- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
...
TS
suwandilam
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
INDEX
PART 1 - Perkenalan - Langsung ada di postingan ini
PART 2 - Keberangkatan
PART 3 - Tiba di Desa
PART 4 - Malam Pertama
PART 5 - Ibu Tua
PART 6 - Informasi Mengejutkan
PART 7 - Suara
PART 8 - Terkuncikah ?
PART 9 - Rumah Terang
PART 10 - Gadis Cantik Yang Kesepian
PART 11 - Tangisan
PART 12 - Pernyataan Kades
PART 13 - Terjebak
PART 14 - Pengungkapan
PART 15 - Silahturahmi Pertama
PART 16 - Tamu
PART 17 - Jalan Malam
PART 18 - Berteduh Lagi
PART 19 - Balik !!!
PART 20 - Maksud Terselubung
PART 21 - Perdebatan
PART 22 - Halusinasi ?
PART 23 - Halusinasi 2
PART 24 - Tangis dan Tawa
PART 25 - Pengejaran Amelia
PART 26 - Ngecek Lagi ?
PART 27 - Gak Hoki
PART 28 - Siapa Itu Ya ?
PART 29 - Hari Yang Tenang
PART 30 - Kebelet !
PART 31 - Bertemu Lagi !
PART 32 - Tertabrak !
PART 33 - Terror
PART 34 - Kejutan !!!
PART 35 - Terror 2
PART 36 - Terror 3
PART 37 - Lemari Cermin
PART 38 - Ngecek yuk
PART 39 - Tangisan
PART 40 - Ketukan
PART 41 - Mimpi atau Nyata
PART 42 - Penampakan
PART 43 - Haruskah Melapor ?
PART 44 - Mencari Solusi
PART 45 - Pengungkapan Misteri !
PART 46 - Pengungkapan Misteri 2
PART 47 - Pengungkapan Misteri 3
PART 48 - Pengungkapan Misteri 4
PART 49 - Sebenarnya ini apa ?!
PART 50 - Pengungkapan Lemari Cermin
PART 51 - Nenek oh Nenek
PART 52 - Konflik !
PART 53 - Kejutan
PART 54 - Bolehkah Gue Kabur ?
PART 55 - Hilang !
PART 56 - Duniaku
PART 57 - Gue Dimana?
PART 58 - SURAT
PART 59 - Suara dan Penglihatan ?
PART 60 - Masuk atau Kagak ?!
PART 61 - Aku Hilang !
PART 62 - Kembali
PART 63 - Penjelasan
PART 64 - Siksaan !
PART 65 - Ketenangan
PART 66 - Suara Aneh
PART 67 - Terjebak !
PART 68 - TOLONG GUE !
PART 69 - Kuburan (NEW UPDATE)
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil - Part 1
Cerita ini merupakan fiksi, namun isi dari cerita ini sebagian diambil dari serangkaian kisah pengalaman nyata yang dialami oleh penulis dan dicampur dengan cerita fiksi yang tidak benar-benar terjadi. Beberapa kejadian memang benar terjadi dan beberapa kejadian merupakan cerita rekayasa untuk penambahan agar cerita ini menjadi lebih menarik. Semua nama tokoh, nama tempat dan lain-lain telah disamarkan guna menjaga nama baik pemilik aslinya.
Nah mari kita mulai ceritanya.
1 Februari 2015, Yap tepat pada tanggal ini saya mahasiswa jurusan ekonomi yang bernama Dony mendapatkan tawaran menarik dari kampus saya. Saya berasal dari Jakarta, kuliah di salah satu universitas swasta ternama di Jakarta dan sekarang tengah memasuki semester delapan. Menjelang memasuki semester 8 yang ku anggap bakal menjadi semester terakhir untuk perkuliahanku, Aku memiliki banyak waktu luang karena aku hanya tinggal menyelesaikan KKN dan menyusun skripsi (Itupun uda hampir kelar karena data2 skripsinya uda ada dan tinggal dimanipulasi, namun repotnya ya itu nanti minta persetujuan dosen dan revisi2 yang menjengkelkan pastinya dan bisa menghabiskan waktu cukup lama).
Sebelum tanggal 1 Feb, keseharianku cukup membosankan karena terlalu banyak waktu luang, mau memikirkan tentang KKN, tetapi aku masih galau mau KKN di mana, belum ada lokasi KKN yang asik menurutku sampai saat ini. Kebanyakan waktu luangku kuhabiskan untuk berkelana di kampus mencari info2 sputar KKN, hingga suatu waktu aku pergi ke ruangan dosen, bercerita2 dengan dosen dan terakhir sebelum pulang, aku membaca papan informasi yang ada di ruangan dosen, seketika mataku tertuju pada papan informasi yang terdapat selembaran brosur. Brosur tsb bertuliskan :
“Dicari 10 Mahasiswa/I yang berminat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa terpencil selama 3 bulan, dana semua ditanggung oleh kampus. Diperuntukkan bagi mahasiswa/I yang berada di semester 7 ke atas.
Kriteria : Memiliki jiwa pemberani, bisa hidup mandiri, menyukai kehidupan alam desa dan ingin pengalaman seru.
Hadiah : Bagi anda yang belum menyelesaikan KKN, maka KKN dianggap selesai sehubungan dengan kegiatan ini dan mendapatkan nilai A
Bagi anda yang sedang menyelesaikan skripsi, maka nilai Skripsi anda akan langsung mendapatkan nilai A.
Silahkan isi formulir yang dapat diambil di bagian kemahasiswaan, serahkan formulir tersebut ke rektorat paling lambat tanggal 30 Januari 2015. Bagi mahasiswa/I yang kami anggap cocok untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa ini, akan kami informasikan pada tanggal 1 Februari 2015.
Mahasiwa/I akan kami pilih dari berbagai jurusan agar dapat saling melengkapi dan membuat serangkaian program untuk pembangunan desa tersebut.
Untuk informasi lebih lanjut bisa langsung datang ke rektorat.”
Wahhhh !!! Setelah membaca brosur ini, akupun kaget dan cukup tertarik untuk mengikuti kegiatan ini. Langsung kutanyakan ke bagian kemahasiswaan di fakultasku tentang formulir ini dan apakah masih ada kuota kosong untuk kegiatan pembangunan desa ini atau tidak.
Saya : “Pak ! Itu brosur di papan informasi masih berlaku kan Pak? Kira2 masih ada slot kosong utk saya ikut serta gak ?”
Dosen Kemahasiswaan : “Oh brosur itu, setahu saya itu masih terbuka untuk semua mahasiswa di universitas ini. Penutupannya kan di akhir bulan Januari ini. Kenapa? Kamu minat utk ikut ?”
Saya : “Oh jelas minat lah Pak ! KKN dan Skripsi langsung kelar dan nilainya A loh !”
Dosen : “Hehehe iya nak, Bapak juga kaget baca brosur ini, kok bisa ya rektorat langsung izinkan KKN dan Skripsi langsung dapat nilai A.”
Saya : “Loh, memangnya kenapa Pak ? Tahun2 sebelumnya belum pernah ada informasi seperti ini?”
Dosen : “Belum pernah nak. Ini informasi terbaru dan perdana yang pernah Bapak dapatkan. Belum pernah ada kegiatan seperti ini selama bapak mengajar di sini. Ya uda kamu coba apply aja deh, siapa tau kamu bisa terpilih kan, itu untuk 10 orang kapasitasnya loh, coba aja kamu ajak temanmu biar gak bosan. Siapa tau bisa masuk kalian kan, tapi nanti kepastian siapa yang berhak ikut itu jg ditentuin dari rektorat dan kemungkinan kamu dan temanmu tidak bisa lolos barengan, tapi dicoba saja, paling enggak nanti kamu bakal dapat banyak teman baru loh. Nih formulirnya.”
Saya : “Makasih pak, paling enggak saya lolos dari KKN dan Skripsi yang menyusahkan ini Pak. Hehehehe.” (Ketawa cengengesan)
Setelah mendapatkan formulir dari dosen kemahasiswaan fakultasku, Aku langsung bikin group chat via BBM untuk beberapa teman2ku yang berjumlah 4 org termasuk aku yang tentunya masih belum KKN dan Skripsi.
Saya : “Woi, Bro ! Baca nech, Kalian ndak perlu KKN dan bikin skripsi oeeee ! Ikut program ini, seru cui ngabdi di desa, hidup di alam bebas, KKN dan skripsi lgsg kelar. Dana semua ditanggung kampus ! Ikut yok, untuk semua fakultas loh!”
Rudy : “Wew serius tuh? Keknya seru juga loh ! Lu ada formulirnya?”
Victor : “Wakakaka, klo KKN dan skripsi lgsg A , gue masuk cui. Kapan kasi gue form nya ?”
Benny : “Gue ikut apply deh klo kalian semua apply ! Ya moga” aja kepilih semua kita berempat!”
Saya : “Okay, form nya kalian jemput aja ama gua di kampus ya!”
Setelah menghubungi semua teman2 gua, gua pun atur waktu ketemu mreka dan ngasihin formulir untuk mereka isi.
Tepat pada tanggal 1 Februari 2015 pagi hari, HP kami masing2 pun berdering.
Saya : “Woiii brooo ! Gue dapat sms dari rektorat nech ! Gw kepilih untuk ikut loh ! Wakakka, kalian cam mana? Lolos ?”
Rudy : “Gue kagak lolos brooooo… Suram !!!”
Victor : “Lu gak lolos Rud ? Gue lolos nech wkawkakwa, mantap Don ! Bareng2 nikmatin alam desa kita, skalian cuci mata liat cewek2 desa wakwkawka ! Benny gimana?”
Benny : “Gue gak lolos cukkk~ Kok bisa yeee… Padahal pengen banget gue nikmatin alam desa, intinya sih sebenarnya kkn dan skripsi kelar wakwakka.”
Saya : “Sabar yee yang gak lolos wkwkwk, kalian ambil masa langkau aja, barangkali tahun depan ada lagi kegiatan beginian hehehe.”
Rudy : “Taikk lu… Ya uda info2 n cerita2 ye pengalaman xan disana gimana !”
Victor : “Pasti bro ! Eh Don, nanti siang kita ke rektorat bareng deh ya !”
Saya : “Sip bro !”
Siang harinya sehabis makan siang, gue dan Victor langsung menuju ke rektorat dengan mengendarai motor kami masing2. Selama perjalanan kami saling bercerita.
Saya : “Eh bro, bosan gak ya nanti selama di desa, 3 bulan loh. Entah ada pulang or enggak ?”
Victor : “Ya kagak tau, enak sih hidup mandiri dan bebas, tapi klo 3 bulan ndak pulang ya bosan jg, kecuali di desa itu adem dan bnyk hiburan, tapi gue rasa mana bakal byk hiburan, tv, game, inet pasti ga ada or klo pun ada pasti jelek sekali.”
Saya : “Iya juga sich, tapi biarlah, lumayan kan KKN dan Skripsi bisa kelar dalam 3 bulan bersamaan. Bersabar2 aja dah, tujuan kita kan itu. Hehehe”
Victor : “Yoi Bro. Kira-kira 8 peserta lagi cowo apa cewe ya, klo cowo semua bosan juga nech. Btw entah ada yang tipe gue or gak ya, pengennya sih klo ada yg cewe yg tipe gue, bisa pdkt-an sekalian hahaha.”
Saya : “Hehehe.. Lu mah mata keranjang wakwkawka.”
Ehem, sampai lupa ngasih tau ke para pembaca, Gue dan Victor punya kriteria tipe cewe kami masing-masing. Ya moga-moga aja ada yg sesuai tipe, jadi bisa aktivitas bareng sambilan PDKT. hehehe
Polling
0 suara
Bagusnya Cerita ini memiliki Alur Panjang atau pendek ? Bagaimana isi ceritanya?
Diubah oleh suwandilam 18-09-2019 21:40
symoel08 dan 17 lainnya memberi reputasi
12
1.7M
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
suwandilam
#675
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil – Part 39
Hompimpa pun dilakukan dan… yah gue keluarkan telapak tangan gue terbuka, sedangkan mereka berdua telapak tangannya tertutup ke bawah. Artinya gue kalah.. Shittt men…
Ah.. tapi uda ga heran kok kalo masalah beginian, entah kenapa gue selalu dapat jatah yang ga enaknya, tapi percayalah, semuanya akan indah pada waktunya
Akhirnya diputuskan kalo besok, Victor dan Aldi yang akan pergi ke rumah Pak Kades. Gue yang akan tinggal di rumah jagain Danu. Beberapa cewe akan keluar untuk kegiatan program kerja mereka.
Esok paginya…
“Woi Vic, Buruan balik yah, gak usah lama-lama di sana. Ceritain aja intinya yang ttg lemari cermin itu, ga usah ungkit yang lain-lain, terus cepat lgsg balik ya ! Gue agak susah klo ada apa-apa nih!” ucap Gue ke Victor dan Aldi yang akan siap-siap berangkat jalan kaki.
“Iya selow lah. Gw ga bakal lama, lagian itu Monica dan Amel keknya tinggal di rumah tuh. Terus ada Nadya juga tuh. Yang lain uda keluar yah?” balas Victor sambil nanya balik ke gue
“Keknya iya. Mereka entah ada penyuluhan apa gitu deh. Buruan ya.” Balas gue
“Ok.” Jawab Victor dan mereka berdua pun berangkat ke rumah pak Kades kira-kira jam 8 pagi ini.
Setelah Victor dan Aldi berangkat ke rumah pak Kades. Gue hanya ngabisin waktu gue duduk di teras depan rumah, baca buku yang gue bawa, main game di HP yang offline, waktu itu main Flappy Bird nih yang bikin kesel banget klo kejeduk kepala burungnya hahahaha ~
Sesekali gue masuk ke dalam rumah utk ke toilet sekalian liatin Danu. Ya syukurlah Danunya duduk tenang aja di ruang tengah, kagak ada tindakan aneh-aneh deh pokoknya. Cewe lainnya lagi beres-beres di dapur dan bersih-bersih.
“Eh Ko. Lu yang tinggal di rumah ya jagain kak Danu? Victor dan Aldi uda beli?” tanya Monica yang tiba-tiba nyamperin gue di teras depan rumah.
“Emm.. Iya nih. Kami kemarin hompimpa dan gue kalah, jadi gue yang tinggal di sini.” Jawab Gue agak kesel mengingat hompimpa kemarin.
“Oh ya? Hahaha. Lain kali jangan pakai undian gitu donk, gak hoki lu Ko. Haha. Eh geser dikit donk.” Ucap Monica lembut sambil ngejek gue.
Oia, di depan teras rumah ini ada tempat duduk dari kayu gitu sih. Ya panjangnya kira-kira muat untuk duduk tiga orang lah. Gue pun geser dan Monica duduk tepat di samping gue. Wah pokoknya nikmat deh masa-masa berdua begini. Wanginya, ngobrolnya asik banget. Apalagi alam di desa kan tenang, ga ada gangguan hehe… Palingan klo nginget kondisi rumah dan seramnya desa ini aja yang bikin gak enak.
Karena keasikan ngobrol, gue pun lupa waktu dan tiba-tiba Victor dan Aldi uda balik dari rumah pak Kades dan membawa semacam kain yang ukurannya lumayan gede juga.
“Ehmm … ehm….” Ucap Victor dari kejauhan saat melihat gue lagi duduk ama Monica
Wah kampret nih anak, mau cemeeh gue nih. Gue lgsg tegak dan nyamperin Victor.
“Eh Vic. Cepat juga lu balik yah. Lu bawa apaan tuh?” tanya Gue utk alihkan pembicaraan biar Monica ga begitu sadar
“Halaahhh. Cepet apaan… Gue uda kelaparan neh.. Uda mau jam 1 lu bilang cepat? Elo nya aja yang lupa waktu.” Balas Victor
Hmm.. iya juga yah. Maklumin yah. Kalo berduaan ama cewe yang cakep, emang terkadang waktu serasa berputar begitu cepat yah hahaa.
“Ahh.. Sorry-sorry, gue ga sadar. Trus itu kain buat apaan?!” tanya Gue
“Entahlah, tadi pak Kades kasi kain ini, katanya utk tutup lemari itu biar ga keliatan yang macem-macem gitu.” Jawab Victor sambil ngelemparin kain putih ini ke arah gue.
“Wew… kain apaan nih warna putih gede? Macam kain kafan aje. Lu gak tanya pak Kades kok mesti kain beginian yang dikasi?” tanya Gue
“Entah. Gue aja ga cek tdi itu kain apa, dikasi kek gitu, disuruh bawa pulang, gue aja baru tau klo mirip kain kafan warna putih gitu, soalnya tadi di sana kan ga dibuka lagi. Cuma liat kain putih gitu doank utk nutupin tuh lemari.” Balas Victor yang juga kaget ngelihat kain itu.
“Oia, terus nih ntar tempelin or letak di lemari itu kata pak Kades.” Ucap Victor sambil ngelemparin ke arah gue secarik kertas yang entah bertuliskan apa, tapi ya semacam jimat gitu lah klo gue lihat.
“Apa nih? Penangkalnya yah? Lu uda ceritain ke pak Kades masalah lemari ini smua?” tanya gue
“Uda. Pak Kades bilang jangan terlalu dipikirkan. Terus jangan terlalu ganggu lemari itu, tempelin aja tuh kertas di lemari itu, terus tutupin lemari itu pakai kain biar kalian gak terganggu. Katanya sih biar gak terbayang akan kejadian-kejadian kemarin.” Jelas Victor
“Terus masalah Aldi yang lihat ada 2 bayangan?” tanya Gue yang teringat lagi
“Lupain aja Don katanya. Pak Kades juga ga gitu jawab pertanyaan gue yang itu.” Balas Aldi
Ya udah deh. Karena hasil penjelasannya begitu, gue pun ga begitu penasaran lagi. Tapi mesti ya makan waktu ampe lebih kurang 4 jam di rumah pak Kades hanya bahas begituan ckckck
Kami bertiga akhirnya nempelin kertas itu di cermin yang ada di lemari itu. Terus kami tutupin deh dengan kain putih gede yang dikasi oleh pak Kades.
Hari pun menjelang sore. Sekitaran pukul 6, para rombongan cewe lain Angela, Feby dan Laras akhirnya balik dari kegiatan penyuluhan mereka.
“Eh. Sejak kapan lemari ini ditutupin kain putih?!” tanya Laras yang agak terkejut saat melewati ruang tengah.
“Biasa, tadi disuruh pak Kades tutupin pakai kain putih biar ga keliatan yang aneh-aneh.” Jawab Victor
Ya mudah-mudahan aja sih dengan ditutup begini jadi ga ada aneh-aneh lagi. Tapi yang jadi masalah, si Danu belum beres nih. Ini pak Kades juga belum ada kasi solusi ke Victor dan Aldi.
Setelah selesai makan malam kira-kira jam 8, gue, Victor dan Aldi duduk di kursi teras kami dan sambil ngebahas soal di tempat pak Kades tadi.
“Oe Vic, jadi apa solusi utk Danu yang bermasalah gini? Masa ga ada solusi dari pak Kades sama sekali?” tanya gue penasaran
“Hmmm… susah jelasinnya Don, kami uda ceritain masalah Danu ke Pak Kades. Tapi pak Kades bilang si Danu biasa aja tuh, mungkin orangnya memang begitu. Kalo yang kemarin suara yang di dengar Danu dari lemari itu, katanya di tutup aja pakai kain putih dan tempelin jimat tadi itulah.” Jelas Victor yang juga sepertinya pusing karena ga ketemu solusi utk Danu
“Terus menurut lo gimana Aldi? Ada efek ditutup pakai kain tuh?” tanya Gue ke Aldi yang biasanya dia lebih sensitif utk hal beginian
“Belum tau Don, harusnya ya ngefek, klo uda ditutup kan setidaknya cerminnya uda ga mantulin bayangan kita. Jadi ga liat macam-macam lagi. Kalo suara gue ga tau sih.” Jawab Aldi
Tak berapa lama kemudian, pemadaman listrik pun terjadi, ya biasalah uda pukul 9 malam.
Kami para cowo masih duduk di teras rumah sambil ngobrol ditemanin sinar rembulan dan angin sejuk.
“Eh… Itu Danu lagi nangis ya?” tanya Gue. Soalnya gue denger ada suara orang hikss huhuhu kayak gitulah dari arah dalam rumah. Suaranya sih samar samar gak jelas gitu, tapi pokoknya kayak suara orang sedih lagi nangis tersedu-sedu.
“Apaan? Entah, coba lu cek sana Don.” Jawab Victor yang kayaknya ga peduli
Gue pun masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar gue, sampai di kamar gue, gue lihat Danu lagi tidur sih, ga ada napa-napain. Terus suara tangisannya juga uda hilang.
Gue pun balik ke teras rumah lagi utk lanjutin ngobrolnya
“Huhuhu… hiksss…”
“Eh kan ada suara orang nangis lagi. Lu ga denger tuh dari dalam rumah?” tanya Gue yang denger suara tangisan sayup-sayup gitu.
“Mimpi lu Don? Cek lagi sono !” jawab Victor agak bingung
Gue balik ke kamar gue dan ngecek buat mastiin lagi. Loh memang Danu lagi tidur pulas tuh kayaknya. Ga ada suara apapun tiap kali gue masuk ke dalam rumah.
“Mon, lu ada denger suara orang nangis?” tanya gue ke Monica yang kamarnya deket dengan kamar kami.
“Ga ada Ko. Daritadi biasa aja tuh. Suara jangkrik doank ama suara daun pohon yang ketiup angin. Biasalah.” Jawab Monica yang agak heran dengan pertanyaan gue.
Hmm iya juga sih.. Kalo ada suara tangisan, pastinya para cewe yang di dalem rumah uda manggil kami lah. Tapi kayaknya ga ada apa-apa tuh.
Gue pun balik lagi ke teras depan rumah
“Huhuhuuuhuu… Hiksss…”
Astaagaaaaaa… suara tangisan ini, tiap kali gue ke teras rumah. Pasti ada denger suara tangisan. Ampun… Gue fokuskan pikiran utk ga peduliin suara tangisan ini dan lanjut bercerita dengan Victor ama Aldi.
“HUHUHUUUUU…. HIKSSS HIKSSSS….”
“HUHUHUHUHU….. HIKSSSS HIKSSSS HUHUHU ……”
Ampuuuuuuunnnn… Suara ini terngiang-ngiang di telinga gue terus. Gue berusaha ngomong lebih keras dari biasanya biar suara tangisan ini hilang, tapi semakin keras gue ngomong utk ngilangin suara itu, semakin keras pula suara tangisan itu…
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…. Ampunnnn…” jerit gue dalam otak gue. Ini suara terus terdengar di telinga gue…
“Don… Oe Don… Lu kenape pake teriak-teriak gitu ngomongnya?” tanya Victor yang agak kaget melihat suara gue makin keras.
“Santai ui.. Gue ga budek kale..” tambah Victor lagi.
Hompimpa pun dilakukan dan… yah gue keluarkan telapak tangan gue terbuka, sedangkan mereka berdua telapak tangannya tertutup ke bawah. Artinya gue kalah.. Shittt men…
Ah.. tapi uda ga heran kok kalo masalah beginian, entah kenapa gue selalu dapat jatah yang ga enaknya, tapi percayalah, semuanya akan indah pada waktunya

Akhirnya diputuskan kalo besok, Victor dan Aldi yang akan pergi ke rumah Pak Kades. Gue yang akan tinggal di rumah jagain Danu. Beberapa cewe akan keluar untuk kegiatan program kerja mereka.
Esok paginya…
“Woi Vic, Buruan balik yah, gak usah lama-lama di sana. Ceritain aja intinya yang ttg lemari cermin itu, ga usah ungkit yang lain-lain, terus cepat lgsg balik ya ! Gue agak susah klo ada apa-apa nih!” ucap Gue ke Victor dan Aldi yang akan siap-siap berangkat jalan kaki.
“Iya selow lah. Gw ga bakal lama, lagian itu Monica dan Amel keknya tinggal di rumah tuh. Terus ada Nadya juga tuh. Yang lain uda keluar yah?” balas Victor sambil nanya balik ke gue
“Keknya iya. Mereka entah ada penyuluhan apa gitu deh. Buruan ya.” Balas gue
“Ok.” Jawab Victor dan mereka berdua pun berangkat ke rumah pak Kades kira-kira jam 8 pagi ini.
Setelah Victor dan Aldi berangkat ke rumah pak Kades. Gue hanya ngabisin waktu gue duduk di teras depan rumah, baca buku yang gue bawa, main game di HP yang offline, waktu itu main Flappy Bird nih yang bikin kesel banget klo kejeduk kepala burungnya hahahaha ~
Sesekali gue masuk ke dalam rumah utk ke toilet sekalian liatin Danu. Ya syukurlah Danunya duduk tenang aja di ruang tengah, kagak ada tindakan aneh-aneh deh pokoknya. Cewe lainnya lagi beres-beres di dapur dan bersih-bersih.
“Eh Ko. Lu yang tinggal di rumah ya jagain kak Danu? Victor dan Aldi uda beli?” tanya Monica yang tiba-tiba nyamperin gue di teras depan rumah.
“Emm.. Iya nih. Kami kemarin hompimpa dan gue kalah, jadi gue yang tinggal di sini.” Jawab Gue agak kesel mengingat hompimpa kemarin.
“Oh ya? Hahaha. Lain kali jangan pakai undian gitu donk, gak hoki lu Ko. Haha. Eh geser dikit donk.” Ucap Monica lembut sambil ngejek gue.
Oia, di depan teras rumah ini ada tempat duduk dari kayu gitu sih. Ya panjangnya kira-kira muat untuk duduk tiga orang lah. Gue pun geser dan Monica duduk tepat di samping gue. Wah pokoknya nikmat deh masa-masa berdua begini. Wanginya, ngobrolnya asik banget. Apalagi alam di desa kan tenang, ga ada gangguan hehe… Palingan klo nginget kondisi rumah dan seramnya desa ini aja yang bikin gak enak.
Karena keasikan ngobrol, gue pun lupa waktu dan tiba-tiba Victor dan Aldi uda balik dari rumah pak Kades dan membawa semacam kain yang ukurannya lumayan gede juga.
“Ehmm … ehm….” Ucap Victor dari kejauhan saat melihat gue lagi duduk ama Monica
Wah kampret nih anak, mau cemeeh gue nih. Gue lgsg tegak dan nyamperin Victor.
“Eh Vic. Cepat juga lu balik yah. Lu bawa apaan tuh?” tanya Gue utk alihkan pembicaraan biar Monica ga begitu sadar
“Halaahhh. Cepet apaan… Gue uda kelaparan neh.. Uda mau jam 1 lu bilang cepat? Elo nya aja yang lupa waktu.” Balas Victor
Hmm.. iya juga yah. Maklumin yah. Kalo berduaan ama cewe yang cakep, emang terkadang waktu serasa berputar begitu cepat yah hahaa.
“Ahh.. Sorry-sorry, gue ga sadar. Trus itu kain buat apaan?!” tanya Gue
“Entahlah, tadi pak Kades kasi kain ini, katanya utk tutup lemari itu biar ga keliatan yang macem-macem gitu.” Jawab Victor sambil ngelemparin kain putih ini ke arah gue.
“Wew… kain apaan nih warna putih gede? Macam kain kafan aje. Lu gak tanya pak Kades kok mesti kain beginian yang dikasi?” tanya Gue
“Entah. Gue aja ga cek tdi itu kain apa, dikasi kek gitu, disuruh bawa pulang, gue aja baru tau klo mirip kain kafan warna putih gitu, soalnya tadi di sana kan ga dibuka lagi. Cuma liat kain putih gitu doank utk nutupin tuh lemari.” Balas Victor yang juga kaget ngelihat kain itu.
“Oia, terus nih ntar tempelin or letak di lemari itu kata pak Kades.” Ucap Victor sambil ngelemparin ke arah gue secarik kertas yang entah bertuliskan apa, tapi ya semacam jimat gitu lah klo gue lihat.
“Apa nih? Penangkalnya yah? Lu uda ceritain ke pak Kades masalah lemari ini smua?” tanya gue
“Uda. Pak Kades bilang jangan terlalu dipikirkan. Terus jangan terlalu ganggu lemari itu, tempelin aja tuh kertas di lemari itu, terus tutupin lemari itu pakai kain biar kalian gak terganggu. Katanya sih biar gak terbayang akan kejadian-kejadian kemarin.” Jelas Victor
“Terus masalah Aldi yang lihat ada 2 bayangan?” tanya Gue yang teringat lagi
“Lupain aja Don katanya. Pak Kades juga ga gitu jawab pertanyaan gue yang itu.” Balas Aldi
Ya udah deh. Karena hasil penjelasannya begitu, gue pun ga begitu penasaran lagi. Tapi mesti ya makan waktu ampe lebih kurang 4 jam di rumah pak Kades hanya bahas begituan ckckck
Kami bertiga akhirnya nempelin kertas itu di cermin yang ada di lemari itu. Terus kami tutupin deh dengan kain putih gede yang dikasi oleh pak Kades.
Hari pun menjelang sore. Sekitaran pukul 6, para rombongan cewe lain Angela, Feby dan Laras akhirnya balik dari kegiatan penyuluhan mereka.
“Eh. Sejak kapan lemari ini ditutupin kain putih?!” tanya Laras yang agak terkejut saat melewati ruang tengah.
“Biasa, tadi disuruh pak Kades tutupin pakai kain putih biar ga keliatan yang aneh-aneh.” Jawab Victor
Ya mudah-mudahan aja sih dengan ditutup begini jadi ga ada aneh-aneh lagi. Tapi yang jadi masalah, si Danu belum beres nih. Ini pak Kades juga belum ada kasi solusi ke Victor dan Aldi.
Setelah selesai makan malam kira-kira jam 8, gue, Victor dan Aldi duduk di kursi teras kami dan sambil ngebahas soal di tempat pak Kades tadi.
“Oe Vic, jadi apa solusi utk Danu yang bermasalah gini? Masa ga ada solusi dari pak Kades sama sekali?” tanya gue penasaran
“Hmmm… susah jelasinnya Don, kami uda ceritain masalah Danu ke Pak Kades. Tapi pak Kades bilang si Danu biasa aja tuh, mungkin orangnya memang begitu. Kalo yang kemarin suara yang di dengar Danu dari lemari itu, katanya di tutup aja pakai kain putih dan tempelin jimat tadi itulah.” Jelas Victor yang juga sepertinya pusing karena ga ketemu solusi utk Danu
“Terus menurut lo gimana Aldi? Ada efek ditutup pakai kain tuh?” tanya Gue ke Aldi yang biasanya dia lebih sensitif utk hal beginian
“Belum tau Don, harusnya ya ngefek, klo uda ditutup kan setidaknya cerminnya uda ga mantulin bayangan kita. Jadi ga liat macam-macam lagi. Kalo suara gue ga tau sih.” Jawab Aldi
Tak berapa lama kemudian, pemadaman listrik pun terjadi, ya biasalah uda pukul 9 malam.
Kami para cowo masih duduk di teras rumah sambil ngobrol ditemanin sinar rembulan dan angin sejuk.
“Eh… Itu Danu lagi nangis ya?” tanya Gue. Soalnya gue denger ada suara orang hikss huhuhu kayak gitulah dari arah dalam rumah. Suaranya sih samar samar gak jelas gitu, tapi pokoknya kayak suara orang sedih lagi nangis tersedu-sedu.
“Apaan? Entah, coba lu cek sana Don.” Jawab Victor yang kayaknya ga peduli
Gue pun masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar gue, sampai di kamar gue, gue lihat Danu lagi tidur sih, ga ada napa-napain. Terus suara tangisannya juga uda hilang.
Gue pun balik ke teras rumah lagi utk lanjutin ngobrolnya
“Huhuhu… hiksss…”
“Eh kan ada suara orang nangis lagi. Lu ga denger tuh dari dalam rumah?” tanya Gue yang denger suara tangisan sayup-sayup gitu.
“Mimpi lu Don? Cek lagi sono !” jawab Victor agak bingung
Gue balik ke kamar gue dan ngecek buat mastiin lagi. Loh memang Danu lagi tidur pulas tuh kayaknya. Ga ada suara apapun tiap kali gue masuk ke dalam rumah.
“Mon, lu ada denger suara orang nangis?” tanya gue ke Monica yang kamarnya deket dengan kamar kami.
“Ga ada Ko. Daritadi biasa aja tuh. Suara jangkrik doank ama suara daun pohon yang ketiup angin. Biasalah.” Jawab Monica yang agak heran dengan pertanyaan gue.
Hmm iya juga sih.. Kalo ada suara tangisan, pastinya para cewe yang di dalem rumah uda manggil kami lah. Tapi kayaknya ga ada apa-apa tuh.
Gue pun balik lagi ke teras depan rumah
“Huhuhuuuhuu… Hiksss…”
Astaagaaaaaa… suara tangisan ini, tiap kali gue ke teras rumah. Pasti ada denger suara tangisan. Ampun… Gue fokuskan pikiran utk ga peduliin suara tangisan ini dan lanjut bercerita dengan Victor ama Aldi.
“HUHUHUUUUU…. HIKSSS HIKSSSS….”
“HUHUHUHUHU….. HIKSSSS HIKSSSS HUHUHU ……”
Ampuuuuuuunnnn… Suara ini terngiang-ngiang di telinga gue terus. Gue berusaha ngomong lebih keras dari biasanya biar suara tangisan ini hilang, tapi semakin keras gue ngomong utk ngilangin suara itu, semakin keras pula suara tangisan itu…
“Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…. Ampunnnn…” jerit gue dalam otak gue. Ini suara terus terdengar di telinga gue…
“Don… Oe Don… Lu kenape pake teriak-teriak gitu ngomongnya?” tanya Victor yang agak kaget melihat suara gue makin keras.
“Santai ui.. Gue ga budek kale..” tambah Victor lagi.
piaupiaupiau dan jenggalasunyi memberi reputasi
2