izinkan ane menyalurkan kisah ane dalam forum ini. sebelumnya ane gak berani untuk posting tapi setelah lama jadi SR di forum ini ane beranikan diri ane untuk membagi sebagian kisah hidup ane sampe saat ini.
cerita ini pengalaman hidup ane, daerah asal ane di Lahat, Sumatera Selatan sampe akhirnya ane terdampar di Sumatera Utara
Semoga dapat menghibur, walaupun ane bukan pria penghibur.
maaf isi masih berantakan, ntar ane rapihin sambil ane posting lanjutan ceritanya
cerita ini ane bikin dalam 3 bahasa:
1. bahasa palembang
2. bahasa lahat
3. bahasa indonesia
jadi untuk memudahkan saat membaca, ane akan tebalin dialog yang pake bahasa indonesia sementara yang pake bahasa palembang atau lahat akan ane ketik seperti biasa.
Hope you guys enjoy my story
Spoiler for Question - Answer:
Q: apakah cerita ini asli pengalaman pribadi agan?
A: iya gan, 90% asli pengalaman ane, 10% fiksi hanya ditambahkan agar cerita lebih menarik
Q: time line cerita ini gimana gan?
A: cerita berjalan sejak tahun 1988 sampai 2016. modenya fast forward dan sedikit flashback. namun tetap akan bersangkutan dengan chapter lain
Q: karakter disini benar-benar nyata? dan apakah menggunakan nama asli?
A: semua karakter di kisah ane adalah orang yang sebenarnya. mereka benar-benar ada dan mengalami semua kisah yang ane tulis disini. untuk nama asli mereka juga, namun ane ambil nama tengah atau nama akhirnya. misal namanya Zeta Independence jadi ane ambil nama tengahnya, jadilah nama pangilannya TAI. Ta dari Zeta dan I dari Independence.
Q: agan ganteng?
A: kata emak ane sih iya, tapi kata bini ane sih enggak
Q: ada jadwal rutin update?
A: karena kesibukan kerjaan, ane usahakan update setiap senin. pada hari sabtu dan minggu baru bisa sempet ane ngetiknya
Spoiler for CHAPTER 21 AKU MASIH BELAJAR JADI ORANG BAIK:
Setelah libur lebaran, ane kembali ke Palembang dengan menggunakan sepeda motor. Andi dan ririn sudah kembali ke bandung dan malang, membuat ane harus terjun lagi dengan kehidupan kuliah ane bersama kingkong dan orang utan. Yup, nde dan wawan. Kami bertemu lagi di asrama, wawan ke asrama menggunakan mobilnya, Honda Civic. Baru kali ini ane ngeliat dia membawa mobil itu, katanya motor supra butut yang biasa dia pakai lagi rusak, dan terpaksa dia menggunakan mobilnya untuk ketemu dengan ane. Sebenernya itu adalah hal yang dia benci, memperlihatkan kalo dia adalah orang berduit. Sedangkan nde dateng ke asrama menggunakan motor Suzuki crystal peninggalan ayahnya.
Kami bercerita tentang liburan kami sambil makan kue ringan bawaan wawan. Dia bercerita kalo dia dipanggil oom oleh orang yang lebih tua darinya. Karena dia anak bungsu dari 9 bersaudara dan selisih umurnya yang sangat jauh dari kakaknya yang tertua. Bahkan dia sudah menjadi kakek pada umur 19 tahun karena itu.
Nde bercerita selama libur puasa dan lebaran dia kerja sambilan. Jadi tukang ojek, tukang parkir dan sebagainya. Demi baju baru adik-adiknya dan uang tambahan untuk membeli daging saat lebaran. Dalam hati ane benar-benar merasa salut dengan kondisinya. Ane yang masih punya papa tapi kayak udah gak punya, hidup udah kacau kayak gini. Sedangkan dia yang sudah ditinggal oleh ayahnya sejak kecil, malah menjadi anak yang benar-benar mandiri.
“kopi kito abis ye? (kopi kita abis ya?)”kata nde kembali dari dapur asrama
“caknyo tu, aku jugo nyari tadi sebelum kamu dateng tapi dak ketemu (kayaknya tuh, aku juga nyari tadi sebelum kalian dateng tapi gak ketemu)” kata ane
“wai amen ado gorengan lebih mantap ni (wah kalo ada gorengan lebih mantep ni)” kata wawan menyalakan rokoknya
“tinggal sebatang pulo, aku beli kopi samo gorengannyo ye (tinggal sebatang pula, aku beli kopi sama gorengannya yah)” kata wawan lagi
“bial aku be yang pegi mbelinyo, bi pinjem motol (biar aku aja yang pergi buat beli, bi pinjem motor)” kata nde
“aku melok be lah, lagipulo saro kau megang barang sebanyak itu (aku ikut aja lah, lagian repot kau megang-megang barang sebanyak itu)” kata ane
“jadi aku ditinggal ye? Aku masak banyu be buat kopi amen cak itu. Jangan lamo-lamo trus jangan lupo rokok aku ye (jadi aku tinggal ni? Aku ngerebus air buat kopi lah kalo kayak itu. Jangan lama-lama trus jangan lupa rokokku okeh?)” kata wawan
“siap bos…!!!” kata ane dan nde berbarengan
Kami pergi ke warung di dekat asrama, namun masih tutup karena lebaran. Sehingga kami pergi agak jauh ke arah Talang Banten, di dekat Universitas Muhamadiyah Palembang. Lagian disana ada gerobak penjual gorengan langganan kami. Setelah membeli gorengan, ane dan nde mampir ke warung untuk membeli kopi, gula dan rokok titipan wawan. Nde masuk ke dalam warung sedangkan ane menunggu di motor, sambil makan gorengan. Dan ane gak menyangka bahwa gorengan ini adalah sumber pengalaman baru ane. Bahkan bisa dijadikan sinteron dengan judul Bakwan Membawa Petaka, atau Gorengan Yang Tertukar atau Tukang Gorengan Naek Haji, atau yang paling populer mah GGS alias Gorengan Gorengan Saya.
Saat ane lagi makan bakwan pake cabe rawit, ane membuang ranting sisa cabe rawitnya dan membuangnya ke pinggir jalan. Gak sengaja, ranting itu memantul dan mengenai kaki seorang remaja tanggung seumuran ane. Dengan tindik di telinga kanannya, tato lambang dewa di lengan atas kirinya. Dia tampak gak suka dan mendeketin ane. Anjir ane kena masalah nih
“woi kalo makan jangan sembarangan” bentaknya
“oh maaf kak, dak sengajo (oh maaf kak, gak sengaja)” kata ane tetep sambil ngunyah bakwan
“nah melawan ye, sini kau…!!!(nah melawan ya, sini kau..!!!)” tangannya menjulur hendak mengambil bakwan di tangan ane. Ane yang gak rela bakwan nikmat ini dia ambil langsung menepis tangannya.
“nah nyari masalah kau ni…!!!” dia mulai ambil ancang-ancang mau memukul ane. Ane yang udah membaca gerakannya langsung berdiri dan mengambil kamae kempo ane yang udah lama gak ane pake
PLAAAAKKK….!!!!
Ane lihat ada tangan disebelah ane menangkap pukulan orang itu. Itu adalah tangan nde, cuma dengan satu tangan. Tangan yang satunya sedang memegang kantong plastik isi belanjaan kami.
“soli jok, kau nyali balak dengan wong yang salah (sori bro, kau nyari masalah dengan orang yang salah)” kata nde dengan muka sangarnya. Dia tampak tidak senang dengan apa yang hendak dilakukan oleh orang itu terhadap ane
“jadi kamu berani kroyokan e…??? pala, kutunggu kamu di lapangan seberang. Mangko kito selesaike (jadi kalian berani kroyokan ya…??? Oke kutunggu kalian di lapangan seberang. Biar kita selesaikan)” kata remaja tadi sambil pergi.
“feeew, kito balek be lah nde. Dak usah nyari masalah (feeew, kita balik aja lah nde. Gak usah nyari masalah)” kata ane. Ane emang malas ngadepin orang-orang seperti mereka
“dak do, kito maen-mane be dulu. Kau hubungi wawan. Caknyo kito butuh bantuan. Pleman dusunu cak itu dak bakal belani maen dewekan. Pasti ngajak kawan (enggak, kita main-main aja dulu. Kau hubungi wawan. Kayaknya kita butuh bantuan. Preman kampung kayak gitu gak akan berani maen sendiri. Pasti ngajak kawan)” kata nde
“dari mano kau tau? (dari mana kamu tau?)” kata ane melihat nde dengan heran
“cayo be, pokoknyo aku tau (percayalah, pokoknya aku tau)” kata nde
“lagipulo aku jingok kudo-kudo kau, aku tau kau pacak beladiri yang dak sembalangan. (lagian dari kuda-kudamu, aku tau kamu bisa bela diri yang gak sembarangan)” tambah nde sambil terkekeh
Kempo yang dulu ane pelajari adalah kempo ajaran lama. Kenapa disebut ajaran lama karena teknik yang diajarkan adalah teknik yang berbeda, bukan teknik yang indah seperti Pencak Silat, atau tendangan yang menawan seperti Tae Kwon Do atau kombinasi pukulan yang rapi seperti Karate. Teknik yang diajarkan bukan untuk membela diri, melainkan teknik untuk melumpuhkan orang dengan merusak beberapa titik vital seperti leher, ulu hati dan paru-paru. Selain itu ada teknik untuk mematahkan tulang tangan, atau membuat otot kaki seseorang menjadi putus sehingga orang itu tidak mampu berdiri. Ini alasan kenapa kempo tidak ada di olimpiade atau perlombaan beladiri.
“dek jangan nyari balak. Itu preman kambuhan sini. Dak tau dateng dari mano, pas bulan puaso wong tu minum-minum trus galak ngeganggu mahasiswi yang lewat nak taraweh (dek jangan macem-macem. Itu preman kambuhan sini. Gak tau dateng dari mana, pas bulan puasa mereka minum-minum dan suka mengganggu mahasiswi yang lewat pada saat tarawih)” kata ibu pemilik warung tempat kami belanja.
Kami menoleh, dan nde malah tersenyum
“tenang be bu, kami dak bakal apo-apo (tenang bu, kami gak akan apa-apa)” kata nde
Lalu kami naik sepeda motor dan menuju lapangan yang dimaksud
Kata-kata nde memang benar. Ada 3 orang menunggu disana. Ada preman yang tadi cari masalah dengan kami, sebut saja namanya mawar. Preman kedua yang badannya sama seperti mawar, tapi berambut gondrong. Sebut saja namanya melati. Dan preman ketiga yang badannya lebih besar, kepala botak dan ada tato di lehernya. Kami asumsikan dia adalah pimpinan para preman itu, sebut saja namanya raflesia. Kami turun dari motor dan berjalan ke arah mereka sampai jarak kami cuma 2 meter di depan mereka.
“hahahah, jadi mak ini siapo yang maen kloyokan (hahahah, jadi sekarang siapa yang maen keroyokan)” kata nde sambil tertawa. Ane lihat mawar cengar cengir dan melati menyisir rambutnya ke belakang menggunakan tangan, persis cewek iklan shampo
“kamu jangan cari balak di daerah kami, atau… (kalian jangan cari masalah di daerah kami, atau…)” kata raflesia
“atau apo? (atau apa?)” kata nde
“atau kami aka…….. hueeeek…..!!!!!”
Raflesia terpental ke belakang sejauh 3 meteran. Mawar, melati semuanya indah…. (what am I thinking…) terkejut dan menghindar ke samping. Ane lihat nde sudah melayangkan tinjunya tepat di muka raflesia. Anjing, nih anak ternyata selain bebadan gorila, memang memiliki kekuatan seperti gorila. Ane lihat raflesia pingsan dengan hidung miring, sepertinya patah, dua gigi seri tanggal dan lidah yang menjulur.
“sikok KO. Tinggal duo ikok lagi. Kan sekarang balu seimbang (satu KO. Tinggal dua lagi. Kan sekarang baru seimbang)” kata nde
Ane terkekeh, ane yakin tindakan dia tadi membuat nyali mawar dan melati menjadi ciut. Tapi mereka masih merasa unggul karena tampang sangar mereka, berharap mental kami juga turun. Tapi ternyata salah, kami malah tersenyum melihat mereka seolah-olah mereka adalah mangsa. Nde tampaknya akan bersenang-senang dengan adrenalin tinggi, dan ane merasa udah saatnya ane latih lagi beladiri ane yang udah berkarat.
“kau ambek yang mbuat balak samo kau, aku ambek pleman yang milip model iklan shampoo ini (kau ambil yang bikin masalah dengan kau, aku ambek preman yang mirip model iklan shampoo ini)” kata nde
Mawar dan melati semuanya indaaaah…..mulai mengambil kuda-kuda. Kami memisahkan diri dengan membuat sedikit ruang untuk beraksi. Mawar menyerang ane duluan dan ane masih bertahan dengan semua pukulannya. Ane bisa membaca semua gerakannya, pukulannya hanya terarah kepada wajah atau perut ane aja. Ane masih bisa menepis atau menghindari semua itu. Ini gak sebanding dengan kecepatan dan ketepatan pukulan andi. Atau benarkah…?
Ane putuskan untuk mencoba sedikit pukulannya, ane biarkan dia meninju pipi kanan ane. Membuat ane bergerak ke samping. Yup, rasanya berbeda jauh dengan pukulan andi, jauh lebih lemah dan gak berarti. Ane menoleh ke dia, dia tampak mengibaskan tangan kirinya yang berhasil memukul pipi ane sambil menampakan ekspresi ngilu. Berarti selama ini dia gak pernah berkelahi, cuma pasang badan di belakang raflesia atau menakut-nakuti orang dengan tatonya.
Ini saatnya ane membalas. Berhubung teknik ini susah kalo dijelaskan dengan kalimat panjang maka ane akan ceritakan perbaris
- Ane injak kaki mawar dengan tumit ane
- Lalu mengambil kuda-kuda yang lebih rendah dari mawar
- Saat dia menunduk karena kakinya udah ane injak, ane layangkan uppercut ke dagunya
- Setelah kena uppercut ane, ane lakukan pukulan beruntun ke badannya, dari rusuk kanan, rusuk kiri, dada kiri, dada kanan dan dua pukulan terakhir. Ane pukul dada bagian tengahnya, tepat diantara kedua paru-paru dengan tangan kiri, dan perut tengahnya dengan tangan kanan
- Dia menunduk dan ane sedikit meloncat dan menghantamkan dengkul ane pas di mukanya
- Asta la vista beibeh
Hasil dari semua tadi membuat mawar tergeletak tidak berdaya dengan hidung berdarah dan sesak nafas. Ane yang sudah lama gak melakukan gerakan kombinasi seperti tadi juga merasa lelah, kayaknya kempo ane memang udah berkarat.
“nde aku lah udem (nde aku selesai)”kata ane sambil mengatur nafas
“lamonyooooo…. Bedewe tendangan dengkul yangbelagak (lamanyaaaa…. Bedewe, tendangan dengkul yang mantep)” kata nde sambil menduduki melati yang sudah jatuh pingsan. Ada beberapa gigi melati yang rontok dan mulutnya mengeluarkan darah. Kedua mata melati biru dan bengkak. Pipi melati juga bonyok. Ane gak perhatikan bagaimana nde menghajar melati sampe babak belur seperti itu karena ane fokus dengan mawar, tapi setelah ane lihat hasilnya, ni anak memang brutal. Ingatkan ane supaya gak nyari masalah dengan gorila satu ini.
Nde mengangkat melati yang pingsan dan menumpuknya di atas raflesia yang belum kunjung sadar. Setelah itu dia menarik kaki mawar, menyeretnya ke arah raflesia dan melati.ane lihat mawar masih sadar namun susah bernafas. Nde berjongkok dan berkata kepada mawar
“kamu tu yang behadapan dengan wong yang salah. Kamu tu balu nak belajal jadi pleman, kalo kami balu nak belajal jadi wong baik (kalian yang berhadapan dengan orang yang salah. Kalian baru belajar jadi preman, sedangkan kami baru belajar jadi orang baik)” kata nde
“eh ado lokok di saku kau. Samo pulo dengan lokok titipan wawan. Buat aku be yo (eh ada rokok di sakumu. Sama pula dengan rokok titipan wawan. Buatku ya)” kata nde sambil merogoh kantong mawar. Dia ambil rokok itu, mengeluarkannya sebatang dan mulai menyalakannya. Lalu menghembuskan asapnya ke wajah mawar.
Kata-kata nde sebelumnya menyentil otak ane. Baru belajar jadi orang baik. Memangnya sebelum kuliah, siapa nde sebenarnya.
“sekali lagi kamu ucak-ucak di lingkungan ini, kamu bakal keno yang lebi palah dali ini (sekali lagi kalian macem-macem di lingkungan ini, kalian bakal terima yang lebih parah dari ini)” nde berdiri lalu membuka resletingnya. Dia mengencingi raflesia, mawar dan melati layaknya tukang kebun yang menyirami tanamannya. Yup, dia benar-membuat mereka basah kuyup dengan air kencingnya.
“eeeewwww….” Ane jijik ngeliat dia kayak gitu, jadi kasihan kepada mereka setelah dipermalukan oleh nde. Nde malah tertawa dan melanjutkan kencingnya.
“woi untung kamu dak papo, eh bi pipi kau ngapo (woi untung kalian gak papa, eh bi pipimu kenapa?)” wawan muncul dari keramaian dan langsung mengomentari pipi ane yang agak bengkak. Kami baru sadar kalo ada banyak orang menonton perkelahian kami.
“dari mano be kau, kau ketinggalan acalo selunyo (dari mana aja kamu, kamu ketinggalan acara serunya)” kata nde membetulkan celananya
“motor kau susah nian idup. Lah kuengkol-engkol tetep dak idup. Jadi maen dorong lah. Amen bemobil lokak tambah lamo kareno macet. Pas aku nyampe warung. Bibik penjago warung kamu belago di lapangan. Pas aku nyampe tau-tau lah rame cak ini (motormu susah sekali hidup. Udah kuengkol-engkol tetep gak nyala. Jadi maen dorong lah. Kalo pake mobil pasti lebih lama sampe karena macet. Pas aku sampe warung, ibu penjaga warung bilang kalian berkelahi di lapangan. Pas aku sampe sini tau-tau udah rame dan kalian udah kayak gini)”
“yo udem selesai sih, untung be aku dak melok. Aku ringam belago. Eh rokok, minta nde (yah udah selesai sih, untung aku gak ikut. Aku benci berkelahi. Eh rokok, minta nde)” kata wawan.
“ni… ambeklah galo. Kito dapet glatisan (nih… ambil aja semua. Kita dapet gratisan)” kata nde sambil melemparkan sebungkus rokok hasil rampasannya ke wawan
Wawan menyalakan rokoknya dan menjepitnya dengan jari tengah dan telunjuk tangan kiri. Tiba-tiba ada dua orang muncul dari keramaian, tampaknya mereka adalah teman-teman raflesia, mawar dan melati. Sebut saja mereka anggrek dan teratai. Mereka menyerbu wawan dan beranggapan wawan adalah yang terlemah diantara kami bertiga.
“awas wan….!!!!” Teriak ane
Mereka salah perhitungan.
Wawan berbalik ke belakang, anggrek dan teratai berlari ke arahnya sambil mengepalkan pukulan. anggrek berada sedikit lebih depan dari teratai, wawan sedikit bergerak ke samping dan menyepak pergelangan kaki anggrek, membuatnya kehilangan keseimbangan dan tersungkur di samping wawan. Lalu dengan sigap wawan menunduk menghindari pukulan teratai lalu mengepalkan tinjunya dan menghantamkannya ke perut teratai dengan telak. Membuat teratai langsung muntah mengeluarkan semua isi perutnya dan jatuh menungging. Lalu dia berjalan ke arah anggrek yang masih tersungkur dan menginjak anggrek tepat di mukanya. Membuat anggrek pingsan seketika.
“lah kuomongke, aku ringam nian belago (sudah kubilang, aku benci berkelahi)” kata wawan sambil menghisap rokoknya.
Ane melongo dan nde malah ngakak. Kami memutuskan untuk pulang ke asrama karena gorengan yang kami beli mulai mendingin, sebelum itu wawan menjentikkan sisa rokok yang dia hisap ke arah teratai.