- Beranda
- Stories from the Heart
Generation With No Mythologies To Follow
...
TS
konigswood
Generation With No Mythologies To Follow
Love? What is that? Seems legit, can I have some on it?
Everybody talk about love, but what the true love mean?
Everybody sayin love more than his/her love
But I have Love for You more than words I can say
It is real? Nope maybe it is rael
Everybody talk about love, but what the true love mean?
Everybody sayin love more than his/her love
But I have Love for You more than words I can say
It is real? Nope maybe it is rael
Hai untuk seseorang disana, Aku sayang padamu ketika aku benar benar membencimu saat ini, maafkan aku yang terlalu angkuh untuk mengatakan aku sayang padamu, maafkan aku yang ternyata tidak berusaha saat engkau hendak meninggalkan ku terdampar disini
Just enjoy it, If there was same name, same place, same stories (Copy Paste) at this story, i just said So sorry im to terrible to hear that, cz My stories gonna using similar name similar place, if you wanna share it, please dont forgot the copyright
Moral? I dont give a fuck with it, so here we go!
Kita coba sedikit pengindexan ya, sebelumnya ga ada indexnya
Spoiler for Sop Iler:
Diubah oleh konigswood 11-01-2018 11:35
0
92K
501
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
konigswood
#45
Sosa
“Hahaha, gua bilangin Nathan nanti kalu lu mulai nakal”
“Jelek main lu”
Kemudian hari – hari ku banyak kuhabiskan di Apartment, dan tak jarang Nathan datang bersama Alesia dan ikut bermain bersama, sepertinya kita sudah bisa baikan, Alesia saat Dota time dia hanya memilih untuk menjadi coach alias perusuh dan trash talk saat ada miss com
4 Minggu setelah pertemuanku dengan Mama Chynthia dan Claudia, hubunganku dengannya sedikit renggang, namun entah ada angin apa, Chynthia datang ke kelas ku
“Nanti sore ajak papa lu kerumah gua, pake baju yang sama kaya 4 minggu lalu”
Hanya kalimat tersebut yang keluar dari mulutnya, sesudah itu ia kemudian berlalu meninggalkanku melongo di samping Lucas
“Cantik ye bro?”
“Siapa?”
“Itu Chynthia, cewek lu sih, kalo bukan mah sikat habis”
“Bukan cewek gua”
“Calon istri? Oh ya ya gua tau, lu mau nikah ya? Ampe bokap lu ajak kerumahnya”
“Lu mending diem cas”
Seperti setelah terjebak macet di peliknya kota ini, kemudian menemukan jalan raya yang lengang, begitulah perasaanku saat ini, setidaknya sudah ada upaya berkomunikasi, ya meskipun masih sedikit jutek
Hal bahagia tersebut dengan cepat kubagikan pada papa
“Pa, nanti sore kita kerumah Mama Lisa”
“Oke”
Hari itu aku rasanya ingin cepat – cepat pulang, namun saat bubar kelas
“Ham, nanti sore Dota, gua udah dapet personil untuk profesional”
“Sorry Nat, gua hari ini ada urusan”
“Ok, I See, text me later”
“Bye, di tunggu Lucas tuh di mobil kayanya lu”
Kemudian saat aku melewati mobil Cayman dimana didalamnya ada Lucas dan Nathan, Lucas memberikan sebuah kode yang teramat menjijikan, dimana jempol di himpit dengan telunjuk dan jari manisnya di acungkan padaku melalui kaca jendelanya
Sesampainya dirumah masih pukul 16, dan papa sudah duduk rapih dengan gaya yang lebih keren hari ini
“Rapih bener pa, kayanya batal deh”
“Wah, orang tua di mainin, wah”
“Hahahahah, ampun pa”
“Emang ada apa sih? Kok tiba – tiba kita suruh kesana ham?”
“Entah, Thia bilang tiba – tiba”
Kemudian berangkatlah kami menuju rumah Thia pada pukul 18
Pintu rumah di buka oleh Claudia yang sudah cantik dengan dressnya
“Akhirnya dateng juga tamu spesial mama sama kakak”
“Hi clau, you look so mature with that” ucap papa
“Langsung masuk aja Pa”
Kemudian suasana hangat terjadi saat aku melihat Chynthia duduk di meja makan, suasana hangat ini tercipta dari genggaman tangannya yang menarik ku untuk ke halaman belakang rumahnya
“Kenapa telat? Gua bilangkan sore, dan seperti yang lalu”
“Sorry, my bad”
“Gua ga tega liat mama gua setiap hari murung, terlebih sehabis jenguk lu, lu pura – pura kan? Biar dapet simpati mama gua?”
“Hahaha, terus lah berfikir seperti itu Thia, aku tidak akan ambil pusing”
“Penjilat, kalo bukan karena mama, ga akan gua lakuin ini”
“Teruslah Thia, aku sudah terlalu bebal untuk mendengar kalimatmu”
“Ham, kalo di ajak ngomong di liat mukanya” ucapnya sambil membalikan kepalaku untuk menghadapnya, Luka basah ini kemudian mengucurkan darah segar dari luka operasi
“Apa yang mau kamu liat dari seorang penjilat ini Thia? Darah segar? Atau sebuah wajah murungku?, atau pengakuan dosaku?”
“Ham, boleh gua peluk lu?”
“Dan saat ini kamu ingin memelukku?, haruskah kubuka bajuku ini, untuk memperlihatkan perban yang menyelimuti tubuh?”
“Ok, gua salah” ucapnya sambil mengecupku
“Sekarang masuk yuk, di tungguin papa mama kita”
Saat aku masuk kedalam rumah, wajah papa dan mama kaget melihat perban di kepalaku mengeluarkan darah
“Dek, ambilin kassa untuk mas dong, kasihan masnya itu loh” Ucap mama ke Claudia
“Anak nakal, keluar sebentar aja udah berdarah – darah, pasti Graham kalah kan berantemnya?” ucap papa
Kemudian perban di kepalaku di buka bersamaan dengan datangnya Claudia dengan kotak P3K untuk mengganti perban
“Jadi kapan papa sama mama menikah?” Ucapku disela acara makan malam ini
“Kami tidak akan menikah ham, karena kami tahu, kalau Chynthia ada rasa dengan mu, oleh sebab itu kami memutuskan untuk mengubur jauh – jauh rasa cinta kami, dan memilih untuk menjadi besan saja, dan mumpung ada mas Jaya disini, ada baiknya kita bicarakan hari dan tanggal untuk pertunangan kalian bukan” Ucap mama panjang
“No ma, we are best friend, get ur marriage ma” Ucap thia
“Tidak Thia, Kami mengalah untuk kalian, Papa berencana ingin menjodohkan kamu dengan Graham”
“Pa, come on lah”
“Udah ham, papa tahu, kamu suka kan sama Chynthia?”
“No, kita Cuma teman baik pa, udah tidak lebih” ucap Thia
“Yep, kita cuman teman baik kok, dah tentukan kapan pernikahan kalian saja”
“Are you sure kid?”
“Yep so sure”
“You know the consequences?”
“Im Really – really know it”
“Oke, Papa akan menikah, tapi bagaimana dengan kalian? Yakin tidak mau dijodohkan?”
“Yakin pa” ucapku semangat
Setelah perdebatan sengit diperoleh sebuah titik terang, dan Chynthia setuju dengan hal tersebut, terlihat dari senyumnya yang mengembang
“Besok gua jemput ya, kasian kalo kondisi lo begini masih nyetir sendiri kemana – mana”
“Jadwal kelas lu sama gua beda, gua berangkat sendiri bisa kok”
“Tadi perasaan pake aku kamu, sekarang gua lu, ih plin plan”
“Hahah mulai deh”
“Sini – sini adik kakak, adik kakak yang laki – laki ini ya ampun…”
“Lebai lu thia, cuman tua beberapa bulan doang lu”
“Heh, gua tetep kakak lu”
“Iya tante”
“Jelek main lu”
Kemudian hari – hari ku banyak kuhabiskan di Apartment, dan tak jarang Nathan datang bersama Alesia dan ikut bermain bersama, sepertinya kita sudah bisa baikan, Alesia saat Dota time dia hanya memilih untuk menjadi coach alias perusuh dan trash talk saat ada miss com
4 Minggu setelah pertemuanku dengan Mama Chynthia dan Claudia, hubunganku dengannya sedikit renggang, namun entah ada angin apa, Chynthia datang ke kelas ku
“Nanti sore ajak papa lu kerumah gua, pake baju yang sama kaya 4 minggu lalu”
Hanya kalimat tersebut yang keluar dari mulutnya, sesudah itu ia kemudian berlalu meninggalkanku melongo di samping Lucas
“Cantik ye bro?”
“Siapa?”
“Itu Chynthia, cewek lu sih, kalo bukan mah sikat habis”
“Bukan cewek gua”
“Calon istri? Oh ya ya gua tau, lu mau nikah ya? Ampe bokap lu ajak kerumahnya”
“Lu mending diem cas”
Seperti setelah terjebak macet di peliknya kota ini, kemudian menemukan jalan raya yang lengang, begitulah perasaanku saat ini, setidaknya sudah ada upaya berkomunikasi, ya meskipun masih sedikit jutek
Hal bahagia tersebut dengan cepat kubagikan pada papa
“Pa, nanti sore kita kerumah Mama Lisa”
“Oke”
Hari itu aku rasanya ingin cepat – cepat pulang, namun saat bubar kelas
“Ham, nanti sore Dota, gua udah dapet personil untuk profesional”
“Sorry Nat, gua hari ini ada urusan”
“Ok, I See, text me later”
“Bye, di tunggu Lucas tuh di mobil kayanya lu”
Kemudian saat aku melewati mobil Cayman dimana didalamnya ada Lucas dan Nathan, Lucas memberikan sebuah kode yang teramat menjijikan, dimana jempol di himpit dengan telunjuk dan jari manisnya di acungkan padaku melalui kaca jendelanya
Sesampainya dirumah masih pukul 16, dan papa sudah duduk rapih dengan gaya yang lebih keren hari ini
“Rapih bener pa, kayanya batal deh”
“Wah, orang tua di mainin, wah”
“Hahahahah, ampun pa”
“Emang ada apa sih? Kok tiba – tiba kita suruh kesana ham?”
“Entah, Thia bilang tiba – tiba”
Kemudian berangkatlah kami menuju rumah Thia pada pukul 18
Pintu rumah di buka oleh Claudia yang sudah cantik dengan dressnya
“Akhirnya dateng juga tamu spesial mama sama kakak”
“Hi clau, you look so mature with that” ucap papa
“Langsung masuk aja Pa”
Kemudian suasana hangat terjadi saat aku melihat Chynthia duduk di meja makan, suasana hangat ini tercipta dari genggaman tangannya yang menarik ku untuk ke halaman belakang rumahnya
“Kenapa telat? Gua bilangkan sore, dan seperti yang lalu”
“Sorry, my bad”
“Gua ga tega liat mama gua setiap hari murung, terlebih sehabis jenguk lu, lu pura – pura kan? Biar dapet simpati mama gua?”
“Hahaha, terus lah berfikir seperti itu Thia, aku tidak akan ambil pusing”
“Penjilat, kalo bukan karena mama, ga akan gua lakuin ini”
“Teruslah Thia, aku sudah terlalu bebal untuk mendengar kalimatmu”
“Ham, kalo di ajak ngomong di liat mukanya” ucapnya sambil membalikan kepalaku untuk menghadapnya, Luka basah ini kemudian mengucurkan darah segar dari luka operasi
“Apa yang mau kamu liat dari seorang penjilat ini Thia? Darah segar? Atau sebuah wajah murungku?, atau pengakuan dosaku?”
“Ham, boleh gua peluk lu?”
“Dan saat ini kamu ingin memelukku?, haruskah kubuka bajuku ini, untuk memperlihatkan perban yang menyelimuti tubuh?”
“Ok, gua salah” ucapnya sambil mengecupku
“Sekarang masuk yuk, di tungguin papa mama kita”
Saat aku masuk kedalam rumah, wajah papa dan mama kaget melihat perban di kepalaku mengeluarkan darah
“Dek, ambilin kassa untuk mas dong, kasihan masnya itu loh” Ucap mama ke Claudia
“Anak nakal, keluar sebentar aja udah berdarah – darah, pasti Graham kalah kan berantemnya?” ucap papa
Kemudian perban di kepalaku di buka bersamaan dengan datangnya Claudia dengan kotak P3K untuk mengganti perban
“Jadi kapan papa sama mama menikah?” Ucapku disela acara makan malam ini
“Kami tidak akan menikah ham, karena kami tahu, kalau Chynthia ada rasa dengan mu, oleh sebab itu kami memutuskan untuk mengubur jauh – jauh rasa cinta kami, dan memilih untuk menjadi besan saja, dan mumpung ada mas Jaya disini, ada baiknya kita bicarakan hari dan tanggal untuk pertunangan kalian bukan” Ucap mama panjang
“No ma, we are best friend, get ur marriage ma” Ucap thia
“Tidak Thia, Kami mengalah untuk kalian, Papa berencana ingin menjodohkan kamu dengan Graham”
“Pa, come on lah”
“Udah ham, papa tahu, kamu suka kan sama Chynthia?”
“No, kita Cuma teman baik pa, udah tidak lebih” ucap Thia
“Yep, kita cuman teman baik kok, dah tentukan kapan pernikahan kalian saja”
“Are you sure kid?”
“Yep so sure”
“You know the consequences?”
“Im Really – really know it”
“Oke, Papa akan menikah, tapi bagaimana dengan kalian? Yakin tidak mau dijodohkan?”
“Yakin pa” ucapku semangat
Setelah perdebatan sengit diperoleh sebuah titik terang, dan Chynthia setuju dengan hal tersebut, terlihat dari senyumnya yang mengembang
“Besok gua jemput ya, kasian kalo kondisi lo begini masih nyetir sendiri kemana – mana”
“Jadwal kelas lu sama gua beda, gua berangkat sendiri bisa kok”
“Tadi perasaan pake aku kamu, sekarang gua lu, ih plin plan”
“Hahah mulai deh”
“Sini – sini adik kakak, adik kakak yang laki – laki ini ya ampun…”
“Lebai lu thia, cuman tua beberapa bulan doang lu”
“Heh, gua tetep kakak lu”
“Iya tante”
0