Sepak bola itu adalah olahraga favorit gue.

Gue suka bola, gue cewek yang demen sama bola. Dari kecil gue suka bola. Tidak lain adalah ayah gue yang menularkan sepak bola ke dalam diri gue. Sejak kecil gue selalu diajak nonton bola sama ayah. Waktu itu pas gue masih TK, gue suka nonton liga Italia / Serie – A di RCTI bersama ayah gue. Gue yang masih polos banget waktu itu tidak tahu apa-apa, yang pasti setiap weekend ayah gue selalu membangunkan gue setiap malam ketika gue sedang tidur, semata-mata demi menemani dirinya menonton tim favoritnya, yaitu Juventus. Gue masih ingat ayah gue selalu mengenakan seragam belangnya ketika nonton Juventus di TV. Ayah gue selalu heboh sendiri ketika menonton pertandingan bola. Dia sampai teriak-teriak, tak jarang juga teriakan ayah selalu membangunkan ibu.

Tidak hanya ayah saja, ibu juga suka menonton bola juga sebenarnya. Cuman ibu lebih nasionalis, dia lebih suka menonton tim kebanggaan kota kami, yaitu Persib Bandung. Konon katanya salah satu alasan ayah menyukai ibu karena ibu suka bola juga dan sewaktu ibu sama pacaran sama Ayah, mereka suka nonton pertandingan di stadion. Ibu juga tak kalah dengan ayah jika menonton Persib, dia lebih heboh, tapi ada salah satu alasan kenapa ibu suka nonton pertandingan bola. Kata ibu, dia suka kalau pas bertanding itu ada pemain yang berantem atau ribut. Hahaha, tapi gue sepakat juga sih sama ibu, gue juga suka kalau ada keributan di pertandingan, jadi tegang aja liatnya, seru!

Tidak hanya melaui tontonan saja. Gue jadi suka bola karena ayah gue waktu itu selalu langganan koran “Bola” yang terbit setiap hari Selasa dan Jumat. Gue yang masih kecil waktu itu lagi seneng-senengnya hobi baca, maka koran “Bola” itu jadi santapan empuk buat gue yang demen membaca. Makanya jangan heran kalau gue lumayan tau peristiwa-peristiwa olahraga dan juga para pemain bola periode 2000-2005an. Itu semua berkat koran “Bola”.

Oya, tidak hanya lewat tontonan dan membaca saja. Ayah gue yang gila bola itu, di waktu senggangnya suka main game bola di komputer, tapi game nya bukan game wining eleven ya, tapi game jadi manajer bola, yaitu Championship Manager. Sekarang mungkin Football Manager yang lebih populer tapi dulu itu Championship Manager. Gue selalu duduk di samping ayah ketika ayah memainkan game tersebut. Gue selalu bertanya apa yang sebenarnya ayah lihat waktu itu, buletan-buletan seperti kerambol gerak kesana-kemari di bidang yang menyerupai lapangan bola, buletan-buletan kecil itu menendang bola bewarna kuning kemudian masuk ke gawang lalu ayah teriak GOLLL!!! -_-. Berkat pengetahuan dari hasil tontonan, membaca, kemudian di praktekan di game. Begitulah ayah mengenalkan sepak bola ke gue.

Gue sendiri sebenarnya lebih ke penikmat saja, tidak pernah menjadikan salah satu klub bola sebagai klub favorit. Cuman seperti ibu, gue juga bobotoh Persib. Gue tidak menjadi Juventini seperti ayah. Karena pemain bola pertama kesukaan gue pertama kali yaitu Totti. Gue suka Totti karena menurut gue dia itu berkharisma dan ganteng sewaktu gue liat dia di TV dan liat photonya di koran. Kabarnya si Totti sampai sekarang masih main ya? Hehehe.

“Yah, Totti kapan main yah?” Celoteh gue ke ayah kalau lagi nonton bola bareng ayah.
“Kenapa Totti sih. Kamu mau jadi Romanisti?”
“Ngak yah, aku cuman suka Totti aja.”
Salah satu percakapan yang masih gue inget sampai sekarang bersama ayah gue.

Gue memang tidak seperti kebanyakan orang zaman sekarang yang lebih menyukai sepak bola liga Inggris ataupun liga spanyol. Gue tumbuh dan kenal dengan bola pada saat masa keemesan liga Italia, sehingga menjadikan gue tifosi Serie – A.
Gara-gara itu juga gue jadi fans Italia dari sejak kecil sampai kemarin di Euro 2016 gue jadi pendukung Italia di setiap kejuaraan sepak bola dunia. Pemain macam Totti, Buffon, Del Piero, Nesta, Vieri, dll itu pernah gue kenal. Asal tau aja kalau dingat-ingat mereka dulu itu pada gagah dan ganteng-ganteng dengan rambut panjang mereka. Hehehe.

Namun seiiring bertambahnya umur, sepak bola yang selalu menemani gue sejak kecil mulai tidak menjadi perhatian buat gue lagi. Sejak kematian ayah memang semuanya berubah, gue jadi lebih fokus ke pendidikan. Namun, selalu saja ada rindu dengan bola. Makanya pas sekolah gue sempat ikutan futsal. Terus harus jujur saja, beberapa mantan gue adalah orang yang suka/maniak bola. Dari mereka, gue bisa mendapatkan informasi dan pengetahuan lainya tentang bola, walau tidak seintens gue pas masih kecil. Gue suka diajak nonton bareng bola, terus gue juga pernah nonton ke stadion juga. Dan mungkin ini yang jarang sekali buat seorang cewek. Gue pernah ngebet minta diajarin game Football Manager ke mantan gue. Itu semua karena gue teringat ayah. Ayah yang dulu yang sering maen game manager, ayah juga pernah bercerita ke gue pas kecil pengen punya klub bola sendiri, terus lagi ayah juga punya impian pengen liat Juventus main di Italia. Semua tentang bola itu karena ayah.!

***

Akhir-akhir ini memang lagi rame dengan Piala Eropa atau Euro 2016. Karena fokus dengan pendidikan, awalnya gue tidak terlalu mengikuti dan tidak nonton pertandingannya. Gue hanya tau lewat media online di internet.

Tapi, ketika gue kembali ke rumah, gue malah asyik sendiri menonton Euro 2016.

“Ani, nanti jam 2 bangunin ya !” Kata gue ke Ani.
Ani memang selalu bangun lebih awal. Dia rajin, dia yang selalu menghangatkan dan memasak masakan buat sahur di rumah. Sementara gue hanya bisa memakan masakannya.

Channel TV gue kuasai sampai subuh hanya untuk menonton Euro. Entah tim mana yang main, pasti gue tonton.

“Kak pindahin atuh!” Rengek Ani ke gue.
“No!” Jawaban yang cukup tegas dari gue kepada dia.

Alhasil dia pun jadi ikutan nonton. Tak jarang juga, gue sama dia bertaruh tim mana yang akan memenangkan pertandingan.
Di Euro kali ini pertandingan Italia VS Jerman adalah pertandingan yang paling menegangkan buat gue. Yaiyalah, secara Italia kan jagoan gue.

“Hahahaha.. kebanyakan gaya.” Ejek Ani ketika salah seorang penendang dari Italia yang botak gagal mengeksekusi tendangan pinalti. Gue hanya cemberut dan deg-degan. Ketika salah satu penendang Jerman gagal, giliran gue ngejitak kepala Ani.

“Pasti Itali yang menang!” Gumam gue.
Namun, hasil akhir berkata lain, Italia kalah. Gue bener-bener dibuat tegang oleh drama adu penaltinya, gila baru pertama kali gue lihat adu penalti yang seperti itu.
“Hahahaha, asyik, aku menang.”
“Jadi ya nanti sore pas buka, kakak traktir aku makan sepuasnya.” Kata Ani.
“Huh~” Gue bangkit dari sofa lalu melempari dia dengan bantal yang sedari tadi gue pegang terus. Itali kalah bikin gue lesu, gak semangat seharian, apalagi pas lihat wajah Buffon, kasian banget ya Tuhan. Dia masih saja main dari zaman gue kecil.

***

Semenjak Itali kalah gue jadi males lagi ngikutin Euro, masih nyesek soalnya.

“Kenapa gak nonton bola lagi kak?” Tanya Ani.
“Males, jagoan gue gugur.”
“Ihh, makanya jagoin Jerman dong. Deutchsland Ubber Alles.” Ledek Ani
“Bodo lah” Forza Azzurri gue mah.

***

“HAHAHAHAHA MAMPUS JERMAN LU KALAH!” Pesan singkat yang gue kirimkan ke Ani ketika gue membaca kekalahan Jerman dari Perancis. Dia tidak membalasnya, mungkin dia sedang berduka.

***

“Stel… di rumah gak?”
“Ada Fe. Sini main atuh.”

Pagi sekali gue main ke rumah Stella, sudah lama gue gak bertemu dengan dia. Di kampus pun juga sudah jarang. Makanya hari Minggu ini gue pergi ke rumahnya untuk melepas kerinduan gue kepadanya.

“Minggu gak kemana-mana?” Tanya gue ke Stella di rumahnya.
“Gak Fe, di rumah aja. Sendirian, mama sama papa lagi liburan keluar kota. Gue disuruh jaga rumah.”
“Hahaha, kasian amat.”
“Nginep dong Fe.. nginep temenin gue.”
“Aduh gimana yaa…”
“Ayolah Fe, besok mama sama papa gue udah pulang kok.”
“Iya deh….”

Siangnya gue balik dulu ke rumah ngambil baju dan beberapa barang gue. Awalnya gue mau ngajak Ani, tapi dia punya acara sendiri dengan teman-temanya.

“Eh.. Fe suka nonton Euro gak?” Tanya Stella di sela-sela makan malam.
“Gak semenjak Italia gue kalah.”
“Hahaha, nanti Final, nonton yuk disini. Nanti cowok gue juga kesini Fe, ikutan nonton bareng.”
“Ihh katanya sendirian di rumah.”
“Ih gak gitu juga Fe, kebetulan aja dia main kesini sekalian silaturahmi.”
“Astaga Stella….”
“Gak bakal apa-apa kok, udah bilang ke mamah juga.”
“Oh yasyudah.”
“Eh, Percaya ama gue Fe, Portugal juara.”
“Ah.. masa?”
“Soalnya ada Ronaldo.”
“Iya-iya, percaya deh.” Gue kemudian selesai makan dan dilanjutkan menonton TV. Gue juga ngechat Ani, gue mau ngajak taruhan untuk yang terakhir kalinya di Euro ini. Untungnya dia mau, dia balas katanya dia dukung Perancis. Dia bilang Perancis lebih hebat karena sudah ngalahin Jerman, yah terserah si Ani deh, dia mah kan orangnya begitu, suka ikut-ikutan yang ngetrend. Sementara itu, gue sama kayak Stella jadi dukung Portugal.

Gue tidur duluan, namun Stella sepertinya tidak tidur. Dia masih menunggu cowoknya datang ke rumahnya.

***

“Fe… bangun Fe…”
“Apaan..”
“Bangun.. jam 3..”
“Aduh Stell, gue ngantuk.”
“Ih kebo katanya mau nonton. ”
“Nonton apaan?”
“Bola!!! Udah babak kedua nih” Teriak Stella di dekat kuping gue.
Gue yang masih mengantuk terpaksa harus menemani Stella menonton final Euro.
Gue juga baru sadar ternyata cowok Stella sudah ada dan duduk di depan televisi. Astaga, gue jadi malu karena muka gue kusut dan berantakan seperti ini, sementara Stella dan pacarnya? Mereka lengkap dengan jersey masing-masing negaranya.
Hoamzzz… gue terus menguap dan ngantuk menontonnya juga. Sementara Stella dan pacarnya duduknya berdua bergandengan. Mereka lagi semangatnya pacaran nonton bola, mereka asyik berdua. Saling cubit sana cubit sini, teriak sana-teriak sini. Ah, pokoknya yang jomblo pasti dibikin iri deh.

Tapi bagi gue, melihat mereka menonton berduaan seperti itu, mengingatkan masa kecil gue yang berduaan nonton bersama ayah. The only one pasangan nonton bola gue cuma ayah. Ayah yang heboh, ayah yang suka mencium gue dan memeluk gue ketika tim kesayanganya mencetak gol, ayah yang suka merayakan kemenangan tim kesayanganya dengan membawa makanan enak ke rumah, ayah juga yang sempat malas bekerja hari Seninnya karena timnya kalah sehingga mesti disemangatin dan diceramahin ibu dulu agar mau berangkat kerja, ah I miss that moment.

***

Untungnya gue tidak full menonton, baik itu pertandingannya ataupun menonton full kemesraan Stella dan pasanganya. Baru beberapa menit gue duduk di sofa, gue udah kembali tertidur.
“Fe..li..sha…”
“BANGUN!!!”
Lagi-lagi Stella teriak di telinga buat ngebangunin gue. Ruh gue yang masih di alam mimpi terpaksa harus kembali ke jasadnya sekedar untuk bangun di alam dunia.
“Stella berisik tau!!!!” Geram gue kepadanya
“Benerkan kata gue PORTUGAL JUARA! Hore!” Kata dia.
“Ah masa? ” Gumam gue.
“Bangun udah jam 8.”
“Setengah jam lagi deh, gue masih betah nih, sofanya empuk.” Kata gue.
“Tidurnya jangan disini, di kamar aja.”
Ughhh.. merepotkan saja, gue pun terpaksa beranjak dari sofa dan segera ke kamar Stella untuk tidur. Namun sebelum tidur gue ngechat dulu Ani.

“Ni, Portugal juara, gue tunggu ya janjinya. HAHA (devil) (devil)”
“Sticker.”

Yes, untung saja gue milih Portugal. Kalau ngak bisa-bisa gue tekor lagi nraktir si Ani, tapi sekarang biarlah dia yang tekor soalnya taruhan kali ini adalah bayarin tiket buat 5 kali nonton di tambah traktir makan di luar selama 3 hari berturut-turut. Wkwkwkwk.
Gue menang banyak, terima kasih ya Portugis. Selamat ya udah juara
.