Sudah berhari-hari semenjak pulang ke rumah, liburan kali ini gue manfaatkan untuk bersantai dan bermalas-malasan di rumah. Karena sudah memupuk rindu di kota seberang menjadikan rencana liburan untuk bepergian ke suatu tempat yang biasanya gue lakukan ataupun tepang sono bersama teman-teman gue disini, tapi kali ini gue tak melakukannya. Gue memilih untuk diam saja di rumah.
Pagi ini gue membaca buku di kamar khusus atau bisa disebut ruang perpustakaan keluarga, karena disini terdapat lemari dan rak khusus yang isinya buku-buku. Buku punya ayah, ibu, ataupun gue, dan….. juga Ani. Ruangan ini dibangun oleh ayah gue memang khusus sebagai tempat baca. Gue sejak kecil memang didorong atau mungkin diharuskan untuk rajin membaca. Sewaktu kecil gue selalu disuapin buku-buku cerita dongeng anak-anak oleh ayah gue. Terkadang kalau mau tidur, gue selalu diceritain dongeng baik oleh ayah maupun ibu.

“Felishaaaa…. ”

Gue mendengar panggilan ibu dari luar. Buku yang dibaca gue tutup rapat dan hendak akan gue taruh kembali ke rak. Selesai menaruh di rak, mata gue tertuju kepada sebuah box. Gue tidak segera memenuhi panggilan ibu, gue malah langsung membuka box itu. Rupanya isi box itu adalah koleksi buku gue pas gue anak-anak. Gue tertarik untuk melihatnya kembali, berbagai buku anak-anak, buku pengetahuan umum dengan gambar dsb, dan ada juga buku gambar mewarnai yang masih disimpan. Gue membuka buku gambar mewarnai karena penasaran sejago apa sih gue dulu dalam bidang mewarnai. Bukan maksud berbangga hati, tapi cukup oke juga hasilnya setelah gue lihat beberapa halaman gambar yang sudah gue warnai. Gue berniat untuk merapihkan dan menutup kembali box yang isinya buku-buku masa kecil gue. Di sela-sela gue menaruh beberapa buku yang gue keluarkan, terselip buku yang menarik perhatian gue. Gue mengambil buku dengan sampul bewarna biru itu setelah gue lihat buku tersebut, buku itu adalah buku gambar mewarnai Finding Nemoyang dibelikan ayah gue dulu.

“Felishaaaa…..”

Rupanya ibu kesal karena gue tak mengindahkan panggilannya. Gue pun cepat-cepat merapihkan kembali box itu lalu datang ke tempat teriakan itu berasal sambil membawa buku gambar Finding Nemo itu.

“Apa bu?”
“Darimana?”
“Ruang baca.”
“Kamu beres-beres rumah.”
“Ah kan ada Ani.”
“Ani terus.”
“Males bu ah..”

Karena malas berdebat, gue pun segera berlari menuju ke kamar gue.
“Eh.. Felisha buku itu..” Kata ibu ketika gue hendak berlari menuju kamar gue.

****

Ya bu. Buku ini buku pemberian ayah dulu. Ibu masih ingatkah belasan tahun yang lalu kita menonton film Finding Nemo. Waktu itu gue masih SD diajak nonton film di bioskop oleh ayah dan ibu. Gue senang sekali karena waktu itu keluarga masih harmonis walaupun ibu baru masuk kerja di perusahaan itu. Gue sekali dengan film Finding Nemo, tak henti-hentinya gue berdecak kagum melihat animasi yang ditampilkan oleh film dan aksi kocak yang diperankan karakter yang bernama Dory. Selesai menonton filmnya masih ingat dalam otak gue, waktu itu gue nangis pengen dibeliin boneka Dory namun waktu itu gak ada yang jual. Melihat gue yang cengeng dan nangis terus sempat bikin ibu kesal “Ayah, gimana ini ?” “Felisha, kalau kamu nangis terus nanti ibu tinggalin disini.” Kata-kata ibu yang gue ingat waktu itu. Beruntungnya gue punya ayah yang tak kenal lelah ingin membahagiakan putri kecilnya ini, ayah tau kalau gue waktu itu lagi seneng-senengnya menggambar dan mewarnai. Jadi ayah punya ide dengan membelikan gue buku gambar mewarnai yang isinya gambar-gambar di Finding Nemo. Ajaibnya, ide ayah itu berhasil dan gue pun berhenti menangis. Mengingat hal itu sekarang, kenapa gue jadi menyamakan ayah gue dengan Marlin. (?).

Buku gambar yang sedang gue lihat sekarang ini berhasil menerawangi ingatan gue ke masa itu sehingga membuat gue tertawa kecil di atas kasur sambil mengingatnya. Ketika mewarnai gambar ini kebanyakan di bantu oleh ayah, bantuan dari ibu sedikit karena ibu sibuk dengan pekerjaannya waktu itu, sementara ayah selalu meluangkan waktunya untuk menemani gue mewarnai gambar-gambar Nemo, Marlin, Dory, Mr. Ray, Gill, Bruce, dll. Ehhhh, ayah semoga Engkau tenang di sana.

Sambil tiduran dan mengingat hal itu, gue tiba-tiba teringat tentang film Finding Dory. Ah, iya baru inget ternyata ada film Finding Dory. Film yang masuk watching list gue tahun ini. Gue pun langsung browsing tentang film itu dan betapa ketinggalan informasinya, ternyata film itu baru aja tayang. AH, fix ini mah mesti langsung nonton. Gue pun langsung mencari tau jadwal tayangnya. Fix Fix banget gue mau nonton hari ini.

Awalnya gue berencana ingin nonton film ini sendiri, tapi entah kenapa mengingat pengalaman gue kemarin nonton film conjuring 2 sendirian di bioskop itu rasanya kurang puas, akhirnya gue putuskan untuk mengajak ibu, siapa tau ibu juga inget pas pertama kali nonton Finding Nemo.

“ Bu, hari ini nonton ke bioskop yuk?” Ajak gue kepada ibu di kamarnya.
“nonton apa sayang?”
“Finding Dory.”
“Film apa itu?” Tanya ibu.
“Filmnya Dory bu, yang ada di Finding Nemo.”
“Dory siapa?” Tanya ibu
“Ikan bu ikan, yang warna biru.”
“Film kartun?” Tanya ibu.
“Iya. Tapi bagus bu.”
“Hahaha kamu ini udah gede masih aja suka nonton kartun. Tapi, maaf ya sayang, hari ini ibu capek banget dan lagi malas keluar rumah. Kamu nonton sama Ani aja.” Kata ibu.
“Yah ibu mah.” Gue kecewa sebenarnya, gue pikir ibu ingat film Finding Nemo itu.
“Yaudah deh bu, tapi aku mau nonton.”
“Iya, hati-hati di jalannya sayang.”

Keluar dari kamar ibu, gue melihat Ani sedang mencuci gelas dan piring. Gue pun berjalan menghampirinya.

“Hey, hari ini bukber kemana lagi?” Kata gue ke Ani. Sebenarnya itu sindiran dari gue buat dia, soalnya dari kemarin setiap sore dia selalu ikut buka bersama dengan teman-temannya dan selalu pulang malam.
“Hari ini gak ada kak.”
“Nonton yuk Ni.”
“Nonton apa kak?”
“Finding Dory. Jangan bilang lo udah nonton?”
“Oh film kartun yang baru itu ya, belum kak. Yuk hayu atuh nonton.”
“Yaudah abis beres-beres cepet mandi. Kita langsung pergi.”

****

Berhubung sekarang lagi bulan puasa dan musim liburan juga antrian tiket penuh dan ramai sekali, untung saja gue bisa mendapatkan tiket 2 yang bersebelahan. Isi studio dipenuhi anak-anak dengan orang tuanya. Gue ngerasa ngeri sendiri kalau nanti punya anak dan ngajak nonton di bioskop betapa rewel dan gak bisa diamnya nanti. Hadeh!.

Gue duduk paling kanan sedangkan Ani ada di sebelah kiri gue. Sumpah ya studionya berisik oleh suara anak-anak yang antusias dan gak bisa diem, malah gue perhatiin dari atas banyak anak-anak yang main kejar-kejaran kesana kemari. Gue juga sama antusiasnya sih sama anak-anak tapi gak pake acara teriak-teriakan kayak anak-anak pas sepanjang diputernya film. Gue juga sama terpukaunya dengan animasi studio pixar.

“Kak.. bangun kak..”

Rupanya pas pertengahan film gue tertidur.

“Ni tidurna lama gak ni?” Tanya gue ke Ani.

“Gak kok kak, bentaran.”

Setelah dibangunkan Ani gue jadi fokus lagi nonton filmnya tapi sambil menahan rasa kantuk. Dari situ filmnya tambah menarik buat gue, gue ketawa-ketawa sepanjang film tapi ketawa gue gak terbahak-bahak ya, gue ketawa ya ketawa seperlunya kalau tidak gue tersenyum dalam hati mendengar dialog di film Finding Dory ini.

“Kakak nangis?”

Sial haha, walaupun pake kacamata, mata gue yang berkaca-kaca karena melihat adegan Dory ketemu orang tuanya ini kepergok oleh Ani. Bagiamana sikap orang tua Dory mengurus Dory pas anak-anak hampir sama percis apa dilakukan oleh orang tua gue dulu. Ayah dan ibu gue dulu seakan tidak pernah lelah dan menyerah dalam mengurus gue yang super duper manja dan cengeng ini pas kecil. Mereka dulu selalu berusaha untuk membahagiakan gue. Yahh, walaupun ke ke depanya waktu itu tidak seindah dongeng yang sering didengungkan, tapi sekarang gue rasa gue lebih baik. Yang bikin terharu juga ketika gue membayangkan, ketika gue dulu beberapa kali kabur dari rumah. Membayangkan gimana perasaan dan apa yang dilakukan ibu saat gue tidak ada di rumah. Apa dia rindu gue? Apa dia pergi mencari gue? Ahh, gue gak bisa membayangkan perasaannya.

“Haha” Gue malu sambil melepas kacamata dan menyeka sedikit air mata yang keluar. Ani tersenyum ke gue sambil memegang tangan gue. Gue pun tersenyum kepadanya. Selanjutnya sampai selesainya film dipenuhi tawa karena adegannya yang mengundang kelucuan dimana slow motion jatuhnya truk ke laut.

“Kak ayo pulang. “ Ajak Ani yang sudah beranjak dari tempat duduk.

Gue masih duduk menikmati lagu unforgettable, entah siapa nyanyi di credit filmnya, tapi cukup membuat gue betah mendengarkanya.

“Tunggu dulu, nanti ada adegan lagi.”

Untung saja gue baca-baca dulu di internet kalau ada after creditsnya setelah selesai filmnya. Di studio hanya menyisakan gue dan Ani berdua di dalam.

“Loh ada lagi?” Tanya Ani ke gue.
“Haha, itu tank gang.”
“Apa itu kak?”
“Mereka ada di film Finding Nemo.”
“Aku belum pernah nonton film Finding Nemo kak.”
“Astaga tahun udah 2016. Haha.”

Gue beranjak dari kursi lalu turun ke bawah menuju pintu keluar.

Perjalanan ke rumah memakan waktu cukup lama karena Bandung sekarang bukanlah Bandung yang dulu. Macet..macet… macet. Di perjalanan juga gue menjelaskan ke Ani kenapa tadi gue berkaca-kaca. Dia memang pendengar setia Untuk menemani macet gue memutar lagu “Beyond the sea” dan tentunya “Unforgettable” yang sampai menulis tulisan ini terus saja gue putar.

***

“Bu, kalau aku tidak ada di rumah atau tidak dekat ibu, bagaimana perasaan ibu?”
“Janganlah sayang, repot.” Jawab ibu.
“Sekarang ibu tanya, kalau kamu tidak ada di rumah, gimana perasaan kamu?” Tanya balik ibu.
“Yah, pasti aku ingin cepat pulang, hehe.”
“Kenapa?”
“Because I have family”
…..
Percakapan singkat gue bersama ibu sebelum tidur bareng.