- Beranda
- Stories from the Heart
Dunia Yang Sempurna [TAMAT]
...
TS
carienne
Dunia Yang Sempurna [TAMAT]
PROLOG :
Gue selalu percaya, apapun yang kita alami di dunia ini selalu memiliki alasan tersendiri. Ga terkecuali dengan kehadiran orang-orang di kehidupan kita. Setiap orang, setiap hal, memiliki perannya masing-masing di kehidupan kita ini. Ada yang datang untuk sekedar menguji kesabaran kita, ada yang datang untuk menyadarkan kita akan mimpi dan harapan yang selalu mengiringi kita.
Gue menulis cerita ini, sebagai wujud rasa cinta gue terhadap segala yang pernah terjadi kepada gue. Ada yang ingin gue lupakan, dan ada yang ingin gue kenang selamanya. Tapi pada satu titik gue menyadari, bahwa ga ada yang harus gue lupakan, melainkan gue ambil pelajarannya. Dan untuk segala yang pernah hadir di hidup gue, ataupun yang akan hadir, gue mengucapkan terima kasih dari hati gue yang terdalam.
Cerita ini berawal pada tahun 2006, pada saat gue masih culun-culunnya menjalani kehidupan. Gue baru saja lulus SMA, dan memutuskan untuk merantau, meskipun ga jauh-jauh amat, ke ibukota untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Gue masih mengingat dengan jelas momen ketika gue mencium tangan ibu, dan elusan kepala dari bapak, yang mengantarkan gue ke gerbang rumah, sebelum gue menaiki angkutan umum yang akan membawa gue ke ibukota.
Ketika angkutan umum yang membawa gue ke ibukota itu mulai berjalan, gue sama sekali ga bisa membayangkan apa yang akan terjadi di hidup gue selanjutnya. Tentu saja gue ga bisa membayangkan kehadiran seseorang, yang dengan segala keunikan dan keistimewaannya, memberikan warna tersendiri di hati gue.
Nama gue Gilang, dan semoga sekelumit cerita gue ini bisa berkenan bagi kalian semua.
Gue menulis cerita ini, sebagai wujud rasa cinta gue terhadap segala yang pernah terjadi kepada gue. Ada yang ingin gue lupakan, dan ada yang ingin gue kenang selamanya. Tapi pada satu titik gue menyadari, bahwa ga ada yang harus gue lupakan, melainkan gue ambil pelajarannya. Dan untuk segala yang pernah hadir di hidup gue, ataupun yang akan hadir, gue mengucapkan terima kasih dari hati gue yang terdalam.
Cerita ini berawal pada tahun 2006, pada saat gue masih culun-culunnya menjalani kehidupan. Gue baru saja lulus SMA, dan memutuskan untuk merantau, meskipun ga jauh-jauh amat, ke ibukota untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Gue masih mengingat dengan jelas momen ketika gue mencium tangan ibu, dan elusan kepala dari bapak, yang mengantarkan gue ke gerbang rumah, sebelum gue menaiki angkutan umum yang akan membawa gue ke ibukota.
Ketika angkutan umum yang membawa gue ke ibukota itu mulai berjalan, gue sama sekali ga bisa membayangkan apa yang akan terjadi di hidup gue selanjutnya. Tentu saja gue ga bisa membayangkan kehadiran seseorang, yang dengan segala keunikan dan keistimewaannya, memberikan warna tersendiri di hati gue.
Nama gue Gilang, dan semoga sekelumit cerita gue ini bisa berkenan bagi kalian semua.
Quote:
Diubah oleh carienne 27-03-2017 21:48
elbe94 dan 51 lainnya memberi reputasi
52
2M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
carienne
#1231
PART 39
Beberapa hari kemudian, di satu pagi yang buat gw biasa-biasa saja. Gw berencana untuk mencuci motor gw, sebelum gw tinggal pulang kampung. Setelah mencari sarapan di warung ga jauh dari kosan, gw mampir ke minimarket, membeli minuman dan beberapa jenis snack, baru kemudian gw balik ke kosan. Sesampai di kos, gw naik ke kamar terlebih dulu, meletakkan kantong belanjaan gw baru kemudian kembali turun untuk mencuci motor.
Sambil mencuci motor di satu sudut parkiran yang memang biasa dipergunakan penghuni kos untuk mencuci motor, gw mengamati kamar-kamar di lantai satu, yang mayoritas pintunya tertutup rapat. Lantai satu ini memang kebanyakan dihuni oleh pekerja kantoran, yang pagi ini sudah berangkat memulai kegiatannya. Gw membayangkan suatu hari nanti gw juga akan menjadi seorang pekerja kantoran, dengan rutinitas seperti yang gw lihat setiap harinya. Berangkat pagi-pagi, kemudian baru kembali ke kos setelah matahari terbenam.
Beberapa saat gw terhanyut oleh kegiatan gw sendiri, sampai kemudian gw melihat Jihan terburu-buru keluar dari kamar, masuk ke kamar mandi dengan gaduh. Ah, barangkali dia lagi sakit perut, pikir gw. Tapi pikiran gw itu seketika terbantahkan ketika sayup-sayup gw mendengar seseorang sedang memuntahkan isi perutnya beberapa kali. Gw menunggu Jihan keluar dari kamar mandi selama beberapa saat.
Akhirnya gw melihat dia keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat, dan lemas. Dengan gontai dia berjalan kembali ke kamarnya, kemudian menutup pintunya kembali. Gw menggelengkan kepala, melanjutkan kegiatan gw mencuci motor. Barangkali dia kecapekan dengan segala kegiatan kampusnya yang seabrek itu, batin gw. Selesai mencuci motor itu gw ga langsung kembali ke kamar, tapi gw duduk-duduk dulu di bangku bambu sambil merokok. Mendadak terdengar lagi suara seseorang memuntahkan sesuatu, kali ini dari dalam kamar.
Gw segera membuang rokok yang baru saja gw nyalakan, dan bergegas mengetuk-ngetuk pintu kamar Jihan.
“Jihaaan, lo gapapa?” panggil gw dari balik pintu, sambil tetap mengetuk.
sunyi ga ada jawaban dari dalam.
“Jihan, lo sakit?” panggil gw lagi. “ini gw Gilang, lo gapapa?”
tetap ga ada jawaban dari dalam, tapi gw yakin Jihan sedang dalam kondisi yang ga sehat. Setelah beberapa saat menimbang-nimbang, akhirnya gw memutuskan membuka pintu kamarnya tanpa sepersetujuan pemilik kamar, apapun resikonya.
Di dalam kamar gw melihat dia sedang terduduk lemas, sambil bersandar ke tembok di salah satu sisi tubuhnya, sementara di lantai di hadapannya tampak (maaf) isi perutnya yang barusan dimuntahkannya. Rambutnya acak-acakan menutupi wajahnya, sementara baju dan celananya juga ada bekas-bekas muntahannya tadi. Gw bergegas masuk, dan mendekatinya, sambil mencari-cari barang yang bisa gw gunakan untuk membersihkan wajahnya dari sisa-sisa itu.
Gw membersihkan wajahnya, dan sekilas mata gw menemukan sebotol air mineral, yang langsung gw sambar dan gw minumkan pelan kepadanya. Pelan-pelan gw bantu dia merebahkan kembali badannya ke kasur, dan gw pegang dahinya. Panas sekali. Gw membersihkan lagi wajahnya dari sisa-sisa isi perutnya itu, kemudian tanpa berpikir panjang lagi gw membuka lemari pakaiannya. Sebodo amat mau dibilang kurang ajar juga, pikir gw waktu itu. Gw segera menyambar kaos sekenanya, dan celana pendek yang bisa gw lihat.
Gw kemudian duduk di sampingnya. “lo kuat ganti baju? ganti baju dulu gih, baju lo kotor...” kata gw pelan. “lo mau ganti disini aja apa di kamar mandi?”
Jihan memandangi gw, kemudian dia berusaha untuk duduk. “gw ganti baju di kamar mandi aja...” sahutnya lemah. Buru-buru gw mencegahnya untuk berdiri.
“eh eh ga usah, lo ganti disini aja, gw keluar dulu. Nanti kalo udah selesai ganti baju, panggil gw, oke?”
Jihan mengangguk lemah, kemudian gw keluar kamarnya, menutup pintu dan menunggu diluar. Beberapa saat kemudian gw mendengar pintu terbuka dari balik punggung gw. Gw menoleh, dan melihat wajahnya yang masih sangat pucat.
“lap pel dimana ya?” tanyanya dengan suara lirih ke gw.
“eh ga usah, lo mau ngapain? bersihin kamar? ga usah! udah biar gw aja, lo sekarang tiduran aja.” perintah gw. Tanpa berkata apa-apa dia menuruti perkataan gw, kemudian gw membantunya kembali ke kasur.
Gw bergegas mencari lap pel, dan membersihkan lantai kamar Jihan. Selesai semua itu, gw duduk di sampingnya yang sedang terbaring lemah, sambil memandangi sekeliling.
“lo mau teh manis? gw buatin yah...” tawar gw.
“eh ga usah...”
gw ga menggubris omongannya itu, dan gw buatkan teh manis panas untuknya. Semoga dengan ini badannya sedikit lebih enakan. Pelan-pelan dia meminum teh bikinan gw itu, dan kembali berbaring lagi setelahnya.
“lo kenapa?” tanya gw akhirnya.
dia menggeleng, memandangi gw dengan sayu. “ga tau, kecapekan doang paling.” katanya lirih. “terima kasih ya, Gilang...” sebentuk senyum tipis menghiasi wajahnya yang pucat itu.
“udah seharusnya gw kaya gini” sahut gw sambil tersenyum. Gw kemudian memegangi lagi dahinya. “badan lo panas banget. Ada obat? lo udah sarapan belum?” tanya gw.
Dia menggeleng. “ada si obat flu, belum sarapan gw...”
“lo mau bubur? apa mau yang lain?” dengan sigap gw menawarkan.
“eh ga usah, ngerepotin ajah....”
“ahelah ga usah mikir ngerepotin-ngerepotin segala, gw beliin sarapan ya, bubur mau kan?” tandas gw.
dia mengangguk lemah. “iya, bubur juga boleh kok...” dia berusaha bangkit dari tidur, “dompet gw dimana ya....”
“eh ga usah, gw beliin aja. lo tiduran aja ga usah ngapa-ngapain”
“tapi....”
“ga ada tapi-tapian. Gw pergi dulu yah, lo tidur aja, tapi pintu kamar jangan lo kunci. Oke?”
Jihan mengangguk pelan, dan gw bergegas keluar kamar mencari makanan yang dimaksud dan obat-obatan. Agak jauh memang, tapi ga masalah karena gw naik motor. Gw membeli dua porsi bubur ayam, rencananya untuk makan siang Jihan nanti. Setelahnya gw mampir di apotik 24 jam yang terletak ga jauh dari situ. Gw membeli obat-obatan yang diperlukan setelah berkonsultasi dengan pegawai penjaga apotik.
Sekembalinya ke kos, gw mengetuk pintu kamar Jihan, dan membuka pintunya yang memang tadi sengaja ga gw kunci.
“ada mangkok atau piring?” tanya gw ke Jihan yang terbaring lemah.
“ada di dalem laci itu...” dia menunjuk salah satu lemari yang memiliki laci. Gw mengambil mangkok plastik, dan menuang buburnya ke dalam mangkok.
“sendok dimana?” tanya gw.
“sendok di sebelah dispenser...”
Gw mengulurkan semangkok bubur kepadanya. “bisa makan sendiri? apa mau gw suapin?”
dia menggeleng. “ga usah, gw makan sendiri aja...” gw mengangguk dan membantunya duduk untuk makan. Sambil menunggu dia makan, gw buatkan lagi segelas teh manis panas.
“abis makan diminum ya obatnya. Obatnya di plastik itu tuh. Tadi gw udah nanya-nanya ke orang apotik, jadi lo ga perlu khawatir gw salah beli obat...” gw duduk di sampingnya sementara dia makan dengan perlahan.
“terima kasih...”
gw mengangguk-angguk. “lo kecapekan si, makanya besok-besok lagi jangan terlalu memaksakan.” gw tertawa, “gw jarang loh liat lo ada di kosan...”
dia tersenyum malu-malu. “iya kayanya gw terlalu seneng sibuk di kampus...”
“terlalu sibuk juga ga baik, kasihan badan lo kan kalo gini...”
“abisnya kalo ga ada kegiatan, gw ga betah nganggur di kos... bawaannya pengen nyibukin diri terus...” dia mengaduk-aduk buburnya.
“yah sibuk si boleh-boleh aja, tapi juga inget badan lo ada batasnya. Kelamaan nganggur ga baik emang, tapi terlalu sibuk juga ga baik.” sahut gw sambil tertawa pelan.
“iya iya, gw yang salah....” katanya sambil tertawa lirih dan mengaduk-aduk buburnya.
“dimakan tuh buburnya, jangan diaduk-aduk doang...”
“iyeee...” dia memakan lagi buburnya, “lo tadi lagi ngapain?”
“oh tadi gw lagi cuci motor waktu liat lo ke kamar mandi. Abis sarapan si gw, trus cuci motor...”
“ooh...” Jihan memegang mangkok dengan kedua tangannya diatas pangkuan.
“ditelen buburnya...”
“iyaaa ih...”
Gw menungguinya sementara dia menghabiskan sarapan. Setelah itu dia meminum obatnya dan kembali berbaring.
“lo tidur ya, kalo butuh apa-apa gw ada di atas. SMS aja.” kata gw sambil beranjak berdiri.
dia memandangi gw dengan heran. “gw ga tau nomor hape lo, gimana mau SMS?”
“oh iya iya, ini nomor gw...” kata gw malu sambil menyebutkan nomor handphone gw dan Jihan menyimpannya di kontak handphonenya.
“terima kasih ya buat semuanya, sorry gw udah ngerepotin lo...” dia tersenyum lemas ke gw sambil berbaring. Gw balas tertawa pelan.
“iya sama-sama, lo istirahat ya.” dia mengangguk dan gw kembali ke kamar gw diatas.
Pagi yang cukup melelahkan buat gw. Sambil berbaring di kasur gw merasakan mata gw mulai terasa berat. Angin sepoi-sepoi pun masuk ke kamar gw. Perlahan, gw pun tertidur.
Beberapa hari kemudian, di satu pagi yang buat gw biasa-biasa saja. Gw berencana untuk mencuci motor gw, sebelum gw tinggal pulang kampung. Setelah mencari sarapan di warung ga jauh dari kosan, gw mampir ke minimarket, membeli minuman dan beberapa jenis snack, baru kemudian gw balik ke kosan. Sesampai di kos, gw naik ke kamar terlebih dulu, meletakkan kantong belanjaan gw baru kemudian kembali turun untuk mencuci motor.
Sambil mencuci motor di satu sudut parkiran yang memang biasa dipergunakan penghuni kos untuk mencuci motor, gw mengamati kamar-kamar di lantai satu, yang mayoritas pintunya tertutup rapat. Lantai satu ini memang kebanyakan dihuni oleh pekerja kantoran, yang pagi ini sudah berangkat memulai kegiatannya. Gw membayangkan suatu hari nanti gw juga akan menjadi seorang pekerja kantoran, dengan rutinitas seperti yang gw lihat setiap harinya. Berangkat pagi-pagi, kemudian baru kembali ke kos setelah matahari terbenam.
Beberapa saat gw terhanyut oleh kegiatan gw sendiri, sampai kemudian gw melihat Jihan terburu-buru keluar dari kamar, masuk ke kamar mandi dengan gaduh. Ah, barangkali dia lagi sakit perut, pikir gw. Tapi pikiran gw itu seketika terbantahkan ketika sayup-sayup gw mendengar seseorang sedang memuntahkan isi perutnya beberapa kali. Gw menunggu Jihan keluar dari kamar mandi selama beberapa saat.
Akhirnya gw melihat dia keluar dari kamar mandi dengan wajah pucat, dan lemas. Dengan gontai dia berjalan kembali ke kamarnya, kemudian menutup pintunya kembali. Gw menggelengkan kepala, melanjutkan kegiatan gw mencuci motor. Barangkali dia kecapekan dengan segala kegiatan kampusnya yang seabrek itu, batin gw. Selesai mencuci motor itu gw ga langsung kembali ke kamar, tapi gw duduk-duduk dulu di bangku bambu sambil merokok. Mendadak terdengar lagi suara seseorang memuntahkan sesuatu, kali ini dari dalam kamar.
Gw segera membuang rokok yang baru saja gw nyalakan, dan bergegas mengetuk-ngetuk pintu kamar Jihan.
“Jihaaan, lo gapapa?” panggil gw dari balik pintu, sambil tetap mengetuk.
sunyi ga ada jawaban dari dalam.
“Jihan, lo sakit?” panggil gw lagi. “ini gw Gilang, lo gapapa?”
tetap ga ada jawaban dari dalam, tapi gw yakin Jihan sedang dalam kondisi yang ga sehat. Setelah beberapa saat menimbang-nimbang, akhirnya gw memutuskan membuka pintu kamarnya tanpa sepersetujuan pemilik kamar, apapun resikonya.
Di dalam kamar gw melihat dia sedang terduduk lemas, sambil bersandar ke tembok di salah satu sisi tubuhnya, sementara di lantai di hadapannya tampak (maaf) isi perutnya yang barusan dimuntahkannya. Rambutnya acak-acakan menutupi wajahnya, sementara baju dan celananya juga ada bekas-bekas muntahannya tadi. Gw bergegas masuk, dan mendekatinya, sambil mencari-cari barang yang bisa gw gunakan untuk membersihkan wajahnya dari sisa-sisa itu.
Gw membersihkan wajahnya, dan sekilas mata gw menemukan sebotol air mineral, yang langsung gw sambar dan gw minumkan pelan kepadanya. Pelan-pelan gw bantu dia merebahkan kembali badannya ke kasur, dan gw pegang dahinya. Panas sekali. Gw membersihkan lagi wajahnya dari sisa-sisa isi perutnya itu, kemudian tanpa berpikir panjang lagi gw membuka lemari pakaiannya. Sebodo amat mau dibilang kurang ajar juga, pikir gw waktu itu. Gw segera menyambar kaos sekenanya, dan celana pendek yang bisa gw lihat.
Gw kemudian duduk di sampingnya. “lo kuat ganti baju? ganti baju dulu gih, baju lo kotor...” kata gw pelan. “lo mau ganti disini aja apa di kamar mandi?”
Jihan memandangi gw, kemudian dia berusaha untuk duduk. “gw ganti baju di kamar mandi aja...” sahutnya lemah. Buru-buru gw mencegahnya untuk berdiri.
“eh eh ga usah, lo ganti disini aja, gw keluar dulu. Nanti kalo udah selesai ganti baju, panggil gw, oke?”
Jihan mengangguk lemah, kemudian gw keluar kamarnya, menutup pintu dan menunggu diluar. Beberapa saat kemudian gw mendengar pintu terbuka dari balik punggung gw. Gw menoleh, dan melihat wajahnya yang masih sangat pucat.
“lap pel dimana ya?” tanyanya dengan suara lirih ke gw.
“eh ga usah, lo mau ngapain? bersihin kamar? ga usah! udah biar gw aja, lo sekarang tiduran aja.” perintah gw. Tanpa berkata apa-apa dia menuruti perkataan gw, kemudian gw membantunya kembali ke kasur.
Gw bergegas mencari lap pel, dan membersihkan lantai kamar Jihan. Selesai semua itu, gw duduk di sampingnya yang sedang terbaring lemah, sambil memandangi sekeliling.
“lo mau teh manis? gw buatin yah...” tawar gw.
“eh ga usah...”
gw ga menggubris omongannya itu, dan gw buatkan teh manis panas untuknya. Semoga dengan ini badannya sedikit lebih enakan. Pelan-pelan dia meminum teh bikinan gw itu, dan kembali berbaring lagi setelahnya.
“lo kenapa?” tanya gw akhirnya.
dia menggeleng, memandangi gw dengan sayu. “ga tau, kecapekan doang paling.” katanya lirih. “terima kasih ya, Gilang...” sebentuk senyum tipis menghiasi wajahnya yang pucat itu.
“udah seharusnya gw kaya gini” sahut gw sambil tersenyum. Gw kemudian memegangi lagi dahinya. “badan lo panas banget. Ada obat? lo udah sarapan belum?” tanya gw.
Dia menggeleng. “ada si obat flu, belum sarapan gw...”
“lo mau bubur? apa mau yang lain?” dengan sigap gw menawarkan.
“eh ga usah, ngerepotin ajah....”
“ahelah ga usah mikir ngerepotin-ngerepotin segala, gw beliin sarapan ya, bubur mau kan?” tandas gw.
dia mengangguk lemah. “iya, bubur juga boleh kok...” dia berusaha bangkit dari tidur, “dompet gw dimana ya....”
“eh ga usah, gw beliin aja. lo tiduran aja ga usah ngapa-ngapain”
“tapi....”
“ga ada tapi-tapian. Gw pergi dulu yah, lo tidur aja, tapi pintu kamar jangan lo kunci. Oke?”
Jihan mengangguk pelan, dan gw bergegas keluar kamar mencari makanan yang dimaksud dan obat-obatan. Agak jauh memang, tapi ga masalah karena gw naik motor. Gw membeli dua porsi bubur ayam, rencananya untuk makan siang Jihan nanti. Setelahnya gw mampir di apotik 24 jam yang terletak ga jauh dari situ. Gw membeli obat-obatan yang diperlukan setelah berkonsultasi dengan pegawai penjaga apotik.
Sekembalinya ke kos, gw mengetuk pintu kamar Jihan, dan membuka pintunya yang memang tadi sengaja ga gw kunci.
“ada mangkok atau piring?” tanya gw ke Jihan yang terbaring lemah.
“ada di dalem laci itu...” dia menunjuk salah satu lemari yang memiliki laci. Gw mengambil mangkok plastik, dan menuang buburnya ke dalam mangkok.
“sendok dimana?” tanya gw.
“sendok di sebelah dispenser...”
Gw mengulurkan semangkok bubur kepadanya. “bisa makan sendiri? apa mau gw suapin?”
dia menggeleng. “ga usah, gw makan sendiri aja...” gw mengangguk dan membantunya duduk untuk makan. Sambil menunggu dia makan, gw buatkan lagi segelas teh manis panas.
“abis makan diminum ya obatnya. Obatnya di plastik itu tuh. Tadi gw udah nanya-nanya ke orang apotik, jadi lo ga perlu khawatir gw salah beli obat...” gw duduk di sampingnya sementara dia makan dengan perlahan.
“terima kasih...”
gw mengangguk-angguk. “lo kecapekan si, makanya besok-besok lagi jangan terlalu memaksakan.” gw tertawa, “gw jarang loh liat lo ada di kosan...”
dia tersenyum malu-malu. “iya kayanya gw terlalu seneng sibuk di kampus...”
“terlalu sibuk juga ga baik, kasihan badan lo kan kalo gini...”
“abisnya kalo ga ada kegiatan, gw ga betah nganggur di kos... bawaannya pengen nyibukin diri terus...” dia mengaduk-aduk buburnya.
“yah sibuk si boleh-boleh aja, tapi juga inget badan lo ada batasnya. Kelamaan nganggur ga baik emang, tapi terlalu sibuk juga ga baik.” sahut gw sambil tertawa pelan.
“iya iya, gw yang salah....” katanya sambil tertawa lirih dan mengaduk-aduk buburnya.
“dimakan tuh buburnya, jangan diaduk-aduk doang...”
“iyeee...” dia memakan lagi buburnya, “lo tadi lagi ngapain?”
“oh tadi gw lagi cuci motor waktu liat lo ke kamar mandi. Abis sarapan si gw, trus cuci motor...”
“ooh...” Jihan memegang mangkok dengan kedua tangannya diatas pangkuan.
“ditelen buburnya...”
“iyaaa ih...”
Gw menungguinya sementara dia menghabiskan sarapan. Setelah itu dia meminum obatnya dan kembali berbaring.
“lo tidur ya, kalo butuh apa-apa gw ada di atas. SMS aja.” kata gw sambil beranjak berdiri.
dia memandangi gw dengan heran. “gw ga tau nomor hape lo, gimana mau SMS?”
“oh iya iya, ini nomor gw...” kata gw malu sambil menyebutkan nomor handphone gw dan Jihan menyimpannya di kontak handphonenya.
“terima kasih ya buat semuanya, sorry gw udah ngerepotin lo...” dia tersenyum lemas ke gw sambil berbaring. Gw balas tertawa pelan.
“iya sama-sama, lo istirahat ya.” dia mengangguk dan gw kembali ke kamar gw diatas.
Pagi yang cukup melelahkan buat gw. Sambil berbaring di kasur gw merasakan mata gw mulai terasa berat. Angin sepoi-sepoi pun masuk ke kamar gw. Perlahan, gw pun tertidur.
jenggalasunyi dan 7 lainnya memberi reputasi
8
![Dunia Yang Sempurna [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2016/04/29/2515115_201604290417120444.png)
![Dunia Yang Sempurna [TAMAT]](https://s.kaskus.id/images/2017/01/24/9166190_201701240731110238.jpg)