- Beranda
- Stories from the Heart
Tanaka, Aku Padamu!!!
...
TS
Wah Cantiknya
Tanaka, Aku Padamu!!!
Quote:
WARNING!!!Cerita yang ada dalam thread ini adalah fiksi semua. Jadi gue saranin supaya kalian bacanya jangan terlalu baper.

Kalo gag sibuk, cerita bisa TS update setiap hari, kalo sibuk ya minimal seminggu sekali insya Allah update.




RULES :
JANGAN NGEFLAME!
JANGAN NGEFLAME!
Quote:
Quote:
Quote:
Diubah oleh Wah Cantiknya 08-02-2017 21:50
anasabila memberi reputasi
1
16.7K
Kutip
124
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
Wah Cantiknya
#51
Memulai dengan kehati-hatian
Quote:
Tengah malam. Tanaka menerima panggilan dari seseorang yg biasa menghubunginya dari Singapore, siapa lagi kalau bukan bosnya. Tanaka yg sedang tidur disebuah kamar hotel terbangun segera.
Pagi2 buta sekali Tanaka sudah berada didepan rumah Ayu. Dengan membawa tas ranselnya, Ia sudah siap pergi ke tempat yg diperintahkan. Iapun langsung menghubungi Ayu dan memintanya keluar.
“Ada apa sih?” Tanya Ayu sambil mengucek2 mata. Terlihat jelas kalau dia baru bangun.
“Ini.” Tanaka menyerahkan sebuah kotak hitam.
“Apa ini hadiah buat gue lagi?”
Tanya Ayu polos.
“Bukan. Itu alat pelacak lokasi, supaya aku mudah menemukan lokasi kalian bertiga. Hanya untuk jaga2 saja.”
“Terus, lo mau kemana?” Tanya Ayu menyelidik.
“Aku ada urusan hari ini. Oh iya, mana alat pelacak yg menempel ditasmu? Berikan padaku.”
“Sebentar.” Ayu berjalan kedalam rumah.
Beberapa menit kemudian Ayu keluar membawa alat pelacak yg bentuknya kecil dan hitam, juga membawa sekotak bekal makanan.
“Ini alat pelacaknya. Ini makanan buat lo.”
Kata Ayu nyengir.
“Tidak perlu repot. Tidak usah.”
Ayu melotot.
“Jangan menolak!”
Tanaka sedang malas berdebat. Akhirnya ia menerima bekal itu lalu memasukkannya kedalam ransel.
Ayu tersenyum menang.
Setelah urusannya selesai dengan Ayu, Tanaka langsung melesat pergi meninggalkan Ayu. Menyisakan Ayu yg bertanya2 hendak kemana Tanaka pergi.
2 jam perjalanan menuju lokasi yg ditentukan. Akhirnya Tanaka sampai juga diKota Kembang, Bandung. Jalanan siang itu padat merayap dipusat Kota Bandung, maklum sedang hari libur. Banyak kendaraan pribadi yg terjebak kemacetan.
Setelah satu jam bejibaku dengan kemacetan yg cukup menguras emosi. Akhirnya Tanaka sampai juga ke tempat pertemuan yg sudah ditentukan. Ia datang sedikit terlambat.
Seorang pria berseragam salah satu super market dimall itu langsung berdiri menyambut Tanaka. Tanaka tersenyum menjabat tangan pria yg kelihatannya lebih tua darinya.
“Anda yang bernama Dani?” Tanya Tanaka sedikit bingung melihat seragam Dani.
“Iya, betul. Kamu pasti heran melihat saya seperti ini. Sebelumnya saya cerita sedikit. Dulu juga saya sama seperti kamu, jadi pengawalnya bos besar, kadang juga diminta jadi kurir seperti kamu sekarang ini. Tapi sejak 5 tahun lalu saya memutuskan untuk berhenti.” Kenang Dani.
“Kenapa berhenti?” Tanya Tanaka tertarik. “Bukankah gajinya besar, dan kita kadang bisa dapat tugas keluar negeri juga.”
Dani tertawa kecil. “Aku dulu berhenti karena aku ingin menikah. Aku tidak mau pekerjaan ini nantinya membahayakan keluargaku juga. Kamu pasti sadar kan betapa berbahayanya pekerjaan ini? Banyak saingan Bos Besar yg ingin menjatuhkan bisnis Bos Besar. Belum lagi kalau kita tertangkap bisa2 kita dihukum mati.”
Pekerjaan ini membahayakan, ya Tanaka sangat sadar akan hal itu, karenanya kini satu keluarga bisa terancam kapan saja. Tapi.. Tertangkap? Apa maksudnya tertangkap? Memangnya mereka membunuh orang atau melakukan tindakan kriminal lain? Entahlah. Tanaka ingin bertanya tapi urung dilakukannya, dia sudah berjanji pada bos besar yg juga bapak angkatnya, untuk tidak banyak bicara.
Tanaka langsung mengalihkan pembicaraan ke tujuannya datang kesana.
“Jadi, kenapa bos menyuruhku menemuimu?” Tanya Tanaka
“Oh ya. Karna Bos tidak bisa banyak bicara kalau ditelepon, khawatir ada pihak yg melacak, maklum bos besar punya banyak musuh.” Jelas Dani sambil menulis sesuatu dikertas.
“Bos bilang kliennya kali ini bukan orang biasa. Apa kau tau siapa orangnya?” Tanya Tanaka penasaran.
“Ya.. Dia adalah seorang anak pejabat didaerah Tangerang.. Maka dari itu kalian tidak bisa bergerak bebas. Bos besar bukan pemain kemarin sore. Dia memainkan bisnis ini dengan sangat hati2. Tak apa lama memakan waktu, yg penting urusan lancar.”
“Ya, begitulah dia. Sangat berhati2 orangnya.”
“Ya seperti sekarang ini. Padahal sebenarnya ini bisa dilakukan via email saja, tapi dia terlalu takut untuk melakukannya. Dengan musuh yg menyebar dimana2, kemungkinan informasi bocor juga sangat besar. Musuh dalam selimut pun bisa saja ada, makanya Bos tidak akan memilih sembarang orang untuk tugas besar.”
“Menurutmu apakah ada musuh dalam selimut?”
“Entahlah.. Hanya saja dulu memang ada. Seorang kurir yg bertahun2 bekerja dengan bos besar, tiba2 dia berkhianat. Mungkin karna itu bos besar jadi sangat berhati2 dalam memilih orang yg akan ditugaskan dan juga jadi agak ribet, iya kan?”
Tanaka mengangguk setuju.
“Baiklah Tanaka, begini.” Dani memperlihatkan tulisannya pada Tanaka. “Tulisan yang kuberi warna merah itu artinya berbahaya. Jangan ambil jalur itu saat nanti kau akan menemui klien kita. Dan tulisan yang warna biru, artinya aman, kau bisa lewat situ. Tapi bukan berarti kau bisa lengah, kau harus tetap waspada, kita tidak pernah tau kapan dan dimana kita akan diserang.”
“Ya.. Sebenarnya serangan itu sudah dimulai, tapi belum terlalu berbahaya. Maka dari itu aku ingin segera mengakhiri misi ini, karna aku seseorang mulai terancam jiwanya."
“Bersabarlah, Tanaka. Untuk misi kali ini sepertinya akan lebih lama dari misi2 sebelumnya. Karna klien kita bukan orang biasa.”
Tanaka menghabiskan waktu disana selama satu jam sampai akhirnya Dani pamit pergi untuk kembali bekerja. Banyak hal yg diceritakan Dani, mulai dari pengalamannya bekerja sampai ia memutuskan untuk menikah. Perempuan yang sekarang jadi istrinya adalah alasan utamanya keluar dari pekerjaan ini.
Merasa urusannya sudah selesai, Tanaka tanpa pikir panjang langsung memutuskan kembali keBogor dan mencari hotel yg berbeda dari sebelumnya. Ya, dia tidak bisa terlalu lama menetap disatu tempat. Khawatir ada mata2 yg bisa menyerangnya kapan saja.
Menjelang malam Tanaka baru bisa merebahkan tubuhnya diatas kasur. Niat hati ingin tidur, tapi tidak bisa sama sekali. Kata2 Dani kembali terngiang.
Kamu pasti sadar kan betapa berbahayanya pekerjaan ini? Banyak saingan Bos Besar yg ingin menjatuhkan bisnis Bos Besar. Belum lagi kalau kita tertangkap bisa2 kita dihukum mati.
Lalu ucapan Ayu ketika awal2 Tanaka menceritakan tugasnya. Ayu mengiranya membawa bom atau narkoba. Hati Tanaka sesaat goyah, rasa penasaran hinggap dihatinya ingin mengetahui apa sebenarnya isi kotak itu. Selama ini ikut bos besar, Tanaka sudah dilarang bertanya dan cukup menjalankan tugasnya saja. Tidak pernah ada rasa ingin tau dalam hati Tanaka. Niatnya hanyalah ingin membalas budi bapak angkatnya yg sudah menghidupinya selama belasan tahun. Dan cara Tanaka membalas budinya adalah dengan menuruti semua perintah bos besar yg sudah dianggap seperti ayah kandungnya sendiri. Membalasnya dengan materi tidak akan ada artinya, karena beliau adalah orang yg sangat kaya. Rumah mewahnya entah ada berapa puluh, belum lagi kendaraan pribadi dan aset berharganya yg disimpan dibank.
Paket itu sudah berada ditangan Tanaka dan siap untuk dibuka demi menghancurkan rasa penasarannya. Tapi tiba2 ponselnya berdering kencang. Panggilan masuk dari Ayu.
Tanaka menjawab panggilan itu.
Tanaka memasukkan kembali paket itu kedalam tas, lalu keluar menjemput Ayu. Tak berselang lama iapun kembali dengan gadis manis yg cerewet.
“Sekarang katakan! Dari mana kau tau aku disini?” Tanya Tanaka saat Ayu baru dudul disofa.
“Astaga, Tanaka. Biarin gue nafas dulu kenapa.”
“Tidak perlu! Cepat katakan!”
“Lo pasti gag makan makanan yg gue kasih?”
Tanakas kesal Ayu malah berbasa basi dengannya. “Tidak. Aku tidak ada waktu.”
“Pantesan aja lo gag tau gue tau lokasi lo dari mana. Gue taro alat pelacak didalem kotak bekal tadi. Hehe. Gue cari tau diinternet gimana cara pakenya”
Tanaka kelihatan marah. “Kamu tidak seharusnya melakukan itu, Ayu!”
“Lho, emang kenapa? Apa itu masalah?”
“YA, ITU MASALAH! JANGAN LAKUKAN ITU LAGI!!” Sentak Tanaka sangat marah. “Aku tidak suka kamu melakukan itu!”
Ayu kaget disentak begitu. Ini pertama kalinya Ayu melihat Tanaka marah. Hati Ayu seakan tertampar, matanya sampai berkaca2 saking sedihnya.
“Apa gue mengganggu? Iya kah?”
“Bukan begitu, Ayu. Tapi, tolong mengerti keadaanku.”
Ayu mengatur nafasnya. “Oke.. Gue gag akan lakuin itu lagi. Maaf.” Kata Ayu sambil meletakkan plastik berisi kotak makanan dimeja. Setelah itu Ayu pergi dari sana tanpa berkata2 lagi.
“ARRGHH!” Tanaka memukul tembok kesal. Sedangkan Ayu sudah pergi entah kemana.
“Kenapa dia tidak mengerti kalau aku bukan orang biasa! Aku bukan orang yang bisa dengan mudah didekati. Aku tidak bisa membiarkan orang2 berada didekatku. Aku tidak ingin dia terluka.”
Malam itu dihabiskan Tanaka dengan mencaci dirinya sendiri. Ingin menyusul Ayu, tapi emosinya sendiripun belum stabil. Belum lagi sakit kepalanya yg kambuh. Jadilah malam itu Tanaka tidak tidur sama sekali.
Quote:
Bos : Siang ini pergilah ke Bandung, temui seorang pria bernama Dani ditempat yg sudah ditentukan. Nanti dia yg akan menghubungimu. Dia juga yg akan menjelaskan beberapa hal padamu
Tanaka : Baik, pak. Apa setelah itu misiku selesai?
Bos : Belum, Nak. Klien kita kali ini bukan orang biasa. Cukup sulit untuk kita bergerak, kita banyak diawasi, Nak. Inilah alasannya aku memilihmu untuk misi ini, karna kau bukan hanya tangguh tapi kau juga anakku yg paling cerdas.
Tanaka : Baiklah, aku akan menjalankan semua misi sesuai perintahmu tanpa banyak bertanya lagi.
Bos : Itu yg paling aku suka darimu, Tanaka. Kelak kau akan menjadi pemimpin dikelompok kita. Hanya menunggu waktu saja sampai aku mati.
Tanaka : Jangan bicara begitu, pak. Posisi apapun itu, aku tak masalah asalkan bisa membalas budi pada Bapak.
Bos : Hahaha.. Maafkan kakek tua ini. Yang ada dipikirannya hanya kematian saja.
Tanaka : Hiduplah dengan baik, pak.
Bos : Baiklah Tanaka. Disana pasti sudah tengah malam, kembalilah tidur.
Tanaka : Iya, selamat malam.
(Pembicaraanpun berakhir)
Tanaka : Baik, pak. Apa setelah itu misiku selesai?
Bos : Belum, Nak. Klien kita kali ini bukan orang biasa. Cukup sulit untuk kita bergerak, kita banyak diawasi, Nak. Inilah alasannya aku memilihmu untuk misi ini, karna kau bukan hanya tangguh tapi kau juga anakku yg paling cerdas.
Tanaka : Baiklah, aku akan menjalankan semua misi sesuai perintahmu tanpa banyak bertanya lagi.
Bos : Itu yg paling aku suka darimu, Tanaka. Kelak kau akan menjadi pemimpin dikelompok kita. Hanya menunggu waktu saja sampai aku mati.
Tanaka : Jangan bicara begitu, pak. Posisi apapun itu, aku tak masalah asalkan bisa membalas budi pada Bapak.
Bos : Hahaha.. Maafkan kakek tua ini. Yang ada dipikirannya hanya kematian saja.
Tanaka : Hiduplah dengan baik, pak.
Bos : Baiklah Tanaka. Disana pasti sudah tengah malam, kembalilah tidur.
Tanaka : Iya, selamat malam.
(Pembicaraanpun berakhir)
Pagi2 buta sekali Tanaka sudah berada didepan rumah Ayu. Dengan membawa tas ranselnya, Ia sudah siap pergi ke tempat yg diperintahkan. Iapun langsung menghubungi Ayu dan memintanya keluar.
“Ada apa sih?” Tanya Ayu sambil mengucek2 mata. Terlihat jelas kalau dia baru bangun.
“Ini.” Tanaka menyerahkan sebuah kotak hitam.
“Apa ini hadiah buat gue lagi?”
Tanya Ayu polos.“Bukan. Itu alat pelacak lokasi, supaya aku mudah menemukan lokasi kalian bertiga. Hanya untuk jaga2 saja.”
“Terus, lo mau kemana?” Tanya Ayu menyelidik.
“Aku ada urusan hari ini. Oh iya, mana alat pelacak yg menempel ditasmu? Berikan padaku.”
“Sebentar.” Ayu berjalan kedalam rumah.
Beberapa menit kemudian Ayu keluar membawa alat pelacak yg bentuknya kecil dan hitam, juga membawa sekotak bekal makanan.
“Ini alat pelacaknya. Ini makanan buat lo.”
Kata Ayu nyengir.“Tidak perlu repot. Tidak usah.”
Ayu melotot.
“Jangan menolak!”Tanaka sedang malas berdebat. Akhirnya ia menerima bekal itu lalu memasukkannya kedalam ransel.
Ayu tersenyum menang.
Setelah urusannya selesai dengan Ayu, Tanaka langsung melesat pergi meninggalkan Ayu. Menyisakan Ayu yg bertanya2 hendak kemana Tanaka pergi.
2 jam perjalanan menuju lokasi yg ditentukan. Akhirnya Tanaka sampai juga diKota Kembang, Bandung. Jalanan siang itu padat merayap dipusat Kota Bandung, maklum sedang hari libur. Banyak kendaraan pribadi yg terjebak kemacetan.
Setelah satu jam bejibaku dengan kemacetan yg cukup menguras emosi. Akhirnya Tanaka sampai juga ke tempat pertemuan yg sudah ditentukan. Ia datang sedikit terlambat.
Seorang pria berseragam salah satu super market dimall itu langsung berdiri menyambut Tanaka. Tanaka tersenyum menjabat tangan pria yg kelihatannya lebih tua darinya.
“Anda yang bernama Dani?” Tanya Tanaka sedikit bingung melihat seragam Dani.
“Iya, betul. Kamu pasti heran melihat saya seperti ini. Sebelumnya saya cerita sedikit. Dulu juga saya sama seperti kamu, jadi pengawalnya bos besar, kadang juga diminta jadi kurir seperti kamu sekarang ini. Tapi sejak 5 tahun lalu saya memutuskan untuk berhenti.” Kenang Dani.
“Kenapa berhenti?” Tanya Tanaka tertarik. “Bukankah gajinya besar, dan kita kadang bisa dapat tugas keluar negeri juga.”
Dani tertawa kecil. “Aku dulu berhenti karena aku ingin menikah. Aku tidak mau pekerjaan ini nantinya membahayakan keluargaku juga. Kamu pasti sadar kan betapa berbahayanya pekerjaan ini? Banyak saingan Bos Besar yg ingin menjatuhkan bisnis Bos Besar. Belum lagi kalau kita tertangkap bisa2 kita dihukum mati.”
Pekerjaan ini membahayakan, ya Tanaka sangat sadar akan hal itu, karenanya kini satu keluarga bisa terancam kapan saja. Tapi.. Tertangkap? Apa maksudnya tertangkap? Memangnya mereka membunuh orang atau melakukan tindakan kriminal lain? Entahlah. Tanaka ingin bertanya tapi urung dilakukannya, dia sudah berjanji pada bos besar yg juga bapak angkatnya, untuk tidak banyak bicara.
Tanaka langsung mengalihkan pembicaraan ke tujuannya datang kesana.
“Jadi, kenapa bos menyuruhku menemuimu?” Tanya Tanaka
“Oh ya. Karna Bos tidak bisa banyak bicara kalau ditelepon, khawatir ada pihak yg melacak, maklum bos besar punya banyak musuh.” Jelas Dani sambil menulis sesuatu dikertas.
“Bos bilang kliennya kali ini bukan orang biasa. Apa kau tau siapa orangnya?” Tanya Tanaka penasaran.
“Ya.. Dia adalah seorang anak pejabat didaerah Tangerang.. Maka dari itu kalian tidak bisa bergerak bebas. Bos besar bukan pemain kemarin sore. Dia memainkan bisnis ini dengan sangat hati2. Tak apa lama memakan waktu, yg penting urusan lancar.”

“Ya, begitulah dia. Sangat berhati2 orangnya.”
“Ya seperti sekarang ini. Padahal sebenarnya ini bisa dilakukan via email saja, tapi dia terlalu takut untuk melakukannya. Dengan musuh yg menyebar dimana2, kemungkinan informasi bocor juga sangat besar. Musuh dalam selimut pun bisa saja ada, makanya Bos tidak akan memilih sembarang orang untuk tugas besar.”
“Menurutmu apakah ada musuh dalam selimut?”
“Entahlah.. Hanya saja dulu memang ada. Seorang kurir yg bertahun2 bekerja dengan bos besar, tiba2 dia berkhianat. Mungkin karna itu bos besar jadi sangat berhati2 dalam memilih orang yg akan ditugaskan dan juga jadi agak ribet, iya kan?”
Tanaka mengangguk setuju.
“Baiklah Tanaka, begini.” Dani memperlihatkan tulisannya pada Tanaka. “Tulisan yang kuberi warna merah itu artinya berbahaya. Jangan ambil jalur itu saat nanti kau akan menemui klien kita. Dan tulisan yang warna biru, artinya aman, kau bisa lewat situ. Tapi bukan berarti kau bisa lengah, kau harus tetap waspada, kita tidak pernah tau kapan dan dimana kita akan diserang.”
“Ya.. Sebenarnya serangan itu sudah dimulai, tapi belum terlalu berbahaya. Maka dari itu aku ingin segera mengakhiri misi ini, karna aku seseorang mulai terancam jiwanya."
“Bersabarlah, Tanaka. Untuk misi kali ini sepertinya akan lebih lama dari misi2 sebelumnya. Karna klien kita bukan orang biasa.”
Tanaka menghabiskan waktu disana selama satu jam sampai akhirnya Dani pamit pergi untuk kembali bekerja. Banyak hal yg diceritakan Dani, mulai dari pengalamannya bekerja sampai ia memutuskan untuk menikah. Perempuan yang sekarang jadi istrinya adalah alasan utamanya keluar dari pekerjaan ini.
Merasa urusannya sudah selesai, Tanaka tanpa pikir panjang langsung memutuskan kembali keBogor dan mencari hotel yg berbeda dari sebelumnya. Ya, dia tidak bisa terlalu lama menetap disatu tempat. Khawatir ada mata2 yg bisa menyerangnya kapan saja.
Menjelang malam Tanaka baru bisa merebahkan tubuhnya diatas kasur. Niat hati ingin tidur, tapi tidak bisa sama sekali. Kata2 Dani kembali terngiang.
Kamu pasti sadar kan betapa berbahayanya pekerjaan ini? Banyak saingan Bos Besar yg ingin menjatuhkan bisnis Bos Besar. Belum lagi kalau kita tertangkap bisa2 kita dihukum mati.
Lalu ucapan Ayu ketika awal2 Tanaka menceritakan tugasnya. Ayu mengiranya membawa bom atau narkoba. Hati Tanaka sesaat goyah, rasa penasaran hinggap dihatinya ingin mengetahui apa sebenarnya isi kotak itu. Selama ini ikut bos besar, Tanaka sudah dilarang bertanya dan cukup menjalankan tugasnya saja. Tidak pernah ada rasa ingin tau dalam hati Tanaka. Niatnya hanyalah ingin membalas budi bapak angkatnya yg sudah menghidupinya selama belasan tahun. Dan cara Tanaka membalas budinya adalah dengan menuruti semua perintah bos besar yg sudah dianggap seperti ayah kandungnya sendiri. Membalasnya dengan materi tidak akan ada artinya, karena beliau adalah orang yg sangat kaya. Rumah mewahnya entah ada berapa puluh, belum lagi kendaraan pribadi dan aset berharganya yg disimpan dibank.
Paket itu sudah berada ditangan Tanaka dan siap untuk dibuka demi menghancurkan rasa penasarannya. Tapi tiba2 ponselnya berdering kencang. Panggilan masuk dari Ayu.
Tanaka menjawab panggilan itu.
Quote:
Tanaka : Hallo?
Ayu : Halo, Tan. Lo nginep dikamar nomor berapa?
Tanaka : Apa maksudmu?
Ayu : Gue udah didepan hotel nih. Lo nginep dihotel Bunga kan?
Tanaka : Dari mana lo tau?
Ayu : Banyak cakap. Cepetan kesini! Gue kedinginan diluar!
(Ayu menutup telepon)
Ayu : Halo, Tan. Lo nginep dikamar nomor berapa?

Tanaka : Apa maksudmu?

Ayu : Gue udah didepan hotel nih. Lo nginep dihotel Bunga kan?

Tanaka : Dari mana lo tau?

Ayu : Banyak cakap. Cepetan kesini! Gue kedinginan diluar!

(Ayu menutup telepon)
Tanaka memasukkan kembali paket itu kedalam tas, lalu keluar menjemput Ayu. Tak berselang lama iapun kembali dengan gadis manis yg cerewet.
“Sekarang katakan! Dari mana kau tau aku disini?” Tanya Tanaka saat Ayu baru dudul disofa.
“Astaga, Tanaka. Biarin gue nafas dulu kenapa.”

“Tidak perlu! Cepat katakan!”
“Lo pasti gag makan makanan yg gue kasih?”
Tanakas kesal Ayu malah berbasa basi dengannya. “Tidak. Aku tidak ada waktu.”
“Pantesan aja lo gag tau gue tau lokasi lo dari mana. Gue taro alat pelacak didalem kotak bekal tadi. Hehe. Gue cari tau diinternet gimana cara pakenya”

Tanaka kelihatan marah. “Kamu tidak seharusnya melakukan itu, Ayu!”
“Lho, emang kenapa? Apa itu masalah?”
“YA, ITU MASALAH! JANGAN LAKUKAN ITU LAGI!!” Sentak Tanaka sangat marah. “Aku tidak suka kamu melakukan itu!”
Ayu kaget disentak begitu. Ini pertama kalinya Ayu melihat Tanaka marah. Hati Ayu seakan tertampar, matanya sampai berkaca2 saking sedihnya.
“Apa gue mengganggu? Iya kah?”
“Bukan begitu, Ayu. Tapi, tolong mengerti keadaanku.”
Ayu mengatur nafasnya. “Oke.. Gue gag akan lakuin itu lagi. Maaf.” Kata Ayu sambil meletakkan plastik berisi kotak makanan dimeja. Setelah itu Ayu pergi dari sana tanpa berkata2 lagi.
“ARRGHH!” Tanaka memukul tembok kesal. Sedangkan Ayu sudah pergi entah kemana.
“Kenapa dia tidak mengerti kalau aku bukan orang biasa! Aku bukan orang yang bisa dengan mudah didekati. Aku tidak bisa membiarkan orang2 berada didekatku. Aku tidak ingin dia terluka.”
Malam itu dihabiskan Tanaka dengan mencaci dirinya sendiri. Ingin menyusul Ayu, tapi emosinya sendiripun belum stabil. Belum lagi sakit kepalanya yg kambuh. Jadilah malam itu Tanaka tidak tidur sama sekali.
Diubah oleh Wah Cantiknya 10-07-2016 09:22
0
Kutip
Balas