Kaskus

Story

open.mindedAvatar border
TS
open.minded
ILLUSI
Quote:


Quote:


Quote:
Polling
0 suara
menurut penghuni kos disini.. kalian mau kisah gw kaya gimana? (bisa milih banyak!!)
Diubah oleh open.minded 08-01-2022 18:27
andristyle20Avatar border
vargubo86498Avatar border
nuryadiariAvatar border
nuryadiari dan 210 lainnya memberi reputasi
199
2M
5.2K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
open.mindedAvatar border
TS
open.minded
#2327
For A Wine Is Sacred
Gw keluar dari kereta yang berenti di stasiun Kaluzhskaya. Gw liat jam di atas stasiun menunjukan pukul tujuh malam, sambil merapihkan kerah kemeja gw melangkahkan kaki ini ke luar stasiun. Gw telusuri jalan menuju apartment Valli, toko kuenya terlihat ramai malam minggu ini, ah, tentu saja, apa yang lebih enak dari menikmati kue nikmat dengan pasangan tercinta di malam minggu huh? Tidak lama kemudian gw sampai di depan kamar Valli, lantai lima, pintu berwarna kecoklatan, gw menelan ludah gw lalu mengetuk kamarnya. Tok Tok. Tidak lama kemudian bunyi pintu terbuka terdengar. Tampak Valli yang berbeda dari ingatan gw menyambut gw.

‘Ohya, Adi. Ayo masuk’ ucapnya tersenyum manis. Valli mengenakan gaun merah tua yang batasnya hanya sampai dadanya saja. Terlihat dia sedang menata rambutnya didepan kaca rias yang letaknya di depan gw ini, ia masih bercermin dan terlihat dia menahan sebuah jepitan rambut di mulutnya. Kali ini dia mengikat rambutnya ke atas namun masih ia biarkan terurai, rambutnya semakin panjang, lebih panjang dari saat pertama kali kita bertemu. Setelah itu ia mulai memakai lipstik, entah apa yang dipakainya yang pasti bibirnya lebih bersinar dari sebelumnya. Terakhir ia memakai jaket kulit pendek berwarna coklat tua untuk menutupi bagian atas badannya. Gw akui hari ini dia sangat cantik sekali, spesial, yah walaupun dia memang aslinya berbeda dibanding dengan cewek yang lain.

Kita gak lama berdiam diri di kamar Valli sebelum akhir kita keluar dan berjalan menuju stasiun lagi. Mungkin orang akan bertanya, kenapa ngedate gak pakai mobil? Kenapa harus jalan? Nyatanya orang sini lebih suka naik kereta daripada mobil, dikarenakan memakai mobil lebih lama karena dapat terhambat macat. Lagipula Valli sangat suka berjalan, ‘Sangat rugi kalau kita melewatkan pemandangan di mobil’ katanya, membuat gw senyum. Kami pun akhirnya sampai di kereta , sudah gw duga, kereta sangat penuh jam segini, terpaksa gw dan Valli berdiri di depan pintu kereta ini, gw memegang tiang pembatas bangku di kanan gw, sementara Valli memegang celana gw, dari semua tempat dia memilih celana gw, tepatnya di lobang tali pinggang, membuat celana gw melorot.

‘Ehm.. Valli’ ucap gw

‘Hm?’

‘Gw bisa ngerasain kolor gw semakin turun ke bawah lo’

‘Oh?! Eh?! Sorry sorry hahaha’ tawa dia malu lalu memindahkan pegangannya ke tangan kiri gw

‘Bau lo enak, gw suka’ ucap gw

‘Adi, kita di kereta api!’ ucap dia menjelaskan bahwa ga mungkin dia tercium harum di dalam kereta api di tengah banyak orang

‘Bau lo enak, di dalam kereta api ini’ jawab gw lagi

‘Hahaha. Eh ngomong ngomong kita mau kemana?’

‘Mayakovskaya’

‘Disitu tempat kita makan?’

‘Yep. Benar sekali.’

Tidak lama kemudian akhirnya kita sampai di Mayakovskaya, tempat yang lumayan ramai, tapi tidak terlalu ramai, dan juga tidak terlalu sepi. Bangunan disekitar sini pun tidak ada yang tinggi hanya bangunan rata rata yang diperuntukan untuk kios dan toko. Gw dan Valli berjalan menuju ke tempat tujuan, sebuah restoran pizza, ya restoran pizza. Valli hanya berdiri mendongakan kepalanya ke atas melihat plang restoran ini.

‘Restoran Pizza. Adi. Apakah kamu serius? haha’ tanya Valli tertawa

‘Jangan menilai toko dari luarnya, ayo kedalam’

Gw genggam tangan Valli dan masuk ke dalam restoran ini. Valli langsung terdiam, melihat tata interior ruangan dalam restoran ini begitu beda dengan tampak luarnya. Di ruangan sebesar ini hanya ada satu meja yang terletak di tengah lengkap dengan lilin dan sebagainya yang menambahkan kesan romantis. Ditambah dengan kesan ruangan yang berwarna merah tua yang membuat ruangan ini senada dengan gaun yang dikenakan Valli. Tepat di bagian kanan sudah berdiri dua orang pria tinggi, berkebangsaan arab, pemilik restoran ini yang sudah berubah menjadi pelayan para bangsawan. Dan jauh dipojok kiri sana terletak panggung yang sudah diisi oleh pemain musik untuk menciptakan suasana di ruangan ini.

Berlebihan? Gw rasa tidak. Gw sudah berjanji kalau gw akan mengajaknya makan malam yang spesial, dan gw membuktikan itu. Valli yang masih terperangah di genggaman tangan ini, gw tarik menuju meja makan di ruangan tengah ini, gw pertama tarik bangkunya dari kursi itu, untuk Valli duduki, dan akhirnya gw duduk di kursi gw sendiri.

‘Selamat malam tuan dan nyonya, selamat datang di tempat sederhana kami. Malam yang indah untuk menikmati perbincangan terhadap orang yang spesial, dan karena itu kami akan membuat malam anda spesial melalui layanan kami.’ Seorang pelayan berbicara disamping Valli, menyiapkan berbagai peralatan di atas meja lalu pergi.

‘Uhh Adi. Apakah dia tidak akan menanyakan menu apa yang kita mau?’ tanya Valli

‘Mereka Chef disini Valli, dan adalah kerjaan seorang Chef untuk menebak makanan apa yang cocok untuk tamunya’ jawab gw

‘Oh ya? Bagaimana kalau aku gak suka sama makanan yang di pilih oleh pelayan itu?’ tanya Valli

‘Kalau begitu mereka telah mempermalukan ilmu mereka sendiri Valli. Dan kau boleh memninta apa saja dari mereka sebagai bentuk ketidakpuasanmu. Tapi jujur gw gak pernah melihat mereka sekalipun gagal memuaskan tamu mereka’ ucap Gw

‘Jujur baru pertama kali aku melihat yang seperti ini’ ucap Valli tersenyum melihat ke sekelililing ruangan

‘Jadi? Apakah lo jadi akan marah saat melihat kalau tempat ini dari luar hanya sebuah toko pizza tua?’

‘Marah? Hahahah. Aku gak pernah mau marah kok. Aku malah mau ketawa, karena aku udah menebak kamu akan mengajak aku ke tempat aneh’ tawa dia

‘Sepertinya image gw di otak lo udah melenceng kemana mana ya?’

‘Bukan kemana mana lagi Adi! Tapi berantakan tau gak image mu itu!! Hahaha’

Gw berbincang ringan dengan Valli sampai makanan yang kami pesan datang. Sang pelayan membawa sebuah papan silver yang besar berisi dua piring yang mengeluarkan asap. Satu persatu piring itu ditaruh di depan kami. Tersaji di depan kami potongan ikan salmon yang dibuat sedemikian rupa sehingga gw gak tau nama makanan yang tersaji di depan gw dan Valli ini. Jujur kuliner bukan bidang gw. Akhirnya kita pun makan sambil menikamti perbincangan kecil.

‘Gimana? Mengecewakan?’ tanya gw

‘Adi! Ini enak banget!’ jawab Valli mata abu abunya bersina

‘Seenakitukah?’ tanya gw kagum melihat Valli

‘Mhm. Setelah ini aku mau minta maaf sama orang disini. Aku malu udah meragukan mereka’ ucap Valli

‘Gak perlu kayak gitu’

‘Perlu. Harus. Aku tau rasanya saat sesuatu yang kamu buat itu dianggap remeh Di’ ucap Valli

‘Oh ya? Apa kue mu pernah dipandang sebelah mata?’

‘Pernah, dulu. Dan itu gak enak’

‘Hahaha oke nanti gw temenin ke orangnya’

Akhirnya makanan yang dihidangkan pun habis. Bersih. Ada orang bilang melihat masakan yang kita masak itu benar benar habis dan dinikmati itu adalah kepuasan terbesar yang memasak. Dan benar saja, gw lihat Valli benar benar menikmati makanan yang disajikan. Syukurlah. Tidak beberapa lama seorang pelayang mengambil piring yang sudah kosong dan membawanya kebelakang, disusul oleh satu orang lagi yang datang kali ini membawa botol besar, lebih tepatnya botol Wine yang berukirkan 1948 di botolnya.

‘Wine, Tuan, Nyonya’ ucap pelayan itu yang gw sambut dengan lambaian tangan ke atas meja

‘Wine? Dan kupikir malam ini tidak akan lebih sempurna lagi’ ucap Valli senang

‘Hahaha’

‘Tapi Di... bukannya kamu gak boleh minum ginian. Kalau kamu gak minum aku gak juga gak deh’ ucap Valli dengan nada ragu dan kecewa

‘Tenang Valli. Wine ini spesial.’ Ucap Gw

‘Izinkan saya jelaskan. Wine ini tidak ber alkohol, dengan itu menghilangkan keharaman yang tekandung didalamnya, tanpa mengurangi cita rasa dan manfaat yang terkandung di dalamnya.’ Ucap Pelayan itu

‘Oh ya kok bisa?’ tanya Valli

‘Keluarga saya telah dipercaya untuk membuat Wine kelas seperti sejak dulu. Nyonya tidak perlu mencemaskan kecacatan dan kegagalan proses saat pembuatannya’ ucap nya sambil menundukan kepala

‘Wah. Kalau begitu kami menerimanya dengan senang hati’

‘Baik sekali. Saya hidangkan Negligence 1948 special.’ Ucap nya menaruh botol Wine itu di meja kami.

Gw pun langsung berdiri dari tempat duduk gw, membuka botol Wine itu lalu menuangkannya ke gelas Valli dan Gw. Etiquette. Gw ingat sekali salah satu pelajaran yang gw dapat dulu adalah Etiquette. Cara makan dan minum dihadapan para bangsawan atau orang penting. Pelajaran yang melelahkan, tapi gw akui itu sangat berguna saat dalam keadaan seperti ini.

‘Aku akui Adi’ ucap Valli tiba tiba

‘Akui apa?’

‘Malam ini begitu unik. Spesial. Selamat kau berhasil membuat malam ini spesial untuk ku.’

‘Terima kasih’ jawab gw sekenannya

‘Kau terlihat tidak begitu senang mendengarnya? Aku tidak begitu mudah untuk di kejutkan loh Di’

‘Haha. Kalau begitu ini adalah sebuah kehormatan buatku. Nyonya Valli’ balas gw. Muka Valli memerah.

‘Di, aku mau nanya’

‘Hm?’

‘Kenapa botol Wine itu bagus sekali? Ukirannya sangat indah. Padahal hanya botol’

‘Sudah gw bilang, mereka adalah professional. Apa yang mereka buat adalah sesuatu yang sangat spesial’

‘Kalau begitu apa yang spesial dari Wine ini, selain komposisinya yang unik’

‘Negligence 1948. Dari nama nya saja sudah jelas. Wine ini masukan pada tahun pembantaian dan pengusiran orang Palestina’ pikir Gw

‘Oh. Aku tidak berpikir sampai kesitu’ jawab Valli

‘Sudah kubilang. Wine special, pada tanggal special, untuk orang special’

‘Orang special? Apa yang kamu maksud itu aku?’ tanya Valli tersenyum

‘Sekarang? Belum. Mungkin besok pagi iya’ jawab gw disambut dengan lemparan sapu tangan Valli dan tawanya

‘Aku punya sebuah game’ ucap Valli sambil tersenyum

‘Oh ya? Apa itu?’

‘Aku sebut game ini jujur kepada takdir’ ucap Valli tersenyum

‘Hah?’

‘Jadi aku akan putar botol ini, siapa yang ditunjuk oleh ujung botol ini harus menjawab pertanyaan orang yang tidak ditunjuk dengan jujur, lalu minum seteguk Wine dari gelas ini. Game akan berakhir sampai Wine di botol ini habis’ jelas Valli

‘Hmmm’ ragu gw mendengar penjelasan Valli

‘Takut?’ tantang Valli tersenyum

‘Sepertinya seru’

‘Hihihi’

‘Oke mulai’ ucap Gw disambut Valli merebahkan botol Wine dan memutarnya, yang mana ujungnya menunjuk ke arah gw

‘Adi kena! Hahaha’

Gw langsung mengambil botol Wine itu dan menuangkannya ke gelas yang ini, lalu meminumnya. ‘Hm. Gud Gud. Terus apa pertanyaanmu?’ tanya gw

‘Adi.. adalah orang jenius.. benar atau enggak?’ tanya Valli

‘Enggak’

‘Adii.. gak boleh bohong di game ini’

‘Dan gw gak bohong’

‘Kalau gitu jelasin dong jawabanmu itu’ senyum Valli. Saat itu gw baru sadar kalau tujuan utama Valli adalah menanyakan pertanyaan yang harus gw jawab dan tidak bisa dihindari. Gw jatuh dalam perangkap dia.

‘Ah baiklah. Sejujurnya Valli, gw lebih pantas di samakan dengan deskripsi orang bodoh. Kenapa? Karena berbeda dengan orang jenius, gw harus membaca dan praktik berulang kali untuk menguasai sesuatu. Gw harus berusaha ekstra keras dibanding orang lain. Dan pada akhirnya semua kerja keras gw membuahkan hasil, yah bukan kerja keras gw sendiri sih, karena setengah dari itu adalah dorongan dan cambukan dari guru gw dulu hahaha’

‘Gak semua orang Jenius mempunyai ciri ciri seperti itu loh Di’

‘Tetap aja gw lebih suka menggolongkan diri gw ke golongan orang bodoh. Karena itu lebih menantang, dan asyik. Bayangkan orang bodoh bisa mengalahkan orang jenius? Ha? hahaha. Itu, dan karena udah ajaran dasar gw untuk selalu rendah diri. Itu jawaban buatlo Valli’ ucap gw, lalu memutar kembali botol Wine itu. Kali ini botol itu menunjuk Valli.

‘Sepertinya aku kali ini hahaha’ tawa Valli

‘Pertanyaan gw sekarang ya? Hmmm. Apa yang membuatlo tertarik dengan dunia prostitusi ini?’

‘Semuanya’

‘Semuanya’

‘Kondisi Lingkungan, Kelayakan tempat kerja, Model Bisnis, banyak, yang paling penting adalah efek psikologis yang disebabkan bisnis prostitusi ini ke para prostitut sendiri, dan ke lingkungan sekitarnya’

‘Hmmm’ gw terus mendengarkan penjelasannya

‘Kamu tau Di? Mungkin ini hanya delusi masa kecilku saja, kalau tidak mungkin ada orang dengan akal sehatnya mau memperdagangkan tubuhnya ke orang yang dia tidak kenal. Aku bahkan tidak punya pikiran kalau orang akan melakukan itu kalau mereka tidak mencintai satu sama lain. Hahaha, ternyata kenyataan itu lebih pahit ya. Aku tau banyak faktor yang mendukung kegiatan mereka, ekonomi, lingkungan, moral, bahkan kesempatan, karena terlepas dari semua itu ini hanya masalah simpel bukan Di? Selama ada permintaan, disitu ada barang.’

‘Kenapa harus terkejut? Bukannya itu adalah hal logis untuk dilakukan?’

‘Kenapa kamu berpikir seperti itu?’

‘Karena orang jaman sekarang terlalu mengatasnamankan logis ketika logis sendiri itu tidak menentu dan semu? Sangat lucu sekali hahaha’

‘Jadi kamu mendukung itu?’

‘Simpel saja Valli, apakah lo mendukung hubungan seks di luar nikah?’

‘Iya lah! Kenapa? Selama orang itu mencintai satu sama la-‘

‘Lo udah tau jawaban lo sendiri, dan gw jamin jawaban mereka akan sama, cuman beda konteks’

‘Oke. Itu jawabanku sekarang kita putar lagi!’ ucap Valli memutar botol Wine itu yang akhirnya mengarah ke Gw. Agh.

‘Gw lagi? Well well’ ucap Gw meminum segelas Wine lagi

‘Yisss! Mau nanya apa ya? Hmmm. Oh! Apa sih cita cita mu Di?’ tanya Valli

‘Hmmm...’ Gw berpikir mencari jawaban

‘Ini pertama kali aku melihat kamu gak bisa menjawab sebuah pertanyaan loh Di’

‘Hmmm.. gw berpikir Valli, mumpung lo bertanya seperti ini, gw baru sadar, kalau gw gak punya cita cita’

‘Hah? Masa? Cita cita Adi! Jadi Insinyur, jadi dokter, jadi pengusaha, apa saja, pasti kamu punya dong’

‘Apa yang lo sebutkan itu, bukannya itu adalah ambisi ya? Bukan cita cita?’

‘Cita cita dan ambisi punya maksud yang sama Adi’

‘Ughh.. gw gak.. gak.. gak ada Valli. Kosong hahaha’

‘Kamu bercanda kan?’

‘Hmm Valli.. apa sebuah cita cita bisa mati?’ tanya gw berpikir

‘Maksudmu?’

‘Lo pernah punya perasaan untuk melampaui seseorang gak?’

‘Pastinya. Apa hubungannya ini dengan cita cita?’

‘Apa yang terjadi dengan perasaan lo kalau seseorang yang lo ingin lampaui meninggal?’

‘Itu.... hmmmm... Kosong? Mungkin?’

‘Nah!! Itu yang gw rasain sekarang hahaha’

‘Siapa yang ingin kamu lampaui Di?’

‘Ayah gw sendiri. Hah! Mungkin lo akan berpikir ini adalah cita cita atau ambisi yang bodoh. Tapi gw pingin ngeliat wajah senang Ayah gw saat dia tau kalau anaknya sudah bisa melewatinya.’

‘Gak Di. Itu bukan hal yang bodoh.’

‘Hah! Jadi turun gini moodnya hahaha! Ayo putar lagi!’ ucap gw langsung memutar botol yang berenti menunjuk Valli

‘Sekarang aku! Ih! Nih botol adil banget tau ga nunjuk kita berurutan’

‘Hahaha. Hmmm. Valli... Vallii.. Vallii.. Ha! Valli sudah berapa laki laki yang kamu pacari?’

‘Hah? Pertanyaan gituan? Ckckck ternyata Adi tertarik juga dengan romansa manusia hahaha’

‘Oh diamlah, pertanyaan yang ga penting memang, tapi informasi yang cukup menarik untuk diketahui’

‘Oh kamu pasti kecewa Di, karena aku gak pernah punya cowok hahaha’ tawa Valli

‘Serius loh?’

‘Serius’

‘Haaah’

‘Apa? Kamu kira kamu akan mendapatkan cerita wanita yang punya banyak cowok dan dunia seksnya yang wah ya? Kamu salah nanya wanita Di, karena aku tidak begitu hahaha’

‘Ya ya ya. Agh pertanyaan yang sia sia kalau begitu.’

‘Hahaha. Putar putar putar!’ Valli memutar botol itu dan kali ini botol itu menunjuk gw. benar benar botol yang adil.

‘Ah sudah gw duga’

‘Hahahaha nanya apa ya... apakah seorang Adi pernah dicintai seseorang?’ senyum Valli menusuk

‘Maksud lo?’

‘Kamu tau maksud ku Di, kamu tidak bodoh’

‘Hah... pernah pernah’

‘Ohya? Apakah kamu membalas perasaannya?’

‘Tidak’

‘Kenapa?’

‘Karena hal seperti itu merepotkan, dan juga belum waktunya’

‘Merepotkan? Aku gak yakin “Merepotkan” adalah alasan yang dapat membatasimu untuk menjalin sebuah hubungan’

‘Hahaha benar Valli, intuisimu sangat tajam, mengerikan’

‘Jadi apa alasanmu?’

‘Hmm bilang saja kalau masalahnya ada di dalam diri gw sendiri? Kalau gw bukanlah orang yang pantas untuk mereka?’

‘Maksudmu?’

‘A’ah pertanyaan lo terlalu jauh’

‘Hahh benar, dan aku juga gak mau tau jawabanmu, untung kamu tidak langsung menjawab’

‘Hahaha’

‘Menakjubkan bagaimana kamu bisa menahan orang yang mencintai kamu Di’

‘Wanita Valli, akan selalu menunggu, berharap, kalau seorang pangeran datang dan mengambil tangan mereka lalu hidup bahagia. Dan Gw, simpel, gw bukanlah pangeran itu. Gw hanya diam, dan mereka pun tetap diam.’

‘Tidak semua Wanita akan menunggu seperti itu, Adi, kau meremehkan Wanita.’

‘Hmm?’

‘Wanita akan bergerak ketika mereka mempunyai rasa yang lebih terhadap seseorang’

‘Ohya?’

‘Ya. Mungkin Wanita yang mendekatimu hanya suka padamu, tapi hanya sebatas itu, dia tidak mempunyai rasa lebih itu’ Valli memutar botol itu kencang sekali di atas meja ini, membuat putaran botol ini lebih lama dari biasanya.

‘Dan apakah rasa yang lebih itu Valli?’ tanya gw ke arahnya

‘Rasa yang lebih itu adalah Cinta, Adi, Cinta.’

‘......’ Botol itu sekarang berenti, dan kali ini berbeda dari pola sebelumnya, botol yang adil itu kali ini menunjuk ke arah gw. Valli mengambil botol itu lalu menuangkan Wine itu ke gelas gw. Ia tersenyum. Mata abu abunya yang terang menatap mata gw, membuat gw merasakan kalau apapun ucapan yang dikeluarkan Valli setelah ini, adalah ucapan yang serius.

‘Katakan kepadaku, hey Adi, apakah kamu percaya kepada sebuah rasa Cinta?’ Ucap Valli dengan tatapan yang serius. Begitupun juga dengan perkataan yang dilontarkannya, mungkin laki laki lain akan sangat mudah menjawab pertanyaan ini, well, begitupun juga dengan gw, tapi ini adalah pertanyaan yang paling bisa gw harus hindari, dan Valli kali ini tepat menusuk dengan pertanyaan itu.

‘Tidak Valli, gw tidak percaya’ ucap gw sambil tersenyum, Valli memejamkan matanya sejenak mendengar jawaban gw, lalu dia membukanya lagi.

‘Kenapa?’

‘Cinta Valli, Cinta menurut gw sama seperti sebuah Uang’ jawab gw lalu merogoh dompet gw mengambil selembar rubel lalu menahannya dengan kedua ajri telunjuk dan tengah tangan kanan gw. Gw atur detak jantung gw, sampai gw merasakan gerakan kecil di tangan kanan gw, membuat selembar uang rubel di tangan kanan gw terbakar. ‘Tidak ada harganya’.

‘Kenapa?’ tanya Valli lagi mengerenyitkan matanya

‘Sama dengan alasan kalau lo tidak percaya dengan tuhan, Cinta itu semu, abstrak, dan tidak nyata’

‘Tapi kamu belum pernah mencobanya bukan?’

‘Oh lebih dari itu Valli, gw menyaksikan secara langsung, bahwa sebuah hubungan yang katanya diikat oleh Cinta pun, pada akhirnya tidak ada harganya. Hilang.’

‘Begitu..’ ucap Valli sambil tersenyum membuat gw kaget, karena gw mengira gw akan dihujani pertanyaan olehnya.

‘Kenapa?’

‘Gak kok, hahaha’ tawa Valli membuat gw bingung

‘Well, seenggaknya lo merasa jawaban gw menghibur’

‘Terima kasih atas jawabanmu Adi. Hahh perlu aku akui, walaupun aku tidak pernah minum Wine dan tidak tau rasanya. Tapi Wine ini Adi, sangat nikmat. Aku merasa segar’ senyum Valli
‘Mari kita selesaikan disini’

‘Setuju’

‘Kalau begitu ayuk kita pulang. Tapi anterin aku ke pelayan yang itu ya! Aku mau minta maaaf’

‘Gak usah’

‘Harus! Ayok ah!'
fakecrash
sormin180
bespanbeng
bespanbeng dan 11 lainnya memberi reputasi
12
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.