“You have stolen my....
You have stolen my....
You have stolen my....
You have stolen my heart....
I watch you spin around in your highest heels
You are the best one, of the best ones
We all look like we feel
You have stolen my
You have stolen my
You have stolen my
You have stolen my heart........”
Alunan lagu milik Dashboard Confessional berjudul Stolen gue pilih untuk menemani gue di kamar gue. Lagu ini terasa pas untuk kondisi gue sekarang, yaitu gue merasakan yang namanya jatuh cinta kembali. Jatuh cinta kepada seseorang perempuan yang cukup lama gue kenal, seseorang perempuan yang sangat mencintai novelnya, seseorang yang sangat mengerti tentang kondisi kondisi gue. Dia adalah Salsa.
Perlahan lahan gue mulai yakin bahwa salsa adalah orang yang tepat untuk menemani gue menjalani hidup gue sekarang. Dia nampak berbeda. Dia bisa meyakinkan gue tentang suatu hal bernama jatuh cinta dan meyakinkan gue bahwa dial ah orang yang tepat untuk gue.
Handphone gue tiba tiba mulai berbunyi. Kemudian gue mencoba mencari keberadaan handphone gue dan mengangkat telfon yang berasal dari Salsa.
“kamu di kosan kann?”
“iyaa, kenapa?”
“nanti malem temenin aku yuk”
“kemanaa?”
“temen aku ngadain acara ulang tahun,aku udah ngomong ke dia kalo ngajak kamu”
“okay, nanti malem aku jemput ya?”
“iyaa,dadaah!”
*****
Gue mulai mengganti baju gue, menyemprotkan parfum di sekitar leher, dan memakai sepatu yang pas untuk acara ini. Setelah semua sudah beres, gue lekas menuju mobil gue untuk menjemput salsa di kosnya.
Beberapa saat kemudian gue pun sudah sampai di depn kosnya. Gue hanya menunggu sebentar sebelum pada akhirnya salsa keluar dengan tampilan yang sangat berbeda dari biasanya.
“gimana?”
Gue tersenyum dan mengacungkan jempol kanan gue kepadanya. Penampilan salsa di malam hari ini adalah penampilan yang paling cantik dari dirinya. Tanpa menunggu lama, gue langsung mempersilahkan salsa masuk ke dalam mobil dan melajukan mobil ini menuju tempat tujuan kami.
Perjalanan kali ini sangat gue nikmati. Sambil diiringi canda tawa kami dan suara musik yang mengalun di mobil ini membuat perjalanan kali ini terasa sangat cepat. Gue menoleh ke arah salsa yang terlihat sedang sibuk memandangi pemandangan malam kota bandung. Aroma parfum milik salsa pun terasa sangat harum dan sangat menusuk di indra penciuman gue. Entah kenapa, gue seperti kembali merasakan jatuh cinta tanpa ada alasan khusus untuk menjelaskannya.
Acara malam kali ini memang terasa sangat mewah ketika gue bersama salsa sudah sampai di tujuan kami, yaitu sebuah hotel berbintang lima di kota ini. Gue memarkirkan mobil di salah satu sudut parkiran hotel dan langsung menggengam tangan salsa ketika kami keluar untuk menuju ballroom hotel.
“kamu kenapaa?”
Gue menarik nafas gue perlahan. Kemudian gue mencoba untuk tersenyum dan menggenggam tangan salsa dengan makin erat.
“nggakpapa kok”
“gugup ya?”
“dikit sih.. aku ngga kenal sama temen temen kamu soalnya”
“hahaha tumben banget orang kayak kamu bisa gugup, yaudah yukk kita ngga lama kok disininya”
gue mengangguk dan kami langsung berjalan menuju ke arah teman salsa yang sedang berulang tahun. Setelah mengucapkan selamat, gue pun memutuskan untuk menuju suatu meja makan sambil menunggu salsa yang masih asik mengobrol dengan teman temannya.
Gue terlarut dalam cocktail yang disediakan di dalam acara ini.
“ronii?”
Gue menoleh ke arah kanan gue lalu gue menemukan sosok bela yang sedang berdiri sambil memegang cocktail yang sama dengan gue.
“ngapain lo ron?”
“nungguin temen aja bel, duduk dulu sini temenin gue”
Bela mengangguk dan menarik kursi yang berada di depan gue. Kemudian kami berdua kembali terdiam dan hanya berupaya untuk menghabiskan minuman minuman kami.
“lo ngapain disini bel?”
“ini kan ultah junior gue ron, harusnya gue yang heran kali kok ada lo disini hahaha”
“gue nemenin temen gue bel,dia lagi ke arah situ ngobrol sama temen temennya” ucap gue sambil menunjuk ke arah salsa.
“yang pake dress item?”
“iyaa, itu temen gue”
“alusan lo kali? Apa jangan jangan cewek itu alasan lo sama edyta putus ya?”
Gue menggeleng. Beberapa saat kemudian gue menarik tangan bela untuk meminta dia menemani gue keluar dari hotel ini.
“mau kemana ron?”
“temenin gue ngerokok,sekalian gue mau cerita temen gue itu”
Bela mengangguk dan kami langsung berjalan keluar dari hotel ini. 5 menit kemudian, gue sudah berada diluar bersama bela sambil asik menyulut rokok yang gue punya.
“bagi ron” ucap bela dan langsung mengambil sebatang rokok gue
“lo mau ngomong apa?”
“cewek yang pake dress item itu junior gue pas sma bel, gue ketauan jalan sama dia pas gue masih jadian sama edyta”
“terus?”
“nah edyta ga ada disini kan?gue ngga enak sama edyta bel”
Bela menepuk pundak gue perlahan.menghisap rokoknya dalam dalam dan lagsunng menghembuskan asapnya keluar.
“ngga ada kok ron,tenang aja”
“tapi itu cewek lo?”
“belom jadian bel,masih bingung gue hahaha”
“kenapa?apalagi yang lo bingungin?”
“nggatau bel”
“ah capek gue ngomong sama cowok kayak gini nih, pantes lo diputusin sama edyta” ucapnya sambil tertawa lepas
“gue emang temen edyta ron, gue sempet kesel sih awalnya pas tau kalo lo pernah selingkuhin edyta sama si cewek itu,tapi sekarang kan edyta bukan siapa siapa lo lagi. Jadi ya kalo lo sayang mending lo tembak aja”
“lo sama dia juga pasti ada hubungan kan pas lo dulu sma?”
Gue terdiam sambil memperhatikan rokok yang mulai terbakar dengan sendirinya. Mungkin kata orang tentang perempuan seperti detektif ada benarnya juga dan gue membuktikannya di situasi ini.
“hmmm… cuman sebatas deket aja sih dulu”
“yaudah tunggu apalagi?daripada lo jadian sama cewek lain tapi pikiran lo masih ke salsa kayak kasus lo sama edyta?”
Dering handphone gue pun berbunyi tanda ada telfon masuk. Kemudian gue mencoba untuk merogoh handphone gue di saku dan melihat bahwa salsa yang sedang menelfon gue.
“kamu dimana?”
“lagi diluar nih”
“ooh yaudah jangan lama lama ya,bentar lagi acaranya selesai soalnya”
Tak lama kemudian salsa pun mematikan telefon secara sepihak. Setelah mengobrol ngobrol sejenak bersama bela, gue dan bela memutuskan untuk masuk ke dalam hotel kembali dikarenakan acara yang sudah ingin selesai.
Setelah bertemu dengan salsa, kami akhirnya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dikarenakan salsa yang sudah mulai terliat lelah akibat acara ini.
Gue menggengam tangan salsa erat menuju parkiran mobil.
“yuk masuk mobil dulu” ucap gue sambil memeluk pinggang salsa sementara tangan gue yang lain mencoba untuk membukakan pintu penumpang.
Beberapa saat kemudian,gue sudah berada di dalam mobil dan memandangi wajah salsa yang sangat lelah, lalu gue mulai menyalakan mesin mobil dan melajukan mobil gue menuju kosannya.
Gue mulai menyalakan lagu lagu yang lebih slow untuk menemani dia tertidur dan menyelimuti tubuhnya dengan jaket yang selalu berada di mobil gue. Jalanan malam bandung pun sekana akan mengerti tentang kondisi kami dan gue hanya membutuhkan waktu yang sebentar untuk sampai di depan kosnya.
“sal bangunn…” ucap gue sambil mengusap pipinya
Salsa kemudian membuka kedua matanya dengan perlahan sambil menatap gue dengan keheranan. Wajahnya yang masih lugu dan lucu membuat kesan semakin cantik di mata gue.
“udah sampe ya?”
“iyaa.. pulang langsung istirahat ya kamu”
“yaudah aku masuk dulu ya ron. Makasih udah mau nemenin aku malem ini ya”
“eeh bentar….” Gue menahan lengannya, memaksa dia untuk tetap berada di dalam.
“kenapa?”
“a-akuuu”
“kamu kenapa?”
Gue menatap wajahnya,mengusap punggung tangannnya dengan lembut dan mulai mencoba untuk tersenyum demi mengurangi rasa gugup di dalam diri gue.
“I love you very much,probably more than anybody could love another person,sal.”
Salsa terdiam, menatap gue dalam dalam dan bibirnya pun memberikan senyuman yang sangat indah di malam hari ini.
“would you be mine?”
Tanpa menjawab ucapan gue barusan,salsa langsung mendekati gue dan memeluk gue dengan sangat erat. Kemudian gue mencoba untuk membalas pelukannya dan aroma parfum yang ia pakai pun semakin membuat gue menikmati momen ini.
“yes, I wanna be yours ron”
“I love you. Not like they told you love is, and I didn’t know this either, but love don’t make things nice, it ruins everything. It breaks your heart. It makes things a mess. We aren’t here to make things perfect. The snowflakes are perfect. The stars are perfect. Not us. Not us! We are here to ruin ourselves and to break our hearts and love the wrong people and die. The storybooks are bullshit. – Ronny, Moonstruck”