- Beranda
- Sejarah & Xenology
Khalid ibn Al-Walid, the Sword of God
...
TS
plonard
Khalid ibn Al-Walid, the Sword of God
Semua yang saya tulis pada posting #1 sampai posting #10 adalah terjemahan bebas dari artikel Khalid ibn Al-Walid di en.wikipedia.org Oktober 2012. Saya tambahkan juga sedikit daftar istilah untuk membantu Agan-agan yang belum terlalu memahami istilah militer dan geografis di zaman bersangkutan hidup. Jika ada ketikan saya dengan format "[angka]", kode ini adalah nomor footnote atau catatan kaki. Contoh: [1] dan [25].
Semoga bermanfaat.
Khalid ibn Al-Walid
Indeks
Posting #1 sampai Posting #10 akan berisi garis besar kehidupan Khalid. Berikut ini adalah indeks yang bisa langsung diklik untuk memudahkan Agan-agan mengakses posting-posting tentang kehidupan Khalid yang lebih detail.
Posting #32 Pertempuran Walaja tahun 633 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #45 Pengepungan Damaskus tahun 635 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #69 Pertempuran Yarmuk tahun 636 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #95 Ucapan-ucapan tentang Khalid ibn Al-Walid
Posting #97 Bibliografi Buku The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleedkarya A.I. Akram
Posting #97 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 1: Sang Anak Lelaki
Posting #100 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 2: Agama Baru (Bagian I)
Posting #103 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 2: Agama Baru (Bagian II)
Posting #105 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian I)
Posting #107 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian II)
Posting #109 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian III)
Posting #120 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian IV)
Posting #123 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian V)
Posting #146 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian VI)
Posting #147 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian VII)
Posting #161 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian I)
Posting #162 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian II)
Posting #165 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian III)
Posting #174 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian IV)
Posting #175 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 5: Masuk Islamnya Khalid
Posting #187 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 6: Mu’tah dan Pedang Allah
Posting #191 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian I)
Posting #193 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian II)
Posting #194 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 8: Pertempuran Hunayn (Bagian I)
Posting #195 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 8: Pertempuran Hunayn (Bagian II)
Posting #198 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 9: Pengepungan Tha'if
Posting #201 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 10: Petualangan di Dawmatul Jandal
Posting #204 Bagian II: Perang Riddah - Bab 11: Badai yang Berkumpul (Bagian I)
Posting #208 Bagian II: Perang Riddah - Bab 11: Badai yang Berkumpul (Bagian II)
Posting #213 Bagian II: Perang Riddah - Bab 12: Abu Bakr Menyerang (Bagian I)
Posting #214 Bagian II: Perang Riddah - Bab 12: Abu Bakr Menyerang (Bagian II)
Posting #215 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian I)
Posting #218 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian II)
Posting #220 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian III)
Posting #222 Bagian II: Perang Riddah - Bab 14: Pemimpin-pemimpin Pendusta (Bagian I)
Posting #224 Bagian II: Perang Riddah - Bab 14: Pemimpin-pemimpin Pendusta (Bagian II)
Posting #226 Bagian II: Perang Riddah - Bab 15: Akhir Hayat Malik bin Nuwayrah
Posting #229 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian I)
Posting #235 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian II)
Posting #239 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian III)
Posting #242 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian IV)
Posting Nomor Depan > Bagian II: Perang Riddah - Bab 17: Tumbangnya Gerakan Murtad (Bagian I)
Daftar Istilah Penting
Al-Hirah
Arabia
Bizantin
Double Envelopment
Garda Gerak Cepat (Mobile Guard)
Garnisun
Ghassan
Imperium
Kavaleri
Kekhalifahan
Khalifah
Levant
Mesopotamia
Negara Vasal
Persia-Sassanid
Romawi
Syam
Garis Besar Biografi
Khālid ibn al-Walīd (Bahasa Arab: خالد بن الوليد; 592–642) juga dikenal sebagai Sayfullāh Al-Maslūl(Pedang Allah yang Terhunus), adalah seorang sahabat Muhammad, Nabi Islam. Ia terkenal karena kecakapan dan taktik militernya, menjadi komandan pasukan Madinah di bawah kepemimpinan Muhammad dan pasukan-pasukan penerusnya, Kekhalifahan Ar-Rasyidun; Abu Bakr dan Umar ibn Khattab.[1] Di bawah kepemimpinan militernya, Arab bersatu di bawah sebuah entitas politik untuk pertama kali dalam sejarah, Kekhalifahan. Ia memenangkan lebih dari seratus pertempuran, melawan pasukan-pasukan Imperium (Kekaisaran) Romawi-Bizantin, Imperium (Kekisraan) Persia-Sassanid, dan sekutu-sekutu mereka, ditambah lagi beberapa suku Arab lainnya. Prestasi strategisnya antara lain penaklukan Arab, Mesopotamia milik Persia, dan Syam milik Romawi, dalam beberapa tahun sejak 632 sampai 636. Ia juga dikenang karena kemenangan pentingnya di Yamamah, Ullays, dan Firaz, serta kesuksesan taktisnya di Walaja dan Yarmuk.[2]
Khalid ibn Al-Walid (Khalid anak Al-Walid, secara harfiah berarti Khalid anak Si yang Baru Lahir) berasal dari Suku Quraysh dari Makkah, dari sebuah klan yang pada awalnya menentang Muhammad. Ia memainkan peran vital dalam kemenangan Makkah saat Pertempuran Uhud. Ia masuk Islam dan bergabung dengan Muhammad setelah Perjanjian Hudaybiyyah, serta berpartisipasi dalam sejumlah ekspedisi militer dengannya, seperti Pertempuran Mu’tah. Setelah wafatnya Muhammad, ia memainkan peran kunci dalam komando Pasukan Madinah pimpinan Abu Bakr pada Perang Ridda, menaklukkan Arab tengah dan menundukkan suku-suku Arab. Ia merebut Kerajaan Al-Hirah yang merupakan negara vasal Persia-Sassanid, dan mengalahkan pasukan-pasukan Persia-Sassanid selama proses penaklukan Iraq (Mesopotamia). Ia lalu ditransfer ke front pertempuran di barat untuk merebut Syam milik Romawi dan Kerajaan Ghassan, negara vasal Romawi. Meskipun Umar kemudian melepas jabatan Khalid dari komando tertinggi, ia tetaplah pimpinan sebenarnya dari kesatuan tempur melawan Bizantin selama fase-fase awal Perang Bizantin-Arab.[1] Di bawah komandonya, Damaskus direbut tahun 634 dan kemenangan kunci Arab atas Bizantin diraih dalam Pertempuran Yarmuk (636),[1] yang membuka jalan dalam proses penaklukan Syam (Levant). Tahun 638, pada puncak karirnya, ia diberhentikan dari ketentaraan.
(bersambung)...
Semoga bermanfaat.
Khalid ibn Al-Walid
Indeks
Posting #1 sampai Posting #10 akan berisi garis besar kehidupan Khalid. Berikut ini adalah indeks yang bisa langsung diklik untuk memudahkan Agan-agan mengakses posting-posting tentang kehidupan Khalid yang lebih detail.
Posting #32 Pertempuran Walaja tahun 633 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #45 Pengepungan Damaskus tahun 635 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #69 Pertempuran Yarmuk tahun 636 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #95 Ucapan-ucapan tentang Khalid ibn Al-Walid
Posting #97 Bibliografi Buku The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleedkarya A.I. Akram
Posting #97 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 1: Sang Anak Lelaki
Posting #100 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 2: Agama Baru (Bagian I)
Posting #103 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 2: Agama Baru (Bagian II)
Posting #105 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian I)
Posting #107 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian II)
Posting #109 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian III)
Posting #120 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian IV)
Posting #123 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian V)
Posting #146 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian VI)
Posting #147 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian VII)
Posting #161 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian I)
Posting #162 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian II)
Posting #165 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian III)
Posting #174 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian IV)
Posting #175 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 5: Masuk Islamnya Khalid
Posting #187 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 6: Mu’tah dan Pedang Allah
Posting #191 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian I)
Posting #193 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian II)
Posting #194 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 8: Pertempuran Hunayn (Bagian I)
Posting #195 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 8: Pertempuran Hunayn (Bagian II)
Posting #198 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 9: Pengepungan Tha'if
Posting #201 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 10: Petualangan di Dawmatul Jandal
Posting #204 Bagian II: Perang Riddah - Bab 11: Badai yang Berkumpul (Bagian I)
Posting #208 Bagian II: Perang Riddah - Bab 11: Badai yang Berkumpul (Bagian II)
Posting #213 Bagian II: Perang Riddah - Bab 12: Abu Bakr Menyerang (Bagian I)
Posting #214 Bagian II: Perang Riddah - Bab 12: Abu Bakr Menyerang (Bagian II)
Posting #215 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian I)
Posting #218 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian II)
Posting #220 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian III)
Posting #222 Bagian II: Perang Riddah - Bab 14: Pemimpin-pemimpin Pendusta (Bagian I)
Posting #224 Bagian II: Perang Riddah - Bab 14: Pemimpin-pemimpin Pendusta (Bagian II)
Posting #226 Bagian II: Perang Riddah - Bab 15: Akhir Hayat Malik bin Nuwayrah
Posting #229 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian I)
Posting #235 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian II)
Posting #239 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian III)
Posting #242 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian IV)
Posting Nomor Depan > Bagian II: Perang Riddah - Bab 17: Tumbangnya Gerakan Murtad (Bagian I)
Daftar Istilah Penting
Al-Hirah
Kerajaan yang berlokasi di Iraq Modern (Mesopotamia), negara vasal Imperium Persia-Sassanid, dengan mayoritas warga adalah orang Arab dari suku Bani Lakhm.
Arabia
Wilayah yang terbentang dari Syam dan Mesopotamia sampai Jazirah Arab, dihuni oleh mayoritas orang Arab serta minoritas orang Israel, Eropa (Romawi), Persia, dan Ethiopia.
Bizantin
Imperium superpowerlanjutan dari Romawi, sering juga dikenal sebagai Imperium Romawi Timur. Bizantin beribukota di Konstantinopel (Istanbul Modern) dan menjadi satu-satunya penerus Romawi sejak dihancurkannya Imperium Romawi Barat (beribukota di Roma) pada Abad ke-4. Warga negaranya menganggap mereka adalah warga Romawi dan warga negara lain di masa itu pun memanggil mereka sebagai orang-orang Romawi. Di masa Khalid, wilayah kekuasaan mereka membentang dari daerah Balkan di Eropa, sebagian Libya dan Mesir di Eropa, serta Jazirah Turki, Armenia, dan Levant (Syam) di Asia.
Double Envelopment
Sebuah manuver lapangan dalam pertempuran di mana sebuah pasukan berupaya untuk melingkupi musuh sehingga dapat menyerangnya dari segala arah. Biasanya, pertempuran akan dimulai dalam garis pembeda yang jelas antara dua pasukan yang bertempur. Dengan memanfaatkan kondisi maupun penggunaan taktik tertentu, pasukan musuh dapat diserang dari samping dan belakang. Contoh penggunaan taktik ini ada pada Pertempuran Cannae dan Pertempuran Walaja.
Garda Gerak Cepat (Mobile Guard)
Kavaleri ringan pasukan Muslim awal, dibangun oleh Khalid ibn Al-Walid dengan tujuan menjadi penyeimbang kelemahan infantri Muslim yang berbaju baja ringan. Gerakannya cepat, menerapkan taktik hit and run, efektif melawan kavaleri berat, dan sering menjadi garda depan pendahulu pasukan utama. Khalid dipecat saat menjabat sebagai komandan garda khusus ini. Penggantinya adalah Dhirar ibn Azwar.
Garnisun
Pasukan yang berkedudukan atau memiliki tempat pertahanan yang tetap, misalnya dalam benteng atau sebuah kota.
Ghassan
Kerajaan yang berlokasi di Syam Selatan, negara vasal Imperium Bizantin. Mayoritas warga negaranya adalah orang Arab beragama Kristen dari suku Bani Ghassan.
Imperium
Sebuah negara yang terdiri atas sekelompok bangsa, memiliki sebuah wilayah geografi yang luas, dipimpin oleh seorang kaisar atau sekelompok elit.
Kavaleri
Secara harfiah berarti pasukan berkuda, namun dalam prakteknya di masa kuno, unta dan gajah juga digunakan. Dalam peperangan modern, pasukan berkendara lapis baja maupun bukan juga termasuk dalam kavaleri. Di masa Khalid, kavaleri Bizantin dan Persia merupakan kavaleri berat, memakai baju besi tebal (termasuk kudanya) dan menutupi hampir seluruh tubuh. Kavaleri Muslim awal merupakan kavaleri ringan, berbaju baja dan bersenjata ringan.
Kekhalifahan
Sebuah sistem pemerintahan berbasis Islam yang menunjukkan kesatuan politik ummat Islam. Sistem ini dapat berupa sistem musyawarah perwakilan ataupun monarki konstitusional, dengan konstitusinya berupa Syariah. Karena dalam kekhalifahan ada kesatuan ummat, kekhalifahan selalu melingkupi banyak bangsa sehingga bisa dikategorikan sebagai bentuk Imperium.
Khalifah
Kepala negara dan pemerintahan sistem negara kekhalifahan, dapat dipilih oleh khalifah sebelumnya, ditunjuk oleh komite terpilih, dipilih langsung oleh rakyat, atau diturunkan pada keluarga khalifah sebelumnya.
Levant
Disebut juga Syam, daerah yang meliputi pantai timur Laut Mediterania, antara Anatolia (Jazirah Turki Modern) dan Mesir. Daerah ini meliputi wilayah-wilayah negara modern: Suriah, Lebanon, Yordania, Palestina (Otoritas maupun yang dijajah oleh Israel), Siprus, Provinsi Hatay (Turki Tenggara) dan sebagian wilayah Iraq-Jazirah Sinai.
Mesopotamia
Daerah yang meliputi daerah aliran Sungai Tigris dan Eufrat, yaitu wilayah-wilayah modern: Iraq, sedikit daerah timur laut Suriah, sebagian Turki Tenggara, dan sebagian kecil barat daya Iran.
Negara Vasal
Negara yang tunduk kepada entitas politik lain yang lebih besar dan biasanya lebih kuat, tetapi diberi otoritas untuk mengurus negaranya sendiri.
Persia-Sassanid
Imperium superpowerdi Asia Barat pada Abad ke-4 sampai Abad ke-7, juga disebut oleh warga negaranya sendiri sebagai Ērānshahr atau Ērān, berdiri tahun 224 dan diruntuhkan oleh Kekhalifahan Islam pada tahun 651. Saat Khalid hidup, imperium ini menguasai wilayah modern Iran, sebagian Asia Tengah dan barat laut India, serta sebagian pantai timur dan selatan Jazirah Arab.
Romawi
Lihat Bizantin.
Syam
Lihat Levant.
Garis Besar Biografi
Khālid ibn al-Walīd (Bahasa Arab: خالد بن الوليد; 592–642) juga dikenal sebagai Sayfullāh Al-Maslūl(Pedang Allah yang Terhunus), adalah seorang sahabat Muhammad, Nabi Islam. Ia terkenal karena kecakapan dan taktik militernya, menjadi komandan pasukan Madinah di bawah kepemimpinan Muhammad dan pasukan-pasukan penerusnya, Kekhalifahan Ar-Rasyidun; Abu Bakr dan Umar ibn Khattab.[1] Di bawah kepemimpinan militernya, Arab bersatu di bawah sebuah entitas politik untuk pertama kali dalam sejarah, Kekhalifahan. Ia memenangkan lebih dari seratus pertempuran, melawan pasukan-pasukan Imperium (Kekaisaran) Romawi-Bizantin, Imperium (Kekisraan) Persia-Sassanid, dan sekutu-sekutu mereka, ditambah lagi beberapa suku Arab lainnya. Prestasi strategisnya antara lain penaklukan Arab, Mesopotamia milik Persia, dan Syam milik Romawi, dalam beberapa tahun sejak 632 sampai 636. Ia juga dikenang karena kemenangan pentingnya di Yamamah, Ullays, dan Firaz, serta kesuksesan taktisnya di Walaja dan Yarmuk.[2]
Khalid ibn Al-Walid (Khalid anak Al-Walid, secara harfiah berarti Khalid anak Si yang Baru Lahir) berasal dari Suku Quraysh dari Makkah, dari sebuah klan yang pada awalnya menentang Muhammad. Ia memainkan peran vital dalam kemenangan Makkah saat Pertempuran Uhud. Ia masuk Islam dan bergabung dengan Muhammad setelah Perjanjian Hudaybiyyah, serta berpartisipasi dalam sejumlah ekspedisi militer dengannya, seperti Pertempuran Mu’tah. Setelah wafatnya Muhammad, ia memainkan peran kunci dalam komando Pasukan Madinah pimpinan Abu Bakr pada Perang Ridda, menaklukkan Arab tengah dan menundukkan suku-suku Arab. Ia merebut Kerajaan Al-Hirah yang merupakan negara vasal Persia-Sassanid, dan mengalahkan pasukan-pasukan Persia-Sassanid selama proses penaklukan Iraq (Mesopotamia). Ia lalu ditransfer ke front pertempuran di barat untuk merebut Syam milik Romawi dan Kerajaan Ghassan, negara vasal Romawi. Meskipun Umar kemudian melepas jabatan Khalid dari komando tertinggi, ia tetaplah pimpinan sebenarnya dari kesatuan tempur melawan Bizantin selama fase-fase awal Perang Bizantin-Arab.[1] Di bawah komandonya, Damaskus direbut tahun 634 dan kemenangan kunci Arab atas Bizantin diraih dalam Pertempuran Yarmuk (636),[1] yang membuka jalan dalam proses penaklukan Syam (Levant). Tahun 638, pada puncak karirnya, ia diberhentikan dari ketentaraan.
(bersambung)...
Diubah oleh plonard 16-08-2016 13:52
0
76.4K
287
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
6.5KThread•11.5KAnggota
Tampilkan semua post
TS
plonard
#203
Terjemahan dari bahasa asli, Bahasa Inggris. Ebook dapat diakses di:
The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed
Bab 10: Petualangan di Dawmatul Jandal
(Halaman 1)
Pada tahun kesembilan hijrah (9 H-pent), hanya ada satu operasi militer besar yang dilakukan oleh Pasukan Muslim, yaitu Ekspedisi Tabuk yang dipimpin langsung oleh nabi. Ekspedisi ini justru menjadi ekspedisi damai; tetapi sedamai apapun tugas yang diemban sahabat-sahabat lainnya, Khalid selalu bisa menemukan petualangannya yang penuh dengan aksi militer.
Pada musim panas tahun 630 M yang panjang, tibalah laporan di Madinah bahwa Romawi mengonsentrasikan pasukan besarnya di Syam dan garis depan pasukan besar ini sudah memasuki Yordania. Heraklius, Kaisar Bizantin, saat itu berada di Emessa.
Pada pertengahan Oktober 630 M, nabi memerintahkan Pasukan Muslim untuk bersiap menghadapi perang menghadapi Romawi. Tujuan dari ekspedisi tidak hanya untuk memerangi Romawi yang sebenarnya bisa saja dilakukan saat cuaca membaik. Nabi juga bermaksud untuk menguji keimanan Muslimin dengan memerintahkan mereka untuk menempuh perjalanan panjang di tengah teriknya musim panas. Dalam kondisi ini, hanya mereka yang benar-benar beriman menjawab perintah.
Dan mereka yang beriman benar-benar menyambut seruan ini. Mayoritas Muslimin menerima perintah ini dengan semangat dan memulai persiapan untuk berekspedisi; tetapi sebagian kecil menolak perintah ini. Oktober pada tahun itu lebih panas daripada biasanya. Kesejukan di bawah bayangan pohon kurma sangat menggoda Muslimin. Tidak ada yang lebih nyaman selain beristirahat di bawahnya sampai musim panas usai. Kaum munafik seperti biasa menghalang-halangi Muslimin untuk pergi; dalam kesempatan ini, bahkan sejumlah kecil orang beriman pun bimbang.
Di akhir Oktober 630 M (pertengahan Rajab 9 H), Pasukan Muslim berangkat ke Tabuk. Pasukan ini adalah pasukan terbesar yang pernah terkumpul di bawah bendera kepemimpinan nabi. Mereka terdiri dari pasukan Madinah, Makkah, dan kebanyakan suku-suku yang telah ber-Islam. Satu sumber menyebutkan bahwa pasukan ini berkekuatan 30.000 orang, termasuk 10.000 kavaleri, tetapi kemungkinan perkiraan ini terlalu berlebihan.
Sesampainya mereka di Tabuk, Pasukan Muslim menerima kabar bahwa elemen garis depan Romawi yang awalnya berada di Yordania, telah mundur ke Damaskus. Mereka pun tidak perlu untuk pergi lebih jauh. Tetapi nabi memutuskan untuk menaklukkan suku-suku yang tinggal di sekitar Tabuk dan memasukkan mereka dalam kontrol politik Islam. Lokasi-lokasi penting di daerah tersebut adalah ‘Ayla (di dekat ‘Aqabah modern), Jarba, Azruh, dan Maqna, semuanya terbentang disepanjang Teluk ‘Aqabah (Lihat Peta 1 atau 2 di akhir buku.). Perjanjian-perjanjian dibuat dengan suku-suku ini dan mereka sepakat untuk membayar jizyah.[1]
Satu lagi daerah penting yang diinginkan nabi agar ditaklukkan ada di lokasi yang sedikit jauh dari Tabul. Daerah tersebut adalah Dawmatul Jandal (Al-Jawf modern) yang dipimpin oleh Ukaydar bin Abdul Malik, seorang pangeran Kristen dari Suku Kindah yang terkenal dengan hobinya berburu. Untuk menaklukkan daerah ini, nabi mengirim Khalid dan 400 orang berkuda dengan instruksi untuk menangkap Ukaydar. “Kamu mungkin akan menemukannya berburu banteng liar,” kata nabi.[2]
Khalid tiba di benteng Kota Dawmatul Jandal pada malam hari dengan terang bulan purnama November 630 M (pertengahan Sya’ban 9 H). Sesaat setelah ia menyusun pasukannya di pinggiran perkampungan Dawmatul Jandal, gerbang benteng terbuka dan Ukaydar keluar berkuda bersama sejumlah rekannya untuk berburu di malam hari, dan terang bulan sangat menjanjikan perburuan yang menarik.
Khalid mengajak sekelompok kecil pasukannya berlari mengejar kelompok pemburu. Ketika Khalid menjatuhkan Ukaydar dari kudanya, pasukannya yang lain meladeni perlawanan rekan-rekan Ukaydar. Saudara laki-laki Ukaydar bernama Hassaan melawan keras dan terbunuh; tetapi sisanya kabur kembali ke dalam benteng dan mereka mengunci gerbangnya.
Khalid pun pulang ke Tabuk dengan tawanan pentingnya. Ukaydar akhirnya menandatangani perjanjian dengan nabi, menebus dirinya sendiri dengan harga mahal, dan bersedia untuk membayar jizyah.
Catatan Kaki Halaman 1
[1] Pajak yang dikenakan pada warga non-Muslim sebagai pengganti dari tidak wajibnya mereka dalam kegiatan militer dan sebagai jaminan keamanan bagi mereka dalam Negara Muslim.
[2] Ibnu Hisyam: Vol. 2, hlm. 526.
____________________________________________________________________________
(Halaman 2)
Segera setelah kejadian ini, Pasukan Muslim meninggalkan Tabuk dan pulang ke Madinah. Mereka tiba di Madinah pada bulan Desember 630 M, cuaca sudah jauh membaik dan lebih nyaman.
Setelah Ekspedisi Tabuk, tidak ada aktivitas militer penting yang terjadi di sisa masa kehidupan nabi. Delegasi-delegasi berdatangan dari seluruh penjuru Arabia. Mereka menyatakan bay’at mereka pada nabi, menerima Islam, dan setuju untuk membayar sejumlah pajak yang ditentukan. Nabi terus sibuk dengan tugas-tugas kenegaraan, mengonsolidasi perkembangan Islam, dan membangun pondasi-pondasi negara baru ini. Sejumlah ekspedisi militer kecil dikirim ke beberapa lokasi di Arab. Misi yang diberikan kepada mereka adalah mengajak suku-suku Arab kepada Islam. Jika ajakan ini dijawab dengan perlawanan militer dari suku bersangkutan, mereka akan diperangi dan ditaklukkan.
Pada bulan Juli 631 M (Rabi’ul Akhir 10 H), nabi mengirim sebuah ekspedisi militer di bawah komando Khalid ke Bani Haritsah bin Ka’b di Najran, utara Yaman. Instruksi kepada Khalid adalah, “Ajaklah mereka untuk masuk Islam tiga kali. Jika mereka menerima, jangan perangi mereka. Jika mereka menolak, perangi mereka.”[1] Pasukan Khalid berjumlah 400 prajurit berkuda.
Khalid tiba di Najran dan bertemu dengan Bani Haritsah bin Ka’b. Ia mengajak mereka untuk masuk Islam dan mereka menerima ajakannya. Tidak ada darah yang tertumpah. Khalid tinggal di kampung tersebut selama beberapa bulan, mengajari mereka tentang Islam; dan ketika ia merasa mereka telah menjadi Muslim yang baik, Khalid menulis surat kepada nabi, menginformasikan kondisi terakhir. Nabi mengirim surat berisi apresiasi kepada Khalid dan memerintahkannya untuk pulang ke Madinah dengan membawa serta sekelompok delegasi dari Bani Haritsah bin Ka’b. Khalid dan delegasi ini tiba di Madinah pada Januari 632 M (Syawwal 10 H). Nabi menyambut mereka dengan sebaik-baiknya sebagaimana beliau menyambut delegasi lain. Pasal-pasal bay’at dijelaskan kepada mereka, seorang pemimpin ditunjuk bagi suku tersebut, dan delegasi ini pun pulang ke Najran.
Ekspedisi ini merupakan ekspedisi Khalid yang terakhir di masa nabi masih hidup. [2]
Catatan Kaki Halaman 2
[1] Ibnu Hisyam: Vol. 2, hlm. 592.
[2] Tentang pendapat terkait ekspedisi-ekspedisi lainnya yang kemungkinan juga dipimpin oleh Khalid, lihat di Catatan 2 dalam Lampiran B.
--Akhir dari Bab 10--
The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed
Bab 10: Petualangan di Dawmatul Jandal
(Halaman 1)
“… Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya, Ia adalah Maha Penerima tawbat.” [Al-Qur’an, 110:2-3]
Pada tahun kesembilan hijrah (9 H-pent), hanya ada satu operasi militer besar yang dilakukan oleh Pasukan Muslim, yaitu Ekspedisi Tabuk yang dipimpin langsung oleh nabi. Ekspedisi ini justru menjadi ekspedisi damai; tetapi sedamai apapun tugas yang diemban sahabat-sahabat lainnya, Khalid selalu bisa menemukan petualangannya yang penuh dengan aksi militer.
Pada musim panas tahun 630 M yang panjang, tibalah laporan di Madinah bahwa Romawi mengonsentrasikan pasukan besarnya di Syam dan garis depan pasukan besar ini sudah memasuki Yordania. Heraklius, Kaisar Bizantin, saat itu berada di Emessa.
Pada pertengahan Oktober 630 M, nabi memerintahkan Pasukan Muslim untuk bersiap menghadapi perang menghadapi Romawi. Tujuan dari ekspedisi tidak hanya untuk memerangi Romawi yang sebenarnya bisa saja dilakukan saat cuaca membaik. Nabi juga bermaksud untuk menguji keimanan Muslimin dengan memerintahkan mereka untuk menempuh perjalanan panjang di tengah teriknya musim panas. Dalam kondisi ini, hanya mereka yang benar-benar beriman menjawab perintah.
Dan mereka yang beriman benar-benar menyambut seruan ini. Mayoritas Muslimin menerima perintah ini dengan semangat dan memulai persiapan untuk berekspedisi; tetapi sebagian kecil menolak perintah ini. Oktober pada tahun itu lebih panas daripada biasanya. Kesejukan di bawah bayangan pohon kurma sangat menggoda Muslimin. Tidak ada yang lebih nyaman selain beristirahat di bawahnya sampai musim panas usai. Kaum munafik seperti biasa menghalang-halangi Muslimin untuk pergi; dalam kesempatan ini, bahkan sejumlah kecil orang beriman pun bimbang.
Di akhir Oktober 630 M (pertengahan Rajab 9 H), Pasukan Muslim berangkat ke Tabuk. Pasukan ini adalah pasukan terbesar yang pernah terkumpul di bawah bendera kepemimpinan nabi. Mereka terdiri dari pasukan Madinah, Makkah, dan kebanyakan suku-suku yang telah ber-Islam. Satu sumber menyebutkan bahwa pasukan ini berkekuatan 30.000 orang, termasuk 10.000 kavaleri, tetapi kemungkinan perkiraan ini terlalu berlebihan.
Sesampainya mereka di Tabuk, Pasukan Muslim menerima kabar bahwa elemen garis depan Romawi yang awalnya berada di Yordania, telah mundur ke Damaskus. Mereka pun tidak perlu untuk pergi lebih jauh. Tetapi nabi memutuskan untuk menaklukkan suku-suku yang tinggal di sekitar Tabuk dan memasukkan mereka dalam kontrol politik Islam. Lokasi-lokasi penting di daerah tersebut adalah ‘Ayla (di dekat ‘Aqabah modern), Jarba, Azruh, dan Maqna, semuanya terbentang disepanjang Teluk ‘Aqabah (Lihat Peta 1 atau 2 di akhir buku.). Perjanjian-perjanjian dibuat dengan suku-suku ini dan mereka sepakat untuk membayar jizyah.[1]
Satu lagi daerah penting yang diinginkan nabi agar ditaklukkan ada di lokasi yang sedikit jauh dari Tabul. Daerah tersebut adalah Dawmatul Jandal (Al-Jawf modern) yang dipimpin oleh Ukaydar bin Abdul Malik, seorang pangeran Kristen dari Suku Kindah yang terkenal dengan hobinya berburu. Untuk menaklukkan daerah ini, nabi mengirim Khalid dan 400 orang berkuda dengan instruksi untuk menangkap Ukaydar. “Kamu mungkin akan menemukannya berburu banteng liar,” kata nabi.[2]
Khalid tiba di benteng Kota Dawmatul Jandal pada malam hari dengan terang bulan purnama November 630 M (pertengahan Sya’ban 9 H). Sesaat setelah ia menyusun pasukannya di pinggiran perkampungan Dawmatul Jandal, gerbang benteng terbuka dan Ukaydar keluar berkuda bersama sejumlah rekannya untuk berburu di malam hari, dan terang bulan sangat menjanjikan perburuan yang menarik.
Khalid mengajak sekelompok kecil pasukannya berlari mengejar kelompok pemburu. Ketika Khalid menjatuhkan Ukaydar dari kudanya, pasukannya yang lain meladeni perlawanan rekan-rekan Ukaydar. Saudara laki-laki Ukaydar bernama Hassaan melawan keras dan terbunuh; tetapi sisanya kabur kembali ke dalam benteng dan mereka mengunci gerbangnya.
Khalid pun pulang ke Tabuk dengan tawanan pentingnya. Ukaydar akhirnya menandatangani perjanjian dengan nabi, menebus dirinya sendiri dengan harga mahal, dan bersedia untuk membayar jizyah.
Catatan Kaki Halaman 1
[1] Pajak yang dikenakan pada warga non-Muslim sebagai pengganti dari tidak wajibnya mereka dalam kegiatan militer dan sebagai jaminan keamanan bagi mereka dalam Negara Muslim.
[2] Ibnu Hisyam: Vol. 2, hlm. 526.
____________________________________________________________________________
(Halaman 2)
Segera setelah kejadian ini, Pasukan Muslim meninggalkan Tabuk dan pulang ke Madinah. Mereka tiba di Madinah pada bulan Desember 630 M, cuaca sudah jauh membaik dan lebih nyaman.
Setelah Ekspedisi Tabuk, tidak ada aktivitas militer penting yang terjadi di sisa masa kehidupan nabi. Delegasi-delegasi berdatangan dari seluruh penjuru Arabia. Mereka menyatakan bay’at mereka pada nabi, menerima Islam, dan setuju untuk membayar sejumlah pajak yang ditentukan. Nabi terus sibuk dengan tugas-tugas kenegaraan, mengonsolidasi perkembangan Islam, dan membangun pondasi-pondasi negara baru ini. Sejumlah ekspedisi militer kecil dikirim ke beberapa lokasi di Arab. Misi yang diberikan kepada mereka adalah mengajak suku-suku Arab kepada Islam. Jika ajakan ini dijawab dengan perlawanan militer dari suku bersangkutan, mereka akan diperangi dan ditaklukkan.
Pada bulan Juli 631 M (Rabi’ul Akhir 10 H), nabi mengirim sebuah ekspedisi militer di bawah komando Khalid ke Bani Haritsah bin Ka’b di Najran, utara Yaman. Instruksi kepada Khalid adalah, “Ajaklah mereka untuk masuk Islam tiga kali. Jika mereka menerima, jangan perangi mereka. Jika mereka menolak, perangi mereka.”[1] Pasukan Khalid berjumlah 400 prajurit berkuda.
Khalid tiba di Najran dan bertemu dengan Bani Haritsah bin Ka’b. Ia mengajak mereka untuk masuk Islam dan mereka menerima ajakannya. Tidak ada darah yang tertumpah. Khalid tinggal di kampung tersebut selama beberapa bulan, mengajari mereka tentang Islam; dan ketika ia merasa mereka telah menjadi Muslim yang baik, Khalid menulis surat kepada nabi, menginformasikan kondisi terakhir. Nabi mengirim surat berisi apresiasi kepada Khalid dan memerintahkannya untuk pulang ke Madinah dengan membawa serta sekelompok delegasi dari Bani Haritsah bin Ka’b. Khalid dan delegasi ini tiba di Madinah pada Januari 632 M (Syawwal 10 H). Nabi menyambut mereka dengan sebaik-baiknya sebagaimana beliau menyambut delegasi lain. Pasal-pasal bay’at dijelaskan kepada mereka, seorang pemimpin ditunjuk bagi suku tersebut, dan delegasi ini pun pulang ke Najran.
Ekspedisi ini merupakan ekspedisi Khalid yang terakhir di masa nabi masih hidup. [2]
Catatan Kaki Halaman 2
[1] Ibnu Hisyam: Vol. 2, hlm. 592.
[2] Tentang pendapat terkait ekspedisi-ekspedisi lainnya yang kemungkinan juga dipimpin oleh Khalid, lihat di Catatan 2 dalam Lampiran B.
--Akhir dari Bab 10--
Diubah oleh plonard 16-06-2016 14:11
0