- Beranda
- Stories from the Heart
Di ujung jalan
...
TS
3005fm
Di ujung jalan

Prolog cerita dihapus untuk tempat index cerita.
Untuk memudahkan pembacaan cerita dan karena ada beberapa yang request, maka saya bikin list partnya. Setiap part yang udah di update akan langsung dimasukan ke index.
Semoga makin semangat baca ceritanya
Di ujung jalan :
Bab 1 - Wawancara Majalah Food & Travel
Bab 2 - Pameran Seni
Bab 3 - Pertemuan Kedua
Bab 4 - Karyawan Baru
Bab 5 - Mengenal Nata
Bab 6 - Ini Apa ?
Bab 7 - Sakit
Bab 8 - Happiness
Bab 9 - Undefined Feeling
Bab 10 - Penjelasan dan Luka Lama
Bab 11 - Rasa Penasaran
Bab 12 - Something Wrong
Bab 13 - Liar
Bab 14 - Penyakit Bulan
Bab 15 - Egois
Bab 16 - Nekat
Bab 17 - Hurt (again)
Bab 18 - Salah Paham
Bab 19 - Akhir yang Baik
Bab 20 - Finally
Di ujung jalan (Bimo POV) :
Bab 1 - Pertemuan Awal
Bab 2 - Diam-diam
Bab 3 - Kebodohan
Bab 4 - Solo
Bab 5 - Pengakuan
Bab 6 - Shows Her
Bab 7 - Move On
Bab 8 - New Girl
Bab 9 - Nadia
Bab 10 - Jealous
Bab 11 - Jadian
Bab 12 - Kembali
Bab 13 - 1st Anniversary
Bab 14 - Accident
Bab 15 - Lost Her
Diubah oleh 3005fm 15-01-2017 19:24
anasabila memberi reputasi
1
14.4K
117
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
3005fm
#1
Di ujung jalan
Bab 1
Wawancara Majalah Food & Travel
Ardiansyah Putra, pria sukses berumur 26 tahun itu membaca singkat email yang dikirimkan salah satu penerbit majalah ternama di Jogja, 'Food & Travel'.Ardi diminta untuk kesediaannya menjadi salah satu narasumber di majalah itu,
Ardi tertegun, gak biasanya ada yang mau wawancara begini...
Tapi mengingat wawancara dengan majalah ternama itu bisa menaikan pamor kedai kopi kecil miliki Ardi yang terletak di Kaliurang. Mengingat banyak kedai kopi yang jauh lebih besar daripada kedai kopi milik Ardi, seolah menjadi kesempatan yang tidak boleh dilewatkan begitu saja.
"Halo, dengan Mbak Natalia ?" Tanya Ardi sambil meneguk kopi hitam pertama di pagi ini.
"Iya saya sendiri. Boleh tau saya berbicara dengan siapa ?"
"Saya Ardi. Ardiansyah Putra. Anda kirim email ke saya..."
"Oh, Mas Ardi. Kenalkan saya Natalia, panggil saja Nata. Ada apa menelepon saya ?"
"Saya berpikir untuk melakukan wawancara itu. Mungkin anda bisa datang langsung ke kedai kopi saya ?"
"Ya tentu. Nanti sore sekitar jam 4 saya akan ke sana. Terimakasih untuk waktunya."
"Sama-sama. Saya tunggu."
***
"Permisi apa benar ini kedai kopi 'La Lune'"?
"Ya benar. Saya sendiri pemilik kedai ini,"
"OHHH akhirnya, saya Nata. Senang bertemu Mas Ardi."
"Silahkan duduk Mbak, saya buatkan kopi spesial untuk anda."
Natalia Wijaya, seorang reporter muda berumur 20 tahun di majalah 'Food and Travel'. Perawakan tubuhya terbilang mungil, tingginya hanya 158 cm, dengan kulit yang putih susu dan lesung pipi di kedua bagian pipinya yang agak chubby. Berbeda jauh dengan Ardi yang tingginya 178 cm, berjanggut tipis, dan penampilan serba hitam.
5 menit kemudian Ardi kembali dengan secangkir kopi ditangannya.
"Ini Flat White. Silahkan dicoba. Kebanyakan wanita gak terlalu suka kopi karena pahit, tapi kopi ini berbeda. Rasio penggunaan susu dan kopi lebih besar susu."
Nata meminum kopinya. Ia merasa sangat hangat ketika meminum kopi buatan Ardi. Rasanya unik dan berbeda dari kopi yang biasa dia minum di kedai-kedai lain.
"Ini kopi terenak yang pernah saya minum." Nata memberikan pujian tulus kepada Ardi.
"Makasih untuk pujiannya. But thats too much. Anda akan menemukan ribuan kedai kopi yang lebih enak dari ini."
Nata tersenyum singkat. Ia menyalahkan tape recording miliknya."Jadi kapan kita bisa mulai sesi tanya jawabnya ?"
"Kita bisa memulainya sekarang," kata Ardi sambil membenarkan letak duduknya.
"Jadi, La lune ini sudah mulai dikenal banyak orang. Bagaimana awal mula anda memulai bisnis ini."
"Saya memulainya secara tidak sengaja. Waktu itu saya berumur 18 tahun saat memulai mempelajari tentang kopi. Saya suka kopi hitam, dan hampir setiap hari saya minum kopi hitam. Lalu secara tidak sengaja, saya ikut kelas sertifikat khusus barista di Jakarta. Saya pun mulai tertarik untuk membuka kedai kopi kecil-kecilan, saya pun pindah ke Jogja tiga tahun kemudian setelah berhasil mengumpulkan modal dari pekerjaan sebagai barista di salah satu kedai kopi terkenal di Jakarta."
"Wah, ternyata secara gak sengaja ya ? Lalu gimana dengan penamaan kedai ini ? Ada ritual khusus gak ?"
"Ritual apa ? Emang saya mau ngapain ? Haha. Enggak kok, nama kedai ini berati 'Bulan" dalam bahasa Perancis. Kalo boleh dibilang Bulan adalah nama cinta pertama saya...." jelas Ardi dengan pandangan agak menerawang.
Wawancara itu berlangsung hampir 2 jam. Gak terasa 20 pertanyaan yang disusun Nata berhasil terjawab dengan lengkap. "Mas, makasih buat waktunya. Saya sendiri gak berasa udah ngobrol hampir 2 jam."
"Gak papa. Ngomong-ngomong jangan panggil saya pake 'Mas' dong kesannya udah tua banget. Just 'Ardi'."
"Oke, saya pamit dulu. Moga-moga kita bisa ketemu lagi lain waktu. See you Ardi."
Ardi menatap punggung Nata. Dia adalah temen ngobrol yang cukup asik
Ardi berkata dalam hatinya.
batuguling memberi reputasi
1