pak, paling enggak saya lolos dari KKN dan Skripsi yang menyusahkan ini Pak. Hehehehe.” (Ketawa cengengesan)
Setelah mendapatkan formulir dari dosen kemahasiswaan fakultasku, Aku langsung bikin group chat via BBM untuk beberapa teman2ku yang berjumlah 4 org termasuk aku yang tentunya masih belum KKN dan Skripsi.
Saya : “Woi, Bro ! Baca nech, Kalian ndak perlu KKN dan bikin skripsi oeeee ! Ikut program ini, seru cui ngabdi di desa, hidup di alam bebas, KKN dan skripsi lgsg kelar. Dana semua ditanggung kampus ! Ikut yok, untuk semua fakultas loh!”
Rudy : “Wew serius tuh? Keknya seru juga loh ! Lu ada formulirnya?”
Victor : “Wakakaka, klo KKN dan skripsi lgsg A , gue masuk cui. Kapan kasi gue form nya ?”
Benny : “Gue ikut apply deh klo kalian semua apply ! Ya moga” aja kepilih semua kita berempat!”
Saya : “Okay, form nya kalian jemput aja ama gua di kampus ya!”
Setelah menghubungi semua teman2 gua, gua pun atur waktu ketemu mreka dan ngasihin formulir untuk mereka isi.
Tepat pada tanggal 1 Februari 2015 pagi hari, HP kami masing2 pun berdering.
Saya : “Woiii brooo ! Gue dapat sms dari rektorat nech ! Gw kepilih untuk ikut loh ! Wakakka, kalian cam mana? Lolos ?”
Rudy : “Gue kagak lolos brooooo… Suram !!!”
Victor : “Lu gak lolos Rud ? Gue lolos nech wkawkakwa, mantap Don ! Bareng2 nikmatin alam desa kita, skalian cuci mata liat cewek2 desa wakwkawka ! Benny gimana?”
Benny : “Gue gak lolos cukkk~ Kok bisa yeee… Padahal pengen banget gue nikmatin alam desa, intinya sih sebenarnya kkn dan skripsi kelar wakwakka.”
Saya : “Sabar yee yang gak lolos wkwkwk, kalian ambil masa langkau aja, barangkali tahun depan ada lagi kegiatan beginian hehehe.”
Rudy : “Taikk lu… Ya uda info2 n cerita2 ye pengalaman xan disana gimana !”
Victor : “Pasti bro ! Eh Don, nanti siang kita ke rektorat bareng deh ya !”
Saya : “Sip bro !”
Siang harinya sehabis makan siang, gue dan Victor langsung menuju ke rektorat dengan mengendarai motor kami masing2. Selama perjalanan kami saling bercerita.
Saya : “Eh bro, bosan gak ya nanti selama di desa, 3 bulan loh. Entah ada pulang or enggak ?”
Victor : “Ya kagak tau, enak sih hidup mandiri dan bebas, tapi klo 3 bulan ndak pulang ya bosan jg, kecuali di desa itu adem dan bnyk hiburan, tapi gue rasa mana bakal byk hiburan, tv, game, inet pasti ga ada or klo pun ada pasti jelek sekali.”
Saya : “Iya juga sich, tapi biarlah, lumayan kan KKN dan Skripsi bisa kelar dalam 3 bulan bersamaan. Bersabar2 aja dah, tujuan kita kan itu. Hehehe”
Victor : “Yoi Bro. Kira-kira 8 peserta lagi cowo apa cewe ya, klo cowo semua bosan juga nech. Btw entah ada yang tipe gue or gak ya, pengennya sih klo ada yg cewe yg tipe gue, bisa pdkt-an sekalian hahaha.”
Saya : “Hehehe.. Lu mah mata keranjang wakwkawka.”
Ehem, sampai lupa ngasih tau ke para pembaca, Gue dan Victor punya kriteria tipe cewe kami masing-masing. Ya moga-moga aja ada yg sesuai tipe, jadi bisa aktivitas bareng sambilan PDKT. hehehe
Polling
0 suara
Bagusnya Cerita ini memiliki Alur Panjang atau pendek ? Bagaimana isi ceritanya?
Diubah oleh suwandilam 18-09-2019 21:40
symoel08 dan 17 lainnya memberi reputasi
12
1.7M
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
suwandilam
#783
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil – Part 44
Setelah melewati malam yang cukup menyeramkan bagi gue dan temen-temen lainnya. Akhirnya pada pagi hari ke-27, gue dan Victor memutuskan untuk pergi ke rumah Pak Kades untuk meminta saran dan menemui orang pintar di desa. Ya biasalah, klo di desa, biasanya selalu ada orang pintar yang ahli dalam hal beginian.
“Yok Vic, berangkat lagi kita?” tanya gue ke Victor.
“Mau kemana Ko? Jadi ke rumah pak Kades?” sela Monica ke gua
“Iya Mon, kenapa? Kami mau bahas masalah Danu sih ama minta saran atas kejadian di sini.” Jawab Gue
“Ko, gua ama Feby boleh ikut gak? Feby juga pingin minta saran ama pak Kades.” Jawab Monica
“Ok, klo gitu barengan aja.” Jawab Gue
Akhirnya kami menuju rumah pak Kades dengan berjalan kaki pada pagi hari itu. Masih seperti biasa, setiap kali kami lewat depan rumah warga, selalu saja tatapan mereka begitu tajam memperhatikan kami. Gua sedikit terganggu juga, ini orang apa kagak pernah lihat orang kota datang ke desa kali yah? Kok sampai dilihat melulu.
Kami berempat terus berjalan dan cuekin pandangan orang-orang desa tersebut. Ya klo dibilang terganggu sih uda pasti terganggu lah. Tapi mau gimana lagi, palingan klo saling menatap, gue lemparin senyuman manis gue aja ke mereka, tapi sayangnya GA PERNAH DI RESPON MEREKA.. ckckckck
“Pagi, Pak. Ini kami yang mengabdi di desa ini loh. Maaf ganggu bentar Pak.” Ucap Victor ke pak Kades yang lagi duduk santai di teras depan rumahnya.
“Oh iya. Mari mari silahkan duduk aja. Ada apa nih pagi-pagi uda kemari?” tanya Pak Kades yang heran karena kami datang sekitaran jam 9 pagi.
Kami mulai basa-basi dan canda tawa sampai akhirnya pembicaraan kami mulai masuk ke poin yang penting.
“Emm begini Pak. Masih seputar masalah yang kemarin.” Ucap Victor membuka pembicaraan yang serius ini.
“Yang soal lemari cermin kah?” tanya pak Kades sambil mengingat
“Iya Pak. Masih masalah lemari cermin, namun diikuti beberapa masalah lainnya nih yang cukup memusingkan kami.” Jelas Victor
“Apa tuh?” tanya pak Kades
“Begini Pak. Selain penampakan yang dikeluhkan oleh teman-teman yang melihatnya. Salah satu dari teman kami yang cowo juga mengalami sedikit keanehan. Namanya Danu, dia sudah seperti ga sadarkan diri Pak, seperti kerasukan, suka berbicara sendiri, bengong-bengong sendiri, kadang keluyuran sendiri.” Jelas Victor
“Oh ia Pak, teman kita yang cewe ini (sambil nunjukin ke arah Feby), dia juga sering melihat sosok wanita gitu di arah luar rumah.” Tambah Gue
“Hmm… Kamu bisa lihat juga?” tanya pak Kades ke gue
“Eh.. Klo saya ngelihat langsung sih enggak, paling Cuma merasakan aja, misalnya kedengaran suara aneh-aneh gitu.” Jelas Gue
“Hmmm…. Kalau masalah begini sepertinya uda mulai kelewatan. Sebenarnya bapak malas cerita ke kalian panjang lebar, nantinya kalian malah akan semakin gak tenang, mengingat masih 2 bulan kalian harus mengabdi di desa ini kan? Kemudian ga ada rumah kosong lain yang lumayan bagus dan layak dihuni oleh orang sebanyak kalian ini.” Jelas pak Kades dengan suara agak pelan yang sepertinya juga cemas dan bingung akan masalah kami.
“Begini saja deh. Bapak sarankan kalian bawa teman kalian itu ke orang pintar yang akan bapak kasi alamatnya deh (Pak Kades gambarkan denah untuk menuju rumah orang pintar itu). Orang pintar ini sudah cukup berumur, terus nanti kalian harus sopan yah sama beliau, dia orang yang dituakan alias dihormati oleh masyarakat desa ini. Mungkin dia bisa jelaskan lebih lanjut soal masalah kalian ini.” Jelas Pak Kades sambil nyerahin denah ke gue
“Pak, memangnya ada masalah apa yah? Kok sampai seperti ini ?” tanya Victor
“Saya rasa kalian ada melakukan suatu kesalahan. Coba kalian renungkan dan kalian ceritakan saja deh sama orang pintar itu yah.” Jelas Pak Kades yang sepertinya dia menyimpan sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan kepada kami.
Mendengar penjelasan dari Pak Kades yang kurang memuaskan hati kami berempat. Akhirnya kami memutuskan untuk bertamu ke rumah orang pintar itu, ya mumpung masih jam 10 pagi.
Kami mengikuti denah yang diberikan oleh pak Kades.
….
Kami terus berjalan dan sepertinya rumah bapak orang pintar ini juga terpelosok juga, kiri kanan kami sudah pepohonan rimbun, padahal daerah ini bukan di daerah kami yang memang rumah warga hanya sedikit. Kami berjalan dengan pelan dan akhirnya kami menemukan rumah yang terbuat dari papan yang berukuran cukup sedang, tidak besar dan tidak terlalu kecil, halaman rumahnya juga cukup luas dan dipenuhin dengan berbagai jenis tanaman, ya klo gue liat sih seperti tanaman obat-obatan gitu deh.
“Permisiii…” ucap Victor sambil mengetuk pintu rumah yang terbuka
“Iya mari masuk. Bapak lagi keluar sebentar.” Ucap seseorang dari dalam rumah yang kedengarannya seperti suara seorang ibu-ibu yang uda berumur.
Setelah melewati malam yang cukup menyeramkan bagi gue dan temen-temen lainnya. Akhirnya pada pagi hari ke-27, gue dan Victor memutuskan untuk pergi ke rumah Pak Kades untuk meminta saran dan menemui orang pintar di desa. Ya biasalah, klo di desa, biasanya selalu ada orang pintar yang ahli dalam hal beginian.
“Yok Vic, berangkat lagi kita?” tanya gue ke Victor.
“Mau kemana Ko? Jadi ke rumah pak Kades?” sela Monica ke gua
“Iya Mon, kenapa? Kami mau bahas masalah Danu sih ama minta saran atas kejadian di sini.” Jawab Gue
“Ko, gua ama Feby boleh ikut gak? Feby juga pingin minta saran ama pak Kades.” Jawab Monica
“Ok, klo gitu barengan aja.” Jawab Gue
Akhirnya kami menuju rumah pak Kades dengan berjalan kaki pada pagi hari itu. Masih seperti biasa, setiap kali kami lewat depan rumah warga, selalu saja tatapan mereka begitu tajam memperhatikan kami. Gua sedikit terganggu juga, ini orang apa kagak pernah lihat orang kota datang ke desa kali yah? Kok sampai dilihat melulu.
Kami berempat terus berjalan dan cuekin pandangan orang-orang desa tersebut. Ya klo dibilang terganggu sih uda pasti terganggu lah. Tapi mau gimana lagi, palingan klo saling menatap, gue lemparin senyuman manis gue aja ke mereka, tapi sayangnya GA PERNAH DI RESPON MEREKA.. ckckckck
“Pagi, Pak. Ini kami yang mengabdi di desa ini loh. Maaf ganggu bentar Pak.” Ucap Victor ke pak Kades yang lagi duduk santai di teras depan rumahnya.
“Oh iya. Mari mari silahkan duduk aja. Ada apa nih pagi-pagi uda kemari?” tanya Pak Kades yang heran karena kami datang sekitaran jam 9 pagi.
Kami mulai basa-basi dan canda tawa sampai akhirnya pembicaraan kami mulai masuk ke poin yang penting.
“Emm begini Pak. Masih seputar masalah yang kemarin.” Ucap Victor membuka pembicaraan yang serius ini.
“Yang soal lemari cermin kah?” tanya pak Kades sambil mengingat
“Iya Pak. Masih masalah lemari cermin, namun diikuti beberapa masalah lainnya nih yang cukup memusingkan kami.” Jelas Victor
“Apa tuh?” tanya pak Kades
“Begini Pak. Selain penampakan yang dikeluhkan oleh teman-teman yang melihatnya. Salah satu dari teman kami yang cowo juga mengalami sedikit keanehan. Namanya Danu, dia sudah seperti ga sadarkan diri Pak, seperti kerasukan, suka berbicara sendiri, bengong-bengong sendiri, kadang keluyuran sendiri.” Jelas Victor
“Oh ia Pak, teman kita yang cewe ini (sambil nunjukin ke arah Feby), dia juga sering melihat sosok wanita gitu di arah luar rumah.” Tambah Gue
“Hmm… Kamu bisa lihat juga?” tanya pak Kades ke gue
“Eh.. Klo saya ngelihat langsung sih enggak, paling Cuma merasakan aja, misalnya kedengaran suara aneh-aneh gitu.” Jelas Gue
“Hmmm…. Kalau masalah begini sepertinya uda mulai kelewatan. Sebenarnya bapak malas cerita ke kalian panjang lebar, nantinya kalian malah akan semakin gak tenang, mengingat masih 2 bulan kalian harus mengabdi di desa ini kan? Kemudian ga ada rumah kosong lain yang lumayan bagus dan layak dihuni oleh orang sebanyak kalian ini.” Jelas pak Kades dengan suara agak pelan yang sepertinya juga cemas dan bingung akan masalah kami.
“Begini saja deh. Bapak sarankan kalian bawa teman kalian itu ke orang pintar yang akan bapak kasi alamatnya deh (Pak Kades gambarkan denah untuk menuju rumah orang pintar itu). Orang pintar ini sudah cukup berumur, terus nanti kalian harus sopan yah sama beliau, dia orang yang dituakan alias dihormati oleh masyarakat desa ini. Mungkin dia bisa jelaskan lebih lanjut soal masalah kalian ini.” Jelas Pak Kades sambil nyerahin denah ke gue
“Pak, memangnya ada masalah apa yah? Kok sampai seperti ini ?” tanya Victor
“Saya rasa kalian ada melakukan suatu kesalahan. Coba kalian renungkan dan kalian ceritakan saja deh sama orang pintar itu yah.” Jelas Pak Kades yang sepertinya dia menyimpan sesuatu yang tidak bisa dia jelaskan kepada kami.
Mendengar penjelasan dari Pak Kades yang kurang memuaskan hati kami berempat. Akhirnya kami memutuskan untuk bertamu ke rumah orang pintar itu, ya mumpung masih jam 10 pagi.
Kami mengikuti denah yang diberikan oleh pak Kades.
….
Kami terus berjalan dan sepertinya rumah bapak orang pintar ini juga terpelosok juga, kiri kanan kami sudah pepohonan rimbun, padahal daerah ini bukan di daerah kami yang memang rumah warga hanya sedikit. Kami berjalan dengan pelan dan akhirnya kami menemukan rumah yang terbuat dari papan yang berukuran cukup sedang, tidak besar dan tidak terlalu kecil, halaman rumahnya juga cukup luas dan dipenuhin dengan berbagai jenis tanaman, ya klo gue liat sih seperti tanaman obat-obatan gitu deh.
“Permisiii…” ucap Victor sambil mengetuk pintu rumah yang terbuka
“Iya mari masuk. Bapak lagi keluar sebentar.” Ucap seseorang dari dalam rumah yang kedengarannya seperti suara seorang ibu-ibu yang uda berumur.
0