Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

robe16Avatar border
TS
robe16
HIDUP BERSAMA KAMU?
HIDUP BERSAMA KAMU?

Spoiler for MEDICINE:


Entahlah, cuma mau nulis sebuah cerita fiksiaja di forum tercinta ini...

Bakal seperti apa isi ceritanya?

Liat aja nanti deh sobs

Ok, first page dan first post adalah INDEX!!


Quote:




_________________
btw, kok kayanya lo pada seneng banget sih ngeliat ada INDEX??emoticon-Wakaka
Diubah oleh robe16 04-07-2016 04:41
anasabila
anasabila memberi reputasi
1
74.6K
453
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.8KAnggota
Tampilkan semua post
bijikudeAvatar border
bijikude
#344
DI ANTARA TITIK HUJAN



******





Rabu pagi, dunia di sekelilingku basah oleh derai hujan yang terus – menerus melenting jatuh dari langit. Memanggil kabut untuk berkerumun ria di udara. Meninggalkan titik - titik embun pada kaca jendela di ruang kerja ku.


Aku tengah membuang pandang ke pelataran jalan raya dari balik jernihnya kaca kantor ku di lantai sembilan. Memperhatikan lalu – lalang manusia berlari kecil menghindari belaian hujan. Dengan tangan kanan ku yang menggenggam cangkir kopi, dan jemari tangan kiri menelusup ke dalam saku celana.


Dari ketinggian tempat ku berada, lalu – lalang manusia di jalanan basah nampak seperti liliput yang berhamburan di kejar hujan. Satu – dua orang bersedekap dingin di bawah kanopi halte bus menunggu reda, sedang lainnya berjalan tenang di bawah kelopak payung, seolah berkata mengejek ‘tunggu saja disana hingga hujan berhenti turun. atau paling tidak, hingga bos mu memaki sebab kamu terlambat datang.’


Aku tersenyum membayangkan sarkasme yang melintas dibenak ku itu. Manusia, jiwa – jiwa yang merelakan dirinya disambut sumpah serapah. Men – dewa - kan waktu dan uang. Tapi bagi diriku sendiri, aku rela menukar semua itu hanya untuk mendapatkan segenggam cinta. Cinta yang berpijak pada ketiadaan, bukan yang tumbuh karena disinari materi.


Ah… cinta, ya?


Entah kenapa, setiap kali aku memikirkan cinta, yang tergambar selalu saja sesosok Nayla. Aku sendiri tak pernah mengerti, bisa – bisanya aku terpesona oleh sesuatu itu. Sesuatu yang sukar di mengerti, sesuatu yang hanya bisa disentuh oleh hati.


Ambisiku untuk memiliki mu masih saja bergeliat liar, Nayla. Menilik kenyataannya bahwa kamu sudah menikah pun, tak mampu meredupkan gejolaknya. Lebih baik ku akui saja, aku gila. Hanya saja aku enggan menunjukannya. Sebab aku lelaki yang terbiasa mendapatkan apa yang aku ingini, dan akan menjadi satu obsesi jika itu teramat sukar untuk di raih. Dan kali ini, obsesi itu berwujud kamu, Nayla.



*****




Waktu terus berderap menjauh. Detik berganti terus tanpa jeda berhenti. Hiruk pikuk manusia di kantor ini seakan menjadi takaran waktu. jika suasana merambat hening, berarti senja sudah merambat di luar sana. Dan para pekerja itu menghilang satu demi satu, membaur dengan kehidupan bising di jalanan raya.


Pukul lima sore, aku membereskan meja dan perlengkapan kerja. Bersiap kembali pulang menuju rumah. Ku arahkan kaki ke ruang para pegawai di depan sana, menapaki koridor sepi. Memeriksa satu per satu meja karyawan, itu sudah biasa ku lakukan. Memeriksa setiap karyawan yang bekerja lembur, itu adalah salah satu tanggung jawab ku.


Di koridor tengah, nampak cahaya monitor masih menyala dari dalam bilik pekerja. Aku mengenali tempat itu. Meja itu, adalah bilik kerja Nayla. Aku berjalan mendekat tanpa suara. Setibanya aku disana, nampak seraut wajah remaja milik Nayla tengah mengerenyitkan dahi, dan tarian jemarinya di atas keyboard berdetak lembut ketika disentuh.


Nayla ada di sana. Masih terfokus pada tumpukan lembar kerja bagiannya. Aku mendekati sisi kursinya dan menepuk lembut bahunya sambil menyapa.



Quote:




Nayla tersenyum. Terlihat kelopak matanya berdenyut lemah, ia kelelahan. Rambutnya yang lusuh terikat di belakang kepalanya. Lengan kemeja yang tergulung separuh, menunjukkan keseriusannya mengerjakan sesuatu itu.



Quote:




Suaraku terputus sejenak ketika menyela ucapan Nayla barusan. Menyebut kata ’suami’nya saja terasa sudah cukup berat. Apakah kamu menyadari itu, Nayla?


Nayla terdiam. Tangannya bergerak bimbang merapikan berkas lembar kerja yang berserakan di mejanya. Kemudian setelah selesai, Nayla berjalan di belakang langkah ku menuju lift dan turun ke lobi. Aku meninggalkannya disana, dan meneruskan tujuanku ke basement parkir. Mengendarai mobilku dan meluncur pelan ke jalan raya.


Tapi, langit masih saja mencurahkan hujannya sedari pagi. Jumlah derainya tak juga berkurang selama itu. Mobilku berjalan lembut di depan halte bus yang terletak tak jauh dari gedung kerja ku. Mata ku mencari – cari sosok mungil di antara kerumunan orang yang berteduh di bawah kanopinya. Aku mencari Nayla. Ah, itu dia. Sedang berdiri sambil bersedekap menghangatkan bahunya. Ku arahkan mobilku ke hadapannya, membuka jendela dan berseru ;



Quote:




Nayla berlari kecil dan membuka pintu, lalu duduk di kursi depan sebelahku. Ia mengibaskan lengan mantelnya yang basah sambil tersenyum berterima kasih. Aku memulai laju mobil menembus bulir – bulir hujan di pelataran jalan. Di antara debur titik air yang menerpa kaca depan mobilku, aku membuka pembicaraan dengan Nayla.



Quote:




Aku tersenyum mendengarnya. Ucapan yang tergugup. Aku tahu, Nayla masih canggung dengan situasi seperti ini. Beban yang bergelayut di benaknya sebagai seorang istri, membuatnya harus membatasi sikap dengan semua makhluk Tuhan yang bernama ‘PRIA’. Ini tepat seperti yang aku inginkan. Sebuah sinyal yang menunjukkan bahwa perasaannya rapuh. Dan seperti yang sudah ku rencanakan, Aku akan meruntuhkannya.



Quote:




Aku menyunggingkan separuh senyum sambil mengibaskan tangan. Dalam hati, aku bersorak. Kamu benar – benar polos Nayla. Begitu mudahnya kamu memakan umpan yang ku tebar. Betapa cepatnya kamu berjalan menuju perangkap yang ku pasang. Ayo, Nayla. Satu umpan lagi, dan kamu akan terjebak. Bersiaplah!



Quote:



*****

Diubah oleh bijikude 30-06-2016 02:38
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.