- Beranda
- Stories from the Heart
(Horror) Diary [TAMAT]
...
TS
ayanokouji
(Horror) Diary [TAMAT]
![(Horror) Diary [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2016/08/12/8901141_20160812100754.jpg)
Illustration courtesy of Awayaye
Halo, dan salam kenal buat agan-agan semua.
Perkenalkan saya anggota lama kaskus tapi newbie di forum SFTH.
Nah, berhubung saya lihat banyak yang menceritakan pengalamannya terutama untuk yang berbau-bau mistis. kebetulan saya dekat dengan seseorang yang memang punya kemampuan lebih untuk melihat yang semacam itu.
Cerita ini adalah berdasarkan kisah nyata, yang memang diambil langsung dari Diary dia
Langsung saja dimulai lah ya
Untuk Postingan pertama saya langsung Posting 2 part deh, karena prologue blum masuk ke cerita
Spoiler for Rules:
Atas permintaan yang punya Diary, mohon dibaca RULESnya sebelum membaca Diary ini ya :
1. Diary ini adalah hasil convert dari catatan di kertas menjadi bentuk elektronik. Jadi ini adalah benar-benar berasal dari Diary asli, kalau sampai ada yang baca dan tidak percaya, it's OK, tidak masalah tapi mohon jangan coba2 menantang apapun 'mahluk' yang disebutkan di Diary ini. Apabila terjadi sesuatu kami tidak bisa menolong.
2. Ini memang bukan urusan TS, tapi usahakan kalau sampai merasakan sesuatu yang tidak beres setelah baca isi Diary teman saya, harap dekatkan diri ke Tuhan segera. Karena seberapa besar Tuhan menolong itu tergantung dari iman kita ketika meminta. Dan percayalah, meminta saat belum melihat apapun dan ketika 'mereka' ada di depanmu itu akan menyebabkan bedanya besar Iman bagi yang tidak terbiasa.
Terimakasih sebelumnya, dan ingat baik2, jangan bermain-main dengan sesuatu dari dunia lain
Part I - Prologue (tanggal Diary - 3 September 2010)
Spoiler for Part I:
3 September 2010
Hallo Diary..
Mulai hari ini aku akan sedikit merubah apa yang aku tulis di dalam lembarmu yach..
Sebenarnya aku sih berniat tidak pernah berkeinginan untuk mengungkapkan rahasia ini, karena aku pasti akan dicap sebagai orang aneh..
Hanya kamu yang mau mendengarkan semua cerita aku tanpa mengeluh, mulai dari aku menyukai siapapun sampai sendirian seperti sekarang (hiks..hiks.. yahh aku tau, trims anyway)
Okay, jadi aku akan menceritakan pengalaman hari ini.. yaah ini kesekian kalinya sudah terjadi padaku, dan untuk teman sejatiku yaitu kamu my Diary, aku akan menuliskan ini, rahasiakan ini yaah..
Ceritanya aku akan mulai dari pengalaman tadi pagi..
Oh ya, sebelumnya aku akan kasihtau sedikit rahasia kepada kamu..
Kamu tau.. ehm.. aku ini bisa melihat hantu atau semacamnya.. guru Agamaku berkata ini adalah anugrah, menurutku lebih seperti kutukan.
Kamu tau, Diary? Mungkin tidak banyak orang yang tau, tapi hantu itu berbeda dengan setan atau semacamnya. Kalau misalkan diumpamakan, hantu itu lebih ke arwah orang-orang yang meninggal atau dalam Bahasa Inggris disebut dengan Ghost. Sedangkan setan bukan arwah, atau mungkin saja tadinya mereka arwah, yang pasti setan itu sudah lebih melewati tingkat keseraman dari Hantu. Dan diatas itu, masih ada lagi yang aku namakan jejadian. Nah, apabila setan itu bentuknya tidak dapat dikatakan bentuk apakah itu, kalau jejadian ini setidaknya sebagian besar dari bentuknya adalah bagian dari hewan-hewan.
Dan diary, dari kesialanku mendapatkan kutukan kemampuan ini, syukurlah aku hanya bisa melihat hantu saja. Yaah, kadang memang ada sedikit pengecualian, yang membuatku enggak tau kenapa bisa melihat yang lebih aneh daripada hantu.
But I tell you my Diary, melihat hantu saja sudah cukup menakutkan lho. Jangan dikira penampilan mereka itu normal-normal saja.. yahh, memang ada yang normal dan tersamar tapi hampir disetiap kejadian mereka akan menunjukkan wujud asli mereka kalau mereka tau kita bisa melihat mereka, dan mereka selalu tau kalau aku bisa melihat mereka.
Upps… sudah jam 11 ternyata, tadinya aku mau menceritakan kejadian penglihatan yang kulihat hari ini, tapi sudah terlalu malam nih, besok aku janji pasti akan cerita padamu dehhh, jangan ngambek yahh
See you tomorrow my Diary, Mulai hari ini aku akan melaporkannya padamu kalau aku melihat sesuatu yang aneh itu, hehe.. Nite
Part II - Misteri Toilet Wanita di lantai 7 - catatan tanggal 4 September 2010
Spoiler for Part II:
4 September 2010
Hallo friend,
As my promise stated, aku bakal ceritain hal yang kemarin terjadi sama aku. Jangan takut yaah, karena aku sudah cukup takut untuk mengingat-ingat ini, jadi tolong semangati aku (he..he..)
Oookay, cerita ini bermulai waktu aku bersama cindy sedang ada ditoilet di lantai 7 kampus kemarin siang setelah kuliah pak Zainul.
Ingatkan aku untuk memarahi Cindy nanti karena dia meninggalkan aku sendirian di toilet itu..
Kau dengar? Meninggalkan aku!
Berkat dia aku jadi melihat.. yahh, sesuatu yang jauh dari menyenangkan..
Sewaktu aku keluar dari bilik toilet dan mencari-cari Cindy, aku tidak menemukannya dimana-mana, aku rasa sih dia pergi buru-buru menemui pacarnya.. ya Tuhan, persahabatan kita hanya sebatas selama pacar tidak mengganggu.
Lalu aku berpikir, ya sudahlah, aku akan membetulkan make-up sebentar dan akan pergi ke food court, sepertinya #### belum datang menjemputku deh, setidaknya aku harus terlihat cantik kaan (he-he-he)
Tiba-tiba aku merasakan udara menjadi dingin, cukup untuk membuat bibirmu bergetar secara reflek.
Dan itu jelas-jelas tidak benar, toilet ini kan jelas-jelas pengap dan tanpa AC dimanapun. Dan otakku baru saja berpikir kalau ada yang tidak beres nih..
Tiba-tiba sudah berdiri seorang wanita dibelakangku, rambutnya panjang dan menutupi separuh mukanya, dia memakai baju kaus berwarna merah menyala dan celana jeans.
Aku langsung berbalik dan reflek berkata kalau dia membuatku kaget. Dan hal berikutnya yang terjadi membuatku hampir saja mengompol
Dia menempelkan mukanya tepat didepan mukaku, kulitnya benar-benar mengerikan, kau tau karpet yang ada tonjolan-tonjolannya begitu? Mukanya dan seluruh kulitnya penuh dengan seperti itu. Dan warna kulitnya sangat pucat, seperti warna krem kekuningan. Dan yang paling mengerikan dari semuanya adalah bola matanya, warna urat darah dibola matanya berwarna coklat kekuningan dan pupil matanya hitam dan bebercak merah.
Dari situ aku langsung tau kalau aku sedang bertemu dengan hantu, dan kali ini bukan hantu yang baik.
Perlahan-lahan dia mendekati aku, tapi tidak pernah menempel pada badanku, mukanya sangat dekat pada mukaku, dan tangannya yang dipenuhi dengan tonjolan-tonjolan itu juga menggapai tubuhku seakan ingin menyentuhku, tapi sentuhan itu tidak pernah terjadi.
Aku merasakan bahwa sekitar 1 jam dia hanya memandangiku saja, berkali-kali berusaha menempelkan dirinya pada badanku, tapi tidak pernah berhasil. Jujur Diary, aku tidak tau kenapa dia tidak bisa menyentuhku, tapi syukurlah karena disaat itu, aku sama sekali tidak bisa bergerak.
Setelah sekitar 1 jam itu, dia akhirnya mundur, kemudian matanya membelalak. Lebih besar dari lebar mata yang bisa dibuka oleh manusia normal, sepertinya seakan-akan semua kelopak matanya tertelan ke dalam rongga matanya. Kemudian warnanya bola matanya perlahan-lahan menjadi merah tua dan kemudian akhirnya menjadi hitam.
Kemudian dia berteriak sambil melompat kehadapanku, dan menghilang tepat didepan mukaku. Aku yakin aku mengompol sedikit kemarin.
Setelah itu suhu di toilet itu kembali pengap. Kakiku terasa kehilangan tulangnya dan aku terduduk di lantai toilet tanpa tenaga.
Kemudian suara handphoneku berbunyi mengagetkan aku, aku mengangkatnya dan #### ternyata menelponku. Dia mengatakan bahwa sudah 5 menit dia mencoba menelponku dan tidak diangkat-angkat. Aku meminta maaf dan berkata mungkin aku tidak mendengarnya tadi.
Ngomong-ngomong… waktu yang berlalu hanya 15 menit, tapi terasa seperti satu jam saat kejadian tadi..
Lain kali ingatkan aku jangan pernah lagi masuk di toilet lantai 7 sendirian ya.
UPDATED!!! PART XLV - "Serangan yang disengaja - II"
Spoiler for INDEX:
part III- Melayat
Part IV - Siapa yang mengikuti aku?
Part V - Bagaimana kutukan ini dimulai
Part VI - Perkemahan SMP
Part VII - Jurit Malam 1
Part VIII - Jurit Malam 2
Part IX - Penghuni Kampusku
Part X - Wanita dress putih
Part X (Final) - Wanita dress putih (lanjutan)
Part XI - Mereka ada di sekeliling kita
Part XII - Kalau kau jahat
Part XIII - Lauren dan ketiga anaknya
Part XIV- WARNING!! Baca catatan saya sebelum lanjut baca - Si Nenek dan Cucunya 1
Part XV - Si Nenek dan Cucunya 2
Part XVI - Wanita Dress Putih is back
Part XVII - Lift kampusku
Part XVIII - Tiga anak lauren kembali
Part XIX - Mahluk aneh
Part XX - Kampus sarang Kunti
Part XXI - Sang "dewa" jahat
Part XXII - Curiousity Kills the Cat
Part XXII - Bagian 2 - Robert and the Devil 1
Part XXII - Bagian 3 - Robert and the Devil 2
Part XXIII - Kembalinya si mahluk aneh
Part XXIV - Part I - si "dewa" jahat kembali 1
Part XXIV - Part II - si "dewa" jahat kembali 2
Part XXV - Robert
Part XXVI - aku dan kegelapan
part XXVII - Wewe Hitam
Part XXVIII - Wewe Hitam dan Wewe Putih
Part XXIX (bagian pertama) - He and Me (bag 1)
Part XXX (Bagian kedua) - He and Me (bag 2)
Part XXXI - sang pelindung
Part XXXII - Villa di gunung 1
Part XXXIII - Villa di gunung 2
Part XXXIV - Villa di gunung 3
Part XXXV - Villa di gunung (tamat) bag awal
Part XXXV - bagian akhir - Villa di gunung (tamat) bag akhir
Part XXXVI - Kutukan baru
Part XXXVI - Tambahan - Kutukan baru (tambahan)
Part XXXVII - Bagian Pertama - Iblis bag 1 -(Ketika dia terluka)
Part XXXVIII - bagian kedua - Iblis bag 2 - (si pemilik mata)
Part XXXIX - Cermin
Part XL - Ketika Ayano sakit
Part XLI - Goodbye
PART XLII - Mahluk di Jendela
PART XLIII - Akhir si "dewa" jahat
PART XLIII (lanjutan) - Akhir si "dewa" jahat (bag Akhir)
Part XLIV - Serangan yang disengaja - I
PART XLV - Serangan yang disengaja - 2 UPDATE
Bonus Story : Pengalaman TS dan yang punya Diary
Pengalaman bersama dia yang menulis Diary I
Bonus Story II Ketika yang tidak biasa melihat diperlihatkan
BONUS STORY III - Pengalaman Horror ketika main game
BONUS STORY IV : Kejadian di Malam Jumat Kliwon[
*SPECIAL* Bonus Story IV - part 2 - Elisa's POV
Bonus Story V - Part I
Bonus Story V - Part 2
Bonus Story V - part 3
Bonus Story VI
Bonus Story VII #awasbebehplusplus
Bonus Story VIII
Bonus Story IX
Bonus Story X
Bonus Story XI
BONUS PART XII - Bagian ketiga (Elisa POV)
Kiriman cerita dari para pembaca :
Kiriman cerita dari agan Gent4r - 1 (Gent4r, Romi vs Miss K)
Pengalaman agan Gent4r kedua
Kiriman cerita dari pembaca
Thread lainnya tentang saya dan Elisa
Saya dan Gadis bermata Indigo
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 39 suara
Berhubung banyak yang nyaranin Untuk ganti judul Thread, mohon masukan terkait itu :
Judul Thread tetap, soalnya daripada ribet nyari Threadnya lagi
56%
Judul Thread diganti ke judul Thread yang di dalem
33%
Judul Thread kudu diganti ke judul Thread yang beda dan lebih menarik
10%
Diubah oleh ayanokouji 19-11-2016 12:18
radorada dan 23 lainnya memberi reputasi
24
1.1M
Kutip
2.2K
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
ayanokouji
#14
Update kali ini adalah cerita bersambung (catatan dari 2 hari)
Update Part ke VII
10 Januari 2011
Tidak ada sesuatu special yang terjadi hari ini.. hari ini terasa lamban dan membosankan deh..
Okee, kalau begitu sesuai janjiku aku akan menceritakan pengalamanku ketika jurit malam ya Diary, kamu belum merasa takut dengan cerita-cerita pengalamanku kan? Setidaknya kamu senang karena tidak merasakan langsung.
Jadi biar kumulai saja ya ceritanya?
Setelah kejadian yang terjadi pada saat malam di SMP yang kemarin lusa aku tuliskan itu, kamipun berangkat untuk berkemah di perkemahan pramuka di c******.
Kami tiba sekitar jam 10 pagi, dan tidak ada sesuatu hal yang special terjadi sampai malam hari datang. Hal-hal normal seperti layaknya perkemahan, kamu tau Diary? Seperti permainan dan bonding, seperti itulah, aku bahkan tidak terlalu ingat lagi apa saja yang kami lakukan.
Saat malam itulah baru terjadi sesuatu yang lebih membekas di ingatanku, yaitu saatnya keberanian atau jurit malam.
Dan tidak, berbeda dengan Jurit malam yang diceritakan pada cerita-cerita hantu, kami tidak akan melewati hutan atau kuburan atau semacamnya. Dan tidak ada guru atau kakak kelas yang menakut-nakuti kami. Hanya berjalan mengikuti alur dari lapangan jurit malam, yang berbentuk jalur setapak yang di sebelah kanan dan kirinya pepohonan jarang dan ilalang yang cukup tinggi.
Kami hanya perlu mengambil lilin dari satu pos ke pos lainnya, mengikut jalur melingkar hingga sampai kembali ke tempat kami berkemah. Simple, pikirku saat itu.
Tidak terlalu parah, pikirku. Apalagi cahaya bulan purnama sangat terang diatas langit.
Hal yang sedikit membuat temanku jengah adalah larangan untuk membawa senter. Kami hanya dibekali dengan korek api sebanyak 1 kotak untuk jaga-jaga kalau-kalau lilin kami mati.
Jalanan yang harus kami tempuh agak jauh untuk ukuran anak SMP. Aku lupa panjang tepatnya berapa, tapi kalau tidak salah ada Pembina yang mengatakan luasnya kurang-lebih seluas lapangan bola, dan areal itu memang sering dipergunakan untuk melakukan jurit malam oleh para pramuka yang berkemah.
Sekolah kami sengaja mengambil waktu diluar musim perkemahan, karena itu kami bisa dengan bebas untuk menggunakan lapangan itu, karena dari saat kami datang tadi, tidak ada grup lain yang sedang menyewa perkemahan ini.
Akhirnya jurit malam pun dimulai, aku dan teman berpasanganku dibekali oleh lilin yang ditaruh didalam gelas kaca dengan desain yang cukup untuk membuatnya bertahan dari tiupan angin. Dan ruangan lilin yang cukup luas untuk mengisinya sampai berisi 12 lilin dari 12 pos.
Kami mulai berjalan, dari pos pertama.. kedua.. ketiga… tidak ada yang terjadi, bahkan aku masih bisa melihat pasangan didepanku dari cahaya lilin mereka.
Begitu mencapai pos keempat, ternyata pos itu dijaga oleh seorang pramuka senior yang dengan tersenyum ramah memberikan lilin keempat kami. Kamipun menyalakan lilin itu dan memasukkannya ke wadah lilin kami.
Sekitar separuh jalan ke pos ke lima, salah satu lilin di wadah kami mati. Lilin itu adalah lilin yang baru saja kami dapatkan, aku tau, karena lilin itu lebih panjang dan sedikit berbeda dari lilin lainnya.
Kami menyalakan lilin itu kembali, dan mendapatkan lilin itu mati hanya beberapa langkah setelah dinyalakan. Dan hal itu terus menerus terulang sehingga aku dan temanku menyerah untuk mencoba menyalakan lilin keempat itu.
Kami melanjutkan perjalanan ke pos kelima, kali ini tidak ada orang yang menunggui pos itu, kami segera mengambil lilin kelima, menyalakannya dan memasukkannya ke dalam tempat lilin kami. Untunglah lilin kelima itu tidak bermasalah seperti lilin keempat….yang entah kapan telah menyala di dalam tempatnya.
Aku sedikit heran waktu itu namun tidak terlalu memikirkannya, bisa saja lilin itu menyala karena terkena api dari lilin lainnya, dan kami pun melanjutkan perjalanan kami.
Tiba-tiba kami merasakan udara menjadi semakin dingin ditambah dengan angin kencang yang bisa membuat seluruh tubuhku gemetar karena dinginnya. Menyembunyikan kenyataan bahwa bulu kudukku berdiri saat itu..
Separuh jalan menuju lilin keenam, aku mulai merasakan adanya pandangan yang mengarah padaku. Aku menyempatkan diri untuk melihat kebelakangku, dibelakangku aku masih bisa melihat lilin dari pasangan yang berjalan setelah kami, dan tidak jauh didepanku aku masih bisa melihat cahaya lilin dari pasangan yang berjalan lebih dulu.
Setidaknya hal itu membuatku sedikit lebih tenang. Kami tidak terpisah dari yang lainnya.
Tidak lama, kami berhasil mencapai pos keenam. Pos yang keenam juga dijaga oleh seseorang.
Kami segera mengambil lilin keenam dan menyalakannya “Jangan sampai tersesat..” bisik penjaga pos keenam itu. Kami berdua mengangguk dan melanjutkan perjalanan kami.
Pasanganku mempersiapkan wadah lilin kedua yang masih kosong, wadah itu akan dipergunakan untuk menampung enam lilin berikutnya.
Kami berjalan melalui semak-semak yang semakin menyempit, namun jalanan mulus yang berada dibawah kaki kami menunjukkan kami berada di jalan yang tepat. Lagipula aku masih bisa melihat cahaya kecil yang berada di depan kami.
Jalanan itupun kemudian menuju semakin curam, semakin menurun. Hingga kami mencapai tangga-tangga yang dialiri oleh air hujan.
Kami berjalan di jalanan sempit yang diapit oleh bebatuan yang basah karena aliran air. Tidak jauh dari situ, kami melihat sebuah Menara kecil (seperti obelisk kecil) yang ditengahnya terdapat lubang tempat menaruh lilin-lilin.
Aku mengambil lilin itu..
“Ah!” seruku kaget. Aku merasakan seperti menyentuh tangan yang dingin ketika berusaha mengambil lilin itu.
Aku mendekatkan lampu lilinku pada lubang itu untuk melihat dengan lebih jelas.
…
Tidak ada apa-apa, dan akupun memutuskan kalau hal yang barusan terjadi hanyalah imajinasiku saja karena suasana tempat ini yang menyeramkan.
Kegelapan ditambah bunyi suara angin yang berhembus melalui celah tempat kami berjalan menjadikan suara-suara seperti tangisan.
Kami buru-buru mengambil dan menyalakan lilin itu kemudian memasukkannya ke dalam wadah yang dibawa temanku.
Untunglah lilin kali ini juga menyala tanpa masalah.
Namun, secara tidak sadar aku melihat keanehan yang terjadi pada lilin keempat.
Apinya bergoyang bagaikan tertiup angin, padahal sisa lilin lainnya tidak. Dan wadah itu dibuat sedemikian rupa sehingga angin tidak dapat masuk ke dalam namun masih mendapatkan cukup asupan oksigen untuk membuat api tetap menyala.
Kemudian lilin itu mati sekejap, dan kemudian hidup lagi.
Disaat itu, aku melihat bayangan seseorang berdiri di jalan di depan kami , sebelum angin kencang dan dingin menerpa tempat itu membuatku dan teman berpasanganku menutup mata dan memeluk badan kami karena dinginnya.
Ketika aku membuka mataku, bayangan itu lenyap. Sepertinya yang kulihat tadi itu adalah bayangan sebuah Menara kecil seperti pos ketujuh ini.
Karena hari semakin malam dan kami takut tertinggal jauh dari pasangan di depan kami, maka kamipun melanjutkan perjalanan kami.
Aku bersyukur karena setelahnya jalanan semakin menanjak hingga kami keluar dari celah sempit itu.
Tapi jalur selanjutnya adalah barisan pepohonan yang panjang dan jalan yang sangat gelap.
“Hei” aku bicara pada teman sepasangku saat itu “Ayo lebih cepat yuk, aku sudah kangen pada tidur nih” bujukku sembari sedikit berkelakar agar tidak terlihat takut.
Temanku setuju, dan kami mempercepat jalan kami.
Dari sudut mataku, aku melihat seperti sesuatu bergoyang-goyang di ranting pohon di sisi kiri dan kanan kami.
Namun ketika aku menengok, tidak ada apapun kecuali pepohonan yang terlihat sama satu sama lainnya.
Aku melanjutkan kembali perjalananku. Kali ini perasaan bahwa sesuatu bergoyang-goyang di atas ranting itu semakin jelas.
Aku berusaha melihat dari sudut mataku tanpa menengok langsung ke pepohonan tersebut.
Kaki.. sepasang kaki bergoyang-goyang dan menjuntai turun dari pepohonan itu. Aku tidak bisa melihat bagian atas dari sepasang kaki itu tanpa menengokkan kepalaku.
Kemudian aku melihat ke sisi satunya dan melihat hal yang sama, sepasang kaki putih kebiruan yang menjuntai turun di ranting pohon. Seakan seseorang sedang duduk diatasnya.
Bersambung besok ya Diary, sudah malam sekali ini.. aku sudah mengantuk…
Tenang, aku masih ingat jelas ceritanya kok, besok pasti aku lanjutkan yaaa…
Sambungannya nanti siang ya, saya usahakan ngebut editnya
Update Part ke VII
Spoiler for Part VII:
10 Januari 2011
Tidak ada sesuatu special yang terjadi hari ini.. hari ini terasa lamban dan membosankan deh..
Okee, kalau begitu sesuai janjiku aku akan menceritakan pengalamanku ketika jurit malam ya Diary, kamu belum merasa takut dengan cerita-cerita pengalamanku kan? Setidaknya kamu senang karena tidak merasakan langsung.
Jadi biar kumulai saja ya ceritanya?
Setelah kejadian yang terjadi pada saat malam di SMP yang kemarin lusa aku tuliskan itu, kamipun berangkat untuk berkemah di perkemahan pramuka di c******.
Kami tiba sekitar jam 10 pagi, dan tidak ada sesuatu hal yang special terjadi sampai malam hari datang. Hal-hal normal seperti layaknya perkemahan, kamu tau Diary? Seperti permainan dan bonding, seperti itulah, aku bahkan tidak terlalu ingat lagi apa saja yang kami lakukan.
Saat malam itulah baru terjadi sesuatu yang lebih membekas di ingatanku, yaitu saatnya keberanian atau jurit malam.
Dan tidak, berbeda dengan Jurit malam yang diceritakan pada cerita-cerita hantu, kami tidak akan melewati hutan atau kuburan atau semacamnya. Dan tidak ada guru atau kakak kelas yang menakut-nakuti kami. Hanya berjalan mengikuti alur dari lapangan jurit malam, yang berbentuk jalur setapak yang di sebelah kanan dan kirinya pepohonan jarang dan ilalang yang cukup tinggi.
Kami hanya perlu mengambil lilin dari satu pos ke pos lainnya, mengikut jalur melingkar hingga sampai kembali ke tempat kami berkemah. Simple, pikirku saat itu.
Tidak terlalu parah, pikirku. Apalagi cahaya bulan purnama sangat terang diatas langit.
Hal yang sedikit membuat temanku jengah adalah larangan untuk membawa senter. Kami hanya dibekali dengan korek api sebanyak 1 kotak untuk jaga-jaga kalau-kalau lilin kami mati.
Jalanan yang harus kami tempuh agak jauh untuk ukuran anak SMP. Aku lupa panjang tepatnya berapa, tapi kalau tidak salah ada Pembina yang mengatakan luasnya kurang-lebih seluas lapangan bola, dan areal itu memang sering dipergunakan untuk melakukan jurit malam oleh para pramuka yang berkemah.
Sekolah kami sengaja mengambil waktu diluar musim perkemahan, karena itu kami bisa dengan bebas untuk menggunakan lapangan itu, karena dari saat kami datang tadi, tidak ada grup lain yang sedang menyewa perkemahan ini.
Akhirnya jurit malam pun dimulai, aku dan teman berpasanganku dibekali oleh lilin yang ditaruh didalam gelas kaca dengan desain yang cukup untuk membuatnya bertahan dari tiupan angin. Dan ruangan lilin yang cukup luas untuk mengisinya sampai berisi 12 lilin dari 12 pos.
Kami mulai berjalan, dari pos pertama.. kedua.. ketiga… tidak ada yang terjadi, bahkan aku masih bisa melihat pasangan didepanku dari cahaya lilin mereka.
Begitu mencapai pos keempat, ternyata pos itu dijaga oleh seorang pramuka senior yang dengan tersenyum ramah memberikan lilin keempat kami. Kamipun menyalakan lilin itu dan memasukkannya ke wadah lilin kami.
Sekitar separuh jalan ke pos ke lima, salah satu lilin di wadah kami mati. Lilin itu adalah lilin yang baru saja kami dapatkan, aku tau, karena lilin itu lebih panjang dan sedikit berbeda dari lilin lainnya.
Kami menyalakan lilin itu kembali, dan mendapatkan lilin itu mati hanya beberapa langkah setelah dinyalakan. Dan hal itu terus menerus terulang sehingga aku dan temanku menyerah untuk mencoba menyalakan lilin keempat itu.
Kami melanjutkan perjalanan ke pos kelima, kali ini tidak ada orang yang menunggui pos itu, kami segera mengambil lilin kelima, menyalakannya dan memasukkannya ke dalam tempat lilin kami. Untunglah lilin kelima itu tidak bermasalah seperti lilin keempat….yang entah kapan telah menyala di dalam tempatnya.
Aku sedikit heran waktu itu namun tidak terlalu memikirkannya, bisa saja lilin itu menyala karena terkena api dari lilin lainnya, dan kami pun melanjutkan perjalanan kami.
Tiba-tiba kami merasakan udara menjadi semakin dingin ditambah dengan angin kencang yang bisa membuat seluruh tubuhku gemetar karena dinginnya. Menyembunyikan kenyataan bahwa bulu kudukku berdiri saat itu..
Separuh jalan menuju lilin keenam, aku mulai merasakan adanya pandangan yang mengarah padaku. Aku menyempatkan diri untuk melihat kebelakangku, dibelakangku aku masih bisa melihat lilin dari pasangan yang berjalan setelah kami, dan tidak jauh didepanku aku masih bisa melihat cahaya lilin dari pasangan yang berjalan lebih dulu.
Setidaknya hal itu membuatku sedikit lebih tenang. Kami tidak terpisah dari yang lainnya.
Tidak lama, kami berhasil mencapai pos keenam. Pos yang keenam juga dijaga oleh seseorang.
Kami segera mengambil lilin keenam dan menyalakannya “Jangan sampai tersesat..” bisik penjaga pos keenam itu. Kami berdua mengangguk dan melanjutkan perjalanan kami.
Pasanganku mempersiapkan wadah lilin kedua yang masih kosong, wadah itu akan dipergunakan untuk menampung enam lilin berikutnya.
Kami berjalan melalui semak-semak yang semakin menyempit, namun jalanan mulus yang berada dibawah kaki kami menunjukkan kami berada di jalan yang tepat. Lagipula aku masih bisa melihat cahaya kecil yang berada di depan kami.
Jalanan itupun kemudian menuju semakin curam, semakin menurun. Hingga kami mencapai tangga-tangga yang dialiri oleh air hujan.
Kami berjalan di jalanan sempit yang diapit oleh bebatuan yang basah karena aliran air. Tidak jauh dari situ, kami melihat sebuah Menara kecil (seperti obelisk kecil) yang ditengahnya terdapat lubang tempat menaruh lilin-lilin.
Aku mengambil lilin itu..
“Ah!” seruku kaget. Aku merasakan seperti menyentuh tangan yang dingin ketika berusaha mengambil lilin itu.
Aku mendekatkan lampu lilinku pada lubang itu untuk melihat dengan lebih jelas.
…
Tidak ada apa-apa, dan akupun memutuskan kalau hal yang barusan terjadi hanyalah imajinasiku saja karena suasana tempat ini yang menyeramkan.
Kegelapan ditambah bunyi suara angin yang berhembus melalui celah tempat kami berjalan menjadikan suara-suara seperti tangisan.
Kami buru-buru mengambil dan menyalakan lilin itu kemudian memasukkannya ke dalam wadah yang dibawa temanku.
Untunglah lilin kali ini juga menyala tanpa masalah.
Namun, secara tidak sadar aku melihat keanehan yang terjadi pada lilin keempat.
Apinya bergoyang bagaikan tertiup angin, padahal sisa lilin lainnya tidak. Dan wadah itu dibuat sedemikian rupa sehingga angin tidak dapat masuk ke dalam namun masih mendapatkan cukup asupan oksigen untuk membuat api tetap menyala.
Kemudian lilin itu mati sekejap, dan kemudian hidup lagi.
Disaat itu, aku melihat bayangan seseorang berdiri di jalan di depan kami , sebelum angin kencang dan dingin menerpa tempat itu membuatku dan teman berpasanganku menutup mata dan memeluk badan kami karena dinginnya.
Ketika aku membuka mataku, bayangan itu lenyap. Sepertinya yang kulihat tadi itu adalah bayangan sebuah Menara kecil seperti pos ketujuh ini.
Karena hari semakin malam dan kami takut tertinggal jauh dari pasangan di depan kami, maka kamipun melanjutkan perjalanan kami.
Aku bersyukur karena setelahnya jalanan semakin menanjak hingga kami keluar dari celah sempit itu.
Tapi jalur selanjutnya adalah barisan pepohonan yang panjang dan jalan yang sangat gelap.
“Hei” aku bicara pada teman sepasangku saat itu “Ayo lebih cepat yuk, aku sudah kangen pada tidur nih” bujukku sembari sedikit berkelakar agar tidak terlihat takut.
Temanku setuju, dan kami mempercepat jalan kami.
Dari sudut mataku, aku melihat seperti sesuatu bergoyang-goyang di ranting pohon di sisi kiri dan kanan kami.
Namun ketika aku menengok, tidak ada apapun kecuali pepohonan yang terlihat sama satu sama lainnya.
Aku melanjutkan kembali perjalananku. Kali ini perasaan bahwa sesuatu bergoyang-goyang di atas ranting itu semakin jelas.
Aku berusaha melihat dari sudut mataku tanpa menengok langsung ke pepohonan tersebut.
Kaki.. sepasang kaki bergoyang-goyang dan menjuntai turun dari pepohonan itu. Aku tidak bisa melihat bagian atas dari sepasang kaki itu tanpa menengokkan kepalaku.
Kemudian aku melihat ke sisi satunya dan melihat hal yang sama, sepasang kaki putih kebiruan yang menjuntai turun di ranting pohon. Seakan seseorang sedang duduk diatasnya.
Bersambung besok ya Diary, sudah malam sekali ini.. aku sudah mengantuk…
Tenang, aku masih ingat jelas ceritanya kok, besok pasti aku lanjutkan yaaa…
Sambungannya nanti siang ya, saya usahakan ngebut editnya
Diubah oleh ayanokouji 28-06-2016 11:26
pulaukapok dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Kutip
Balas