- Beranda
- Stories from the Heart
Di ujung jalan
...
TS
3005fm
Di ujung jalan

Prolog cerita dihapus untuk tempat index cerita.
Untuk memudahkan pembacaan cerita dan karena ada beberapa yang request, maka saya bikin list partnya. Setiap part yang udah di update akan langsung dimasukan ke index.
Semoga makin semangat baca ceritanya
Di ujung jalan :
Bab 1 - Wawancara Majalah Food & Travel
Bab 2 - Pameran Seni
Bab 3 - Pertemuan Kedua
Bab 4 - Karyawan Baru
Bab 5 - Mengenal Nata
Bab 6 - Ini Apa ?
Bab 7 - Sakit
Bab 8 - Happiness
Bab 9 - Undefined Feeling
Bab 10 - Penjelasan dan Luka Lama
Bab 11 - Rasa Penasaran
Bab 12 - Something Wrong
Bab 13 - Liar
Bab 14 - Penyakit Bulan
Bab 15 - Egois
Bab 16 - Nekat
Bab 17 - Hurt (again)
Bab 18 - Salah Paham
Bab 19 - Akhir yang Baik
Bab 20 - Finally
Di ujung jalan (Bimo POV) :
Bab 1 - Pertemuan Awal
Bab 2 - Diam-diam
Bab 3 - Kebodohan
Bab 4 - Solo
Bab 5 - Pengakuan
Bab 6 - Shows Her
Bab 7 - Move On
Bab 8 - New Girl
Bab 9 - Nadia
Bab 10 - Jealous
Bab 11 - Jadian
Bab 12 - Kembali
Bab 13 - 1st Anniversary
Bab 14 - Accident
Bab 15 - Lost Her
Diubah oleh 3005fm 15-01-2017 19:24
anasabila memberi reputasi
1
14.4K
117
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
3005fm
#19
Di ujung jalan
Bab 7
Sakit
Nata bangun saat mencium bau yang asing di sekitar tempat tidurnya. Oh bukan tempat tidurnya, dia gak tau di mana ia tidur sekarang.
Nata melirik bagian bawah tubuhnya yang tertutup selimut warna biru. Nakeddan ya ampun seorang pria tidur di sebelahnya.... Ardi.
Sedetik kemudian ia sadar bahwa kini ia dalam masalah besar "minuman sialan! Baru sekali aku minum udah kejadian kaya gini."
"Hai, morning Nat."
"Mo...morningg" Nata terlihat kaget saat Ardi ternyata sudah bangun.
"Kamu kenapa ? Kok canggung gitu ?" Ardi mendekati Nata sambil mengetatkan pelukannya pada Nata.
"Ar, kayaknya ada satu hal yang mesti dilurusin. Dan bisa minta tolong ? You should let me go." Nata berusaha untuk melepaskan pelukan Ardi, namun ia merasa kelelahan dan akhirnya menyerah juga, membiarkan Ardi memeluk tubuhnya.
"Kamu udah cape ya ? Kok ga mukulin saya lagi ?" Ardi terkikik geli sambil mengelus rambut cokelat panjang milik Nata.
"Ar, kemarin itu kita...."
"Iya, kalo 'itu' yang kamu maksud... Saya harus jawab, ya kita udah ngelakuin 'itu'."
"Kok bisa ?"
"Kemaren kamu mabok berat. Saya udah coba nanya rumah kamu di mana, tapi kamu malah ngomongin hal yang gak seharusnya...."
"Oh ya ? Misalnya apa ?" Potong Nata dengan wajah penasarannya.
"Kamu ngira saya Restu. Dan kamu cium saya duluan, awalnya saya berusaha tahan kamu, tapi akhirnya laki-laki mana yang bisa tahan kalo terus digodain kayak semalem ?" Ardi tersenyum nakal sambil bangun dari tempat tidurnya.
"AHHHH !!!! Ar, kalo misalkan ada sesuatu yang ga diharapkan terjadi..."
"Kamu nggak usah teriak-teriak gitu Nat. Aku emang pengen ngelamar kamu kok."
"APAAAAA????"
***
Sejak kejadian 'itu' Nata sepertinya terang-terangan menjaga jarak dari Ardi. Sebenarnya ia juga nggak tau kenapa tiba-tiba kalimat lamaran itu keluar dari mulutnya, tapi kalo boleh jujur... Ardi memang udah jatuh cinta sama Nata.
Ardi gak peduli dengan status janda yang dimiliki Nata, ia akan segera menikahi Nata segera setelah Nata mengiyakan lamarannya. Tapi sebelumnya, ia harus membuat Nata berbicara lagi padanya.
"Nat, aku ntar kenalan sama babyJack boleh ?"
"Maaf Ar. Saya pengen kamu ngelupain kejadian tempo lalu."
"Maksud kamu ?"
"Anggep aja kita hanya lagi mabok. Saya minta maaf udah lancang cium kamu duluan. Saya mau hubungan kita cuma sebatas masalah kerjaan aja, bisa ?"
Ardi menatap mata hitam milik Nata. Mencoba mencari kebohongan yang tersirat dari tatapan mata Nata. Namun ia terlihat bersungguh-sungguh.
"Nat, liat saya. Bilang kalo kamu gak ada perasaan apa-apa sama saya !" Ardi berteriak sambil mengacak-ngacak rambutnya frustasi.
Tapi Nata gak bergeming, ia hanya menunduk sambil menahan tangisnya yang sudah di ujung pelupuk matanya.
Ardi menarik dagu Nata untuk memaksa Nata menatapnya balik. Tapi sedetik kemudian tangis Nata pecah.
"Sa.. Saya takut Ar," kata Nata disela-sela tangisannya.
Ardi tau ketakutan Nata. Melahirkan dan merawat anaknya seorang diri bukan perkara mudah. Ardi mengelus rambut Nata sambil menatap bola mata itu lagi.
"Nat, kamu mau bantu saya ? Tolong biarin saya ngelindungin kamu. Kamu gak perlu nikah sama saya, tapi seenggaknya biarin saya bisa memeluk kamu kayak gini."
Nata hanya mengangguk kecil. Jauh di dalam lubuk hatinya, ia tau. Ardi sudah berhasil menaklukan hati kecilnya.
0