ivory.cahayaAvatar border
TS
ivory.cahaya
Tak Selamanya [Selingkuh Itu] Indah (True Story)
TAK SELAMANYA [SELINGKUH ITU] INDAH (TRUE STORY)





Ketika kesetiaan cinta diuji, apakah Aku bisa bertahan atau malah menyerah?

Kalian bisa menghakimiku, mencaci maki, dan meludahiku dengan hinaan kalian, tapi jangan mereka, orang yang terlanjur mencintai. Cinta tidak pernah salah, yang salah adalah orang yang melakukan penyelewengan, apapun, cinta itu tetap suci. Aku memang sampah. Tetapi tidak dengan mereka.




Kata orang, mendua itu indah. Kata orang, mendua itu membuat bahagia. Mungkin bisa iya, mungkin juga tidak, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Ini sebuah kisah tentangku yang terjebak dalam dua hati yang sama-sama mencintai, menyembunyikan segala sesuatunya dari Istriku dan menjalani dua kehidupan.

Aku adalah penghuni baru di SFTH, selama ini hanya jadi Silent Reader, dan kali ini sedang berusaha untuk bercerita tentang kisahku yang agak kelam.

Kisah ini aku modifikasi sedemikian rupa, baik dari nama tempat, nama tokoh, dan tanggal kejadian, tetapi percayalah ini masih terjadi hingga saat ini. Saat aku belum bisa memutuskan langkah apa yang akan diambil, apakah tetap setia atau terus hidup seperti ini.

Beruntung, Cahaya, Istriku tidak tahu menahu tentang akun ini di Kaskus, bahkan ia tidak pernah sekalipun tertarik dengan Kaskus, sementara Ivory, aku yakin suatu saat ia akan menemukan cerita ini, tetapi tidak masalah.

Hati yang sudah mendua ini butuh pencerahan, karena semuanya kini sudah terlewat jauh dari batasan yang kumiliki sendiri.

Quote:


Maaf apabila ada salah kata, penulisan, atau sikap dalam berforum, mohon bimbingan dari teman-teman semua, dan apabila ditemukan gaya bahasa saya mirip dengan salah satu, atau banyak penulis di SFTH, mohon maklum, saya hanya penulis amatiran baru.

Selamat membaca.

Quote:
Polling
0 suara
Siapa yang harus gw (Sani) pilih?
Diubah oleh ivory.cahaya 10-05-2022 23:16
a.khord
arieaduh
mhdrdho
mhdrdho dan 19 lainnya memberi reputasi
20
974.6K
2.8K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Tampilkan semua post
ivory.cahayaAvatar border
TS
ivory.cahaya
#1051
Bidadari Tanpa Sayap - Bagian Ketiga
BIDADARI TANPA SAYAP – BAGIAN KETIGA


“Aku minta kamu tetep ada, tetep begini buat aku,” ujarku pelan, “meski semuanya keliatan mustahil.”

“Kamu mau terima aku apa adanya.”

“Aku pengen kamu jadi yang terindah buat aku, emang kedengerannya agak gombal ya,” ujarku lalu menghela napas.

“Tapi, aku sayang kamu Vo, aku gak tahu, semenjak aku ketemu kamu, aku gak bisa berhenti mikirin kamu.”

“Jujur, aku gak tahu harus gimana bilangnya sama kamu, tapi aku cinta sama kamu.”

“Ih, kirain mau minta apaan Kak,” ujar gadis itu manja, mencubit ringan lenganku dan menghela napas begitu panjang.

“Mungkin kita berdua udah kelewat batas Vo, tapi aku gak mau sampe ambil keperawanan kamu.”

“Emang ada alasan apa Kak?” tanya gadis itu, wajahnya begitu polos pagi ini.

“Kalo sampe kamu hamil gara-gara aku, maka anak kamu harus lahir dulu baru aku boleh nikahin kamu.”

“Jadi gitu ya Kak,” ujarnya pelan, ada nada kecewa teruntai dari alunan manja lisannya saat ini.

“Tapi kalo gak hamil kan gak apa-apa Kak,” ujar Ivory, mencoba mencari pembenaran dari apa yang ia pikirkan.

Aku menggeleng pasti, “gak bisa gitu Vo, ada hukum sama aturannya.”

“Bahkan, ini udah kelewat batas buat kita.”

“Nikahin aku ya Kak,” ujar Ivory tiba-tiba, aku hanya memandangnya dengan tidak percaya.

“Mana mungkin Vo,” ujarku lalu menggeleng, “kita kan beda,” ujarku pelan.

“Aku gak beda kok Kak,” ujar Ivory pelan, “eh maksud kamu?” tanyaku balik.

“Kalo menurut Kakak kita beda, Kakak salah banget.”

“Aku sama Kakak itu sama.”

“Orangtua kandung aku, aku, Kak Nada semuanya sama kayak Kakak.”

“Mama aku yang sekarang, ato yang biasa Kakak panggil Bu Maya itu baru beda.”

“Jadi, kita sama Vo?” tanyaku tidak percaya, ia mengangguk pasti, “cuma bedanya gak ada yang pernah ngajarin aku gimana jadi orang yang lebih baik.”

“Dan itulah kenapa, mungkin aku keliatan beda sama Kakak,” ujarnya pelan, “aku mau bisa jadi orang yang lebih baik.”

“Aku mau Kakak yang bimbing aku jadi orang yang lebih baik.”

“Dan cuma satu cara kan buat jalanin itu,” ujarnya dengan wajah yang sangat merah, “Kakak harus jadiin aku Istri Kakak.”

“Entah jadi yang kedua, atau aku satu-satunya.”

“Semuanya sama buat aku kok Kak.”

“Ada deket sama Kakak aja udah bikin aku bahagia.”


Deg, jantungku berdetak makin cepat saat untaian kata-kata itu terujar dari bibirnya. Hal yang benar-benar tidak kupercaya keluar dari lisan gadis itu, menggetarkan seluruh tubuhku dan melemaskan seluruh saraf sadarku, bahkan pandanganku berkunang-kunang saat aku melihat wajahnya yang cantik perlahan buram.

Aku tidak percaya dengan apa yang kudengar sendiri, sampai ketika ia mengucapkan dua kalimat itu dengan lancar di hadapanku, dan melafazkan tujuh ayat surat pertama di depanku dengan begitu lancar. Aku langsung tertegun mendengar apa yang ia katakan kepadaku, dan aku mulai merasa ada titik terang.

Ada keyakinanku untuk menjalani ini dan menyudahi apa yang sudah terjadi kepadaku. Di antara aku dan Cahaya, dan aku ingin berusaha memulai ini semua bersama gadis itu, apa itu mungkin.

Ia adalah gadis berusia delapan-belas-tahun, dan tidak mungkin aku menikahinya. Terlebih dalam keadaan seperti ini, aku tidak mungkin memaksakan ini semua.

Ivory tersenyum, seolah mengerti apa yang kupikirkan saat ini. Jemari lembutnya mengusap pipiku dengan begitu mesra, menyiratkan senyuman yang begitu berarti bagiku kini. Kata-kata yang begitu teduh dan menenangkan terlontar dari lisannya, ada sebuah kedamaian yang tercipta dari tiap-tiap kata-katanya kini.

Ia mendekapku, begitu hangat dan penuh cinta, menyiratkan semua asa yang tertanam, menancap begitu indah di dalam diriku untuk mengatakan kata-kata cinta itu di telinganya. Sadar sudah berlama-lama, kami akhirnya melanjutkan memasak untuk sarapan pagi ini, dan setelah jam menunjukkan pukul 04.20, aku mengajak Ivory untuk melaksanakan kewajiban pagi. Dengan senang hati ia mengikutiku.

*****


Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00 pagi, kami bahkan sudah menyelesaikan sarapan pagi dan sedang duduk santai di depan televisi yang sejak tadi menyiarkan acara yang benar-benar aku tidak mengerti. Maklum saja, aku jarang menonton televisi, bahkan bersama Cahaya, aku juga sangat jarang melakukan hal ini.

Gadis itu duduk bersimpuh di sebelahku, menyandarkan manja kepalanya di pundaku, jemarinya memagut mesra jemariku. Sesekali ia menyibakkan anak-anak rambutnya yang panjang itu ke belakangan telinga, membuatnya terlihat cantik dan juga menawan.

Sesekali ia melemparkan senyum arahku, menggetarkan lagi apa-apa yang sudah tertidur selama ini, gelora cinta yang begitu luar biasa, meletup-letup di dalam dadaku, memburu napasku begitu kuat untuk sekadar menggenggam lembut jemarinya, menuntunku untuk menyentuhnya lebih jauh, mengulangi dosa itu lagi.

*****


Waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 siang, kali ini Ivory memintaku dengan manja untuk ikut serta ke ruko tempatku biasa mencari nafkah akhir-akhir ini. Aku mengiyakan permintaannya, dan dengan menggunakan Skuter Matik 125cc besutan Honda ini, kami melaju ke ruko.

Ia mendekapku begitu hangat dari belakang, sesekali napasnya terasa begitu hangat, menggelitik tengkuku. Ia bahkan seringkali mengeratkan pagutan tangannya, membuat tubuhnya terasa begitu ketat berada di belakangku. Sekitar lima menit kemudian, aku pun tiba di ruko milikku, dan di sana telah terparkir Kendaraan M-Segment milik Dika.

Sesaat setelah aku menghentikan laju kendaraan ini, Ivory langsung berlari masuk ke dalam rukoku, aku mengerti, ia mungkin sangat takut kepada Dika, sehingga sebisa mungkin menghindari laki-laki itu. Saat itu memang tidak ada seorangpun yang keluar dari butik Bu Maya, meskipun aku sudah datang di sini.

Aku berjalan pelan menuju ruko, di mana Herman memandangku dengan begitu tidak percaya. Bukan tidak percaya dengan kedatanganku, tetapi karena adanya Ivory.


“Mas Sani dari mana?”

“Saya dari rumah, kemaren kan nginep dia di rumah,” ujarku santai.

“Diapain aja Mas?” selidiknya dengan nada yang dipelankan, “masih gadis, tenang aja,” ujarku lalu menghela napas, sementara Herman tertawa kecil di sebelahku.

“Man, saya bisa minta tolong gak?”

“Siap Mas, mau ngapain?”

“Tolong pindahin motor saya ke tempat yang agak jauh, bisa?” pintaku pelan, ia lalu tersenyum, meraih kunci skuterku dan langsung berjalan menuju ke tempat skuterku diparkirkan.


Ia lalu memindahkan skuter matik yang terparkir di sana, cukup jauh hingga tidak terlihat dari jangkauan mataku. Aku melangkah keluar dari rukoku, sesekali aku menengok ke arah ruko, Ivory masih bersembunyi di sana, ia tampak tidak ingin dirinya terlihat sedikitpun oleh Dika.

Aku hanya tersenyum kepada gadis itu, seolah mengatakan ini semua akan baik-baik saja. Setelah memastikan semuanya aman, aku pun pergi ke belakang bersama Ivory, ia menyambutku dengan senyuman yang begitu hangat.

*****


Pukul 08.00 malam, Dika akhirnya keluar dari ruko Bu Maya untuk pulang, rupanya usahanya untuk sekadar melihat sosok Ivory di ruko milikku sia-sia. Herman yang memberitahukanku bahwa sudah empat kali Dika memesan martabak dengan mencoba menyelidiki apa yang ada di dalam ruko ini.

Dan ia tidak mendapatkan apapun.

Hingga beberapa menit berselang, seseorang dengan menggunakan skuter matik besutan Yamaha berhenti di depan rukoku, dan aku mengetahui orang yang memarkirkan kendaraannya di depanku. Ia adalah Fahmi, temanku sekaligus orang yang aku minta tolong memberitahukan keberadaan Cahaya. Karena sampai detik ini, aku tidak mendapatkan kabar apapun dari Cahaya.

Ia melangkahkan kakiknya begitu pasti ke arah ruko ini, wajahnya terlihat sedikit tergesa di balik senyumannya yang mengartikan banyak hal.


“San,” panggilnya, sejurus ia berada di depanku dan menjabat hangat tanganku, “sorry gue baru bisa dateng.”

“Gak apa,” ujarku, membalas senyumannya, menyiratkan sebuah kabar yang sepertinya tidak ingin kudengar, “apa kabar loe?”

“Gue baik San, justru gue gak enak mau ngomong sama loe masalah bini loe.”

“Gue udah dapet informasi tentang Cahaya.”

“Gue tahu dia lagi di mana.”

deniiskandard
yusufchauza
yusufchauza dan deniiskandard memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.