- Beranda
- Stories from the Heart
Di ujung jalan
...
TS
3005fm
Di ujung jalan

Prolog cerita dihapus untuk tempat index cerita.
Untuk memudahkan pembacaan cerita dan karena ada beberapa yang request, maka saya bikin list partnya. Setiap part yang udah di update akan langsung dimasukan ke index.
Semoga makin semangat baca ceritanya
Di ujung jalan :
Bab 1 - Wawancara Majalah Food & Travel
Bab 2 - Pameran Seni
Bab 3 - Pertemuan Kedua
Bab 4 - Karyawan Baru
Bab 5 - Mengenal Nata
Bab 6 - Ini Apa ?
Bab 7 - Sakit
Bab 8 - Happiness
Bab 9 - Undefined Feeling
Bab 10 - Penjelasan dan Luka Lama
Bab 11 - Rasa Penasaran
Bab 12 - Something Wrong
Bab 13 - Liar
Bab 14 - Penyakit Bulan
Bab 15 - Egois
Bab 16 - Nekat
Bab 17 - Hurt (again)
Bab 18 - Salah Paham
Bab 19 - Akhir yang Baik
Bab 20 - Finally
Di ujung jalan (Bimo POV) :
Bab 1 - Pertemuan Awal
Bab 2 - Diam-diam
Bab 3 - Kebodohan
Bab 4 - Solo
Bab 5 - Pengakuan
Bab 6 - Shows Her
Bab 7 - Move On
Bab 8 - New Girl
Bab 9 - Nadia
Bab 10 - Jealous
Bab 11 - Jadian
Bab 12 - Kembali
Bab 13 - 1st Anniversary
Bab 14 - Accident
Bab 15 - Lost Her
Diubah oleh 3005fm 15-01-2017 19:24
anasabila memberi reputasi
1
14.4K
117
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
3005fm
#3
Di ujung jalan
Bab 2
Pameran Seni
"Mau ke mana lo, Ar ?" tanya Bimo teman satu kost Ardi sekaligus sahabat dekatnya sejak dibangku SMA.
"Gue mau ke pameran lukisnya Mas Emir."
"Mas Emir siapa ?"
"Emir Prihardjo. Masa lo gak tau sih ?"
"Lo tau sendiri kalo gue buta soal begituan. Siapa sih itu ?"
"Pelukis sekaligus ilustrator cerita terkenal di Jogja. Kayaknya gue udah pernah bilang soal Mas Emir deh..."
"Mungkin. Ya udah sana, ati-ati Bro."
"Sip Bro."
Ardi mematut penampilannya sekali lagi di kaca, seperti biasa pakaiannya serba hitam, dengan tambahan jaket kulit warna cokelat, 'ini semua gara-gara kamu Lan. Aku jadi kayak gini'.
Tapi Ardi sadar, seberapa pun kerasnya Ardi berusaha, Bulan tidak akan kembali ke hidupnya. Ia hanya perlu menjalani hari-harinya tanpa Bulan.
***
Ardi sampai di tempat pameran sekitar pukul 7 malam. Ia ingin mengucapkan selamat ke Mas Emir atas pameran lukisnya yang entah kesekian kalinya dan mampu memberikan decak kekaguman. Emir Prihardjo adalah pelanggan tetap di kedai kopi milik Ardi, awalnya ia gak menyangka kalo kedai kopinya didatangi seniman yang terkenal di Jogja, tapi akhirnya Ardi diundang ke sini, ke pameran lukis Emir Prihardjo.
"Mas Emir, selamat ya buat pameran lukisnya. Keren banget lho mas," ucap Ardi sambil menyalami tangan Emir Prihardjo.
"Makasih banyak, Ar. Saya kira kamu gak akan datang, karena sibuk dengan kedai kamu."
"Masa sih saya gak dateng ke pameran seniman berkelas terus gratis lagi". Ardi nyengir sambil meneguk welcome drinkyang disediakan oleh pihak penyelenggara.
"Bisa aja kamu. Saya mau menyalami tamu yang lain dulu ya. Sekali lagi terimakasih sudah sempat datang."
Ardi memutuskan untuk berjalan-jalan sambil melihat lukisan-lukisan yang dipamerkan. Tiba-tiba matanya menangkap seseorang yang dikenalnya. 'Nata ? Dia suka lukisan juga ?'
Emir memutuskan untuk menghampiri Nata sambil sekedar menyapa santai. "Hey, kamu di sini juga ?"
Nata terlihat terkejut tapi sedetik kemudian tersenyum. "Sebenernya aku gak terlalu suka. Udah bosen banget malah."
"Terus kenapa kamu beli tiketnya ?"
"Aku gak beli kok. Emir Prihardjo itu suami adik mamaku. Jadi aku dapet tiket ini secara gratis. Kalau kamu ?"
"Aku suka seni. Tapi aku juga dikasih tiket ini gratis sama Mas Emir. Dia pelanggan setia kedai kopi aku."
Nata hanya mengangguk kecil. Mereka saling terdiam lama, sebelum akhirnya Ardi memutuskan untuk memulai pembicaraan lagi. "Anyway, aku udah liat artikel yang kamu buat hasil wawancara seminggu yang lalu, makasih udah bikin La Lune jadi kebanjiran pengunjung seminggu ini."
"Wah, itu emang udah rejeki kali. Kopi kamu enak-enak kok."
"Kamu aja baru minum satu kali udah bilang enaknya 2 kali. Aku mesti nraktir kamu nih, sebagai tanda ucapan terimakasih bikin kedai aku rame."
"Boleh, maklum deh anak kost. Nanti kalo aku lagi kosong, aku main-main ke kedai."
"Sip, boleh minta nomor kamu ? Aku takut kamu ke kedai pas lagi tutup."
"Nih 085xxxxxxxxx."
"Makasih ya, see you soon."
0