Sirkuit Baku di Azerbaijan, yang akan menjadi tuan rumah GP Eropa, akan memberikan pengalaman baru kepada semua pebalap F1. Inilah kali pertama, balapan Formula 1, akan dimainkan di sirkuit tersebut. Usaha pemerintah Azerbaijan untuk mensukseskan pergelaran ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi mereka.

Sirkuit Baku sendiri, adalah tempat yang masih asing bagi semua pebalap F1. Selaian baru digunakan pertama kali, model sirkuit jalanan ini belum diketahui titik-titk mana saja yang akan menyulitkan dan membuat balapan F1 akan berlangsung seru dan menegangkan.

Azerbaijan, negara yang selama ini menjadi salah satu kantong minyak dunia mendapatkan hasil melimpah ruah dari emas hitam itu. Namun negeri pecahan Uni Sovyet yang kini tumbuh pesat itu belum dikenal masyarakat dunia. Turisme menjadi sesuatu yang masih langka di sana, sehingga Formula 1 dianggap sebagai sarana yang tepat untuk mempromosikannya.

“Tujuan utama adalah untuk mempromosikan kota kami dari titik yang berbeda: dari sudut pandang wisata, investasi,” kata panitia balapan Aria Rahimov, yang juga putra dari Menteri Olahraga Azerbaijan. “Ini adalah kesempatan besar untuk melakukannya.”

Balapan di Baku adalah tren modern untuk memperluas kalender, kebijakan yang dijelaskan oleh anggota dewan F1 Sir Martin Sorrell di situs resmi olahraga sebagai mengejar “pasar cepat pertumbuhan”. Ada banyak investasi di ajang F1. Untuk satu balapan saja diperkirakan terdapat kebutuhan hingga 40 juta dolar AS atau sekitar £ 28.3 juta pounsterling (sekitar 535 miliar rupiah) per race.



Dalam pengamatan Sir Martin, anggota dewan F1, sisi promosi itu memang sangat menggiurkan. “Jika Anda menjalankan sebuah negara dan ingin meletakkannya di peta global, Anda tidak memiliki begitu banyak pilihan.”

Sementara Bos F1 Bernie Ecclestone sempat memperhatikan isu seputar pemerintah Azerbaijan yang dituduh otoriter dan pelanggaran hak asasi manusia. Fakta itu membuat nominasi Azerbaijan sempat dipertanyakan.

“Saya pikir semua orang tampaknya menjadi bahagia,” katanya ketika tahun 2015 tentang keprihatinan dari orang-orang seperti Human Rights Watch dan Amnesty International di Azerbaijan. “Sepertinya tidak akan ada masalah besar di sana.”

Orang bisa berdebat sepanjang hari tentang hak dan kesalahan yang melilitkan olahraga dengan politik, tapi F1 jauh dari olahraga yang hanya untuk membuat penilaian dan pertanyaan tentang di mana tempat yang tepat untuk menjadi tuan rumah acara tersebut. Mereka semua sadar, pada akhirnya uang yang akan menentukan.

Terlepas dari hiruk pikuk di luar arena, Sirkuit Baku menjanjikan sebuah balapan yang fantastis. Trek diletakkan di pinggir laut dari ibu kota negeri itu, dan mobil akan melesat melewati banyak landmark, termasuk Government House, yang dibangun ketika negara itu menjadi bagian dari Uni Soviet.

Bagian yang paling menggugah dan menjanjikan pertarungan seru akan di tikungan Delapan, Sembilan dan 10, di mana trek menyempit secara dramatis melelewat tembok kota tua dan abad ke-12 Maiden Tower. Tembok itu dilindungi pagar pada akhir pekan nanti gar aman dari tabrakan yang bisa saja terjadi di sana.

Banyak dari bagian pertama dari lap 3,7 mil (6,3 km) terdiri dari sudut siku-siku; setelah melwati sudut siku tersebut pebalap akan dihadapkan pada trek lurus yang memungkinkan mereka melaju hingga 300 km/jam.

Trek lurus panjang, ini menjadi bagian tercepat yang menandai akhir lap. Di sinilah terdapat kemungkinan bagi Rio Haryanto dengan MRT05 melaju kencang untuk mengejar lawan-lawannya. Di sisi tersebut mobil bermesin Mercedes, akan memperlihatkan dominasinya atas mobil Red Bull dan Ferrari yang sepertinya akan berjuang untuk menjadi terbaik yang kedua.

Mengingat tak ada pebalap F1 yang pernah menjajal sirkuit ini, maka bisa dikatakan mereka semua adalah rookie yang masih buta sirkuit ini dan menjadikan balapan akan menarik. Rio Haryanto pun masih memiliki kans untuk bersaing!!!

sumber: http://salamolahraga.com/2016/06/15/...-rio-haryanto/