Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

reingmanAvatar border
TS
reingman
Bukan lelaki pilihan (sebuah perjalanan masa lalu)
Introduce:
Selamat pagi, siang, sore dan malam untuk agan sekalian.


Kenalin gan name ane Zafran temen2 ane biasa panggil ane Che. (kenapa ane dipanggil itu akan ane jelasin nanti gan)
Setelah bertahun-tahun memilih menjadi SR dan akhirnya ane memilih keluar GOA setelah ane baca beberapa cerita di SFTH ini.
Jujur ini pertama kali ane belajar bikin thread/posting dimari gan jadi mohon 1001 maaf kalo masih berantakan.. emoticon-Smilie
Tempat cerita ane terjadi di sebuah kota di jawa tengah tepatnya semarang, lanjut ke bandung dan berakhir disini sekarang di sebuah kota penuh cerita "jogjakarta".

Cerita ini real story ane gan, 95% bener2 terjadi di hidup ane 5% hasil fantasi ane emoticon-Malu. Cerita ane mulai dari awal ane kenal bangku kampus sampe ane punya keluarga2 sekarang.

Nama ane sedikit sensor gan mengingat "kami" sekarang punya keluarga masing2 dan semoga kami juga sudah bahagia.

Masukan, kritik, makian emoticon-Busa dari agan semua amat sangat ane nantikan sebagai perbaikan part berikutnya, maturtengkyu juga buat beberapa thread di forum ini yg bikin ane berani ceritain kisah ane ini dan seribu maaf karena ane nyontek beberapa gaya penulisan agan-agan semua.

maturtengkyu agan2 semua emoticon-heart

Konten Sensitif



Index:
Appetizer
Part 1 Mujizat kelulusan
Part 2 MOTHER THIS IS BECAUSE A LOVE
Part 3 Pemain pengganti
Part 4 Penyair sejarah
Part 5 Brokoli coklat tua
Part 6 Lembah mandalawangi
Part 7 Bukan lelaki pilihan jilid pertama
Part 8 Bukan lelaki pilihan jilid kedua
Part 9 Kelenjar bekisar jantan
Part 10 Tembang cinta dewi amba
Part 11 Kesetiaan raksasa perempuan bernama durga
Part 12 Wajah dunia yg pertama
Part 13 Persetubuhan liar

Trapesium
Part 1 Cinta trapesium Banowati
Part 2 Menulis cinta
Part 3 Kupeluk kamu di sitihinggil
Part 4 Kupeluk kamu di parantritis
Part 5 Pledoi Cinta Rahwana
Part 6 Separated
Part 7 Kemala dahayu
Part 8 Surga kecil bernama Oro-oro ombo
Part 9 Ada janji di cemoro kandang
Part 10 Ada cinta di arcopodo?
Part 11 Hari ketika rahwana mati?
Part 12 Putri jangan menangis
Part 13 Ketika m*ni menjelma puisi

Kromosom
Part 1 Separuh kromosom
Part 2 Penghujung musim hujan
Part 3 Cinta rahwana
Part 4 Cinta Terlarang Samba
Part 5 Cerita decitan ranjang
Part 6 Senandung cinta rahwana
Part 7 Hujan di sebuah kereta
Part 8 Senandung cinta duryudana
Part 9 Seporsi cinta
Part 10 Menimbang rasa
Part 11 Sajak cinta (update setelah 9 tahun)
Part 12 Rindu adalah perjalanan
Diubah oleh reingman 22-06-2023 08:46
theorganic.f702
MFriza85
bukhorigan
bukhorigan dan 3 lainnya memberi reputasi
4
103.5K
718
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.6KAnggota
Tampilkan semua post
reingmanAvatar border
TS
reingman
#333
Part 10
Ada cinta di arcopodo?

22.10 Summit attack menuju Puncak Mahameru
Waktu terlalu cepat berlalu. Dan kini saatnya keluar dari tenda menyambut dinginnya malam Kalimati.

Sejatinya, Ranu Kumbolo adalah satu-satunya tujuan kami waktu itu. Namun entah kenapa, hati merasa terpanggil untuk mendaki sedikit lebih jauh menuju Kalimati. Target setelah Ranu Kumbolo pun sebenarnya hanya Kalimati, titik. Tapi kini… titik telah berganti koma, dan inilah ane, bersiap mendaki Puncak Mahameru. Puncak yang bila tergapai mujur, ga pun nyusul.

Karena beberapa cewek memutuskan untuk ga ikut, maka yang berangkat hanyalah ane dan beberapa temen pendaki yg lain, di antara mereka ada elisa yg memang berambisi smpe puncak, ndayu walopun memaksa akhirnya tetep g boleh ikut karena kondisinya yg masih kurang fit. Sebentar menyapa tenda tetangga, kemudian kami mendaki bersama-sama.

Baru sebentar berada diluar, tangan ane terasa dingin dan mati rasa. Tapi setelah memasuki hutan, kondisinya sedikit lebih hangat. Se gak nya jari-jari tangan ane kembali terasa. Karena ane, afif n cahya masih menerapkan metode pendakian sebelumnya, yaitu “pelan tapi pasti,” tim dari Kota Malang yang tadinya berangkat beriringan itu, kini menghilang dikejauhan. Elisa masih keliatan fit, walopun beberapa kali harus kami tarik untuk naik.

23.24 Arcopodo
Tak peduli siang, tak peduli malam, debu-debu jalur tetap saja berterbangan. Debu yang walaupun menyulitkan, namun selalu saja mengintai. Dari penglihatan ane sepanjang perjalanan, walaupun Arcopodo cukup spooky, beberapa lahan datar tetap saja penuh ter-okupasi tenda-tenda para pendaki malam itu.

***

24:00 Kelik
Sepanjang jalur Arcopodo hingga Kelik, ane menemui beberapa nisan dari para pendaki yang meninggal disekitar areal ini. Dan masbro Kelik merupakan salah satunya, ___yang kini namanya dijadikan sebagai nama tempat ini.
Perjalanan mencapai batas vegetasi Kelik ga terasa berat walaupun cukup terjal. Karena sistem pendakian yang digunakan memang kami design untuk menjaga otot-otot kaki kami agar ga cidera. Sistem “alon-alon asal kelakon” yang cukup efektif untuk pendaki foya-foya macam kami ini.

Quote:


Mata kami saling bertatapan, ada arti yg dalam dari tatapannya. Bola matanya yg hitam seperti menusuk ke jantung ane, ada getaran aneh yg ane rasakan bahkan melebihi tatapan dona sekalipun. Tapi harus ane buang jauh2 perasaan itu, g mungkin ane sebegitu cepat jatuh cinta. Dan lagi siapa lah ane? Jatuh cinta dengan salah satu mahluk yg nyaris sempurna, dan kami belum terlalu kenal satu sama lain. Ane udah janji sm dona utk jagain dia.

Baru sebentar kami beristirahat, harum semerbak jagung bakar begitu menggoda. Ane pun berinisiatif mencari sumber bau tadi. Ahahaha!… ga ada siapa-siapa ditempat ini selain kami, glek!. emoticon-Hammer

Spooky? Pasti. Menakutkan? Ahhh, enggak, biasa aja. Sebuah alibi tahan malu juga jaga gengsi.
Eksistensi kawan lain dilokasi dan dinginnya batas vegetasi lebih menguasai otak ane ketimbang rasa ngeri. Tapi, seandainya ane berada dibatas vegetasi Kelik seorang diri, lari kembali ke Kalimati sudah bisa dipastikan menjadi hobi dadakan yang akan ane lakukan dengan sepenuh hati.

00.15 Jalur pasir menuju Puncak Mahameru
Kini saatnya ketahanan pangan kami diuji. Modal minimal untuk summit attack, yang parahnya, juga harus terbagi, tanpa nasi, 5 kaleng kecil Sarden, plus lima bungkus Indomie sore tadi, dan elisa tampil sebagai dewi sri (dewi rejeki dalam kepercayaan jawa) ternyata di dalam kerilnya masih tersimpan 2 bungkus besar roti tawar, oh surga rasanya begitu dekat. sanggupkah kami menghadapi jalur ini hingga mencapai puncak? Kita lihat nanti.

Sepertiga pertama

Sesampainya dibatas vegetasi, adrenaline ane kembali menggelegak tanda siap muncak. Namun heningnya Cemoro Tunggal dibayangi temaram sinar bulan purnama, kebetulan, membuat gelegak adrenaline ane kembali tenang (sungguh adrenaline yang labil).
Ane cukup beruntung kala itu. Karena pendakian menuju puncak dikawal terang sinar bulan purnama. Sinar yang sama, yang juga menghadirkan fatamorgana pada diri ane. Sinkronisasi pandangan mata dengan jejak kaki yang kemudian ter-disorientasi. Puncak terlihat begitu dekat, tapi semakin ane hampiri, semakin pula ia menjauhi… arghhh! … benarlah pepatah yang mengatakan dekat dimata jauh dihati.

Dan satu lagi yg bikin ane semakin bimbang, gundah gulana, tatapan dua bola mata yg begitu terang menerangi malam yg begitu syahdu, senyumnya beberapa kali masih terukir di atas maskernya yg sesekali mlorot ke dagunya. Dewi widowati pun akan kalah jika disandingkan denganmu, bulan di mahameru punya pesaing yaitu pancaran terang matamu. Saat jemarimu yg bersarung tangan tebal mencoba meminta bantuan untuk naik selangkah demi langkah, gemuruh di dada ini semakin kuat.

45 derajat sepertiga pertama jalur pasir telah ane lalui. Bara didada masih menyala sama. Dua pertiga lagi pe-er besar yang harus kmi hadapi.
Beruntung ndayu berstatus in absentia. Seandainya ndayu turut serta, bukan cuma menangis yang dia bisa, pingsan ditempat pun pasti dilakukannya. Terlalu sadis ya? Baiklah, ane tingkatkan sedikit levelnya…

Beruntunglah kami, karena ndayu ga disini. Bila dia ikut mendaki, bukan cuma turun ke Kalimati yang dia tangisi, langsung kembali ke Ranu Pani pasti jadi harga mati. Dan bila sudah begini, akan ane sambut push-up seratus kali* tanpa berhenti daripada gagal mendaki. (*: sok aksi, biar dianggap olahragawan sejati)

Afif sudah g keliatan dari pandangan ane, cahya ane denger masih bisa nyanyi2 kecil lagu batak yg ane gatau artinya. Dasar badak...

Sepertiga kedua

Kali ini jalur begitu menggugah selera. Kemiringan 50-75 derajat, pelan tapi pasti membuat iman ane sekarat, tatapan mata el masih tak berubah membuat ane tak kuasa mengibarkan bendera putih. Beberapa kali istirahat masih tercatat dengan baik dalam buku tamu otak kiri ane. Jalur lembah-an yang seharusnya dihindaripun, akhirnya kami cicipi. Demi menghemat tenaga yang ga seberapa, jalur ini ternyata mampu membuat ciut cahya punya nyali. Padahal dia sudah berkali2 kemari.
Rasain lu tak…

Walau rasa khawatir tertutupi dengan baik, nyali ane yang tadinya gagah mau tak mau terkikis goyah melihat kekhawatiran yang tampak dari wajah teman sebelah. Terhitung berkali kami mencoba kembali kepunggungan jalur, tapi berkali juga kami kembali tersungkur. Sampai pada akhirnya usaha kami tidaklah sia-sia. Wajah gelisah cahya pun kini kembali sumringah. Elisa menyusul di belakang, ane tarik kedua tanganya sekuat tenaga, kami pun ga sengaja berpelukan sambil kejengkang. Kedua mata kami bertemu, ada getar terasa ato ane yg cm ngerasa.
Duduk dibatu alam, sangat sedikit kudapan ringan, bermandi terang bulan… sungguh sebuah anugrah Tuhan yang tak terlupakan… yang juga mengantarkan kami kedepan pintu gerbang kepedihan ketika menatap setengah lagi curam perjalanan kedepan. Damn!

Tapi ane alihkan pandangan ke sebelah ane, bidadari itu seperti turun ke bumi lewat jembatan angin dari bulan purnama yg bersinar terang. Saat dia menggeraikan rambutnya, masih ada bau wangi tercium dari rambutnya. Ingin rasanya ane peluk dan cium wangi rambutnya, agar lupa tangis yg lalu. Karena tuhan menciptakan tangis perempuan agar laki2 lupa akan tangisnya sendiri.
Dari tempat kami berpijak, lampu senter dari para pendaki lain dibawah sana terlihat meng-ular. Di hutan Arcopodo. Ular yang tiba-tiba
menyapa dan mendahului kami yang sudah berjam-jam lebih dulu memulai pendakian. Whattt?!…

“Ular apaan tuh?”
“Ngomong aja lu bauk!… bletakkk!” ane lempar si cahya pake kerikil.

Sepertiga ketiga

Dua pertiga jalur pasir telah kami lalui. Rasa kantuk yang teramat sangat pun menggelayuti kedua kelopak mata ane dengan seksama. Di sebelah ane mata el belum berubah, kayanya dia tipe cewek yg kalo dah punya keinginan pasti dia kejar.

Berdiri dikemiringan 70 derajat dalam rasa kantuk berbalut lapar membuat tegak tubuh ane seringkali miring kekiri, juga miring kekanan. Sepoi memang gerakannya, tapi sedikit lengah, gelar “S. Alm” (baca: sudah almarhum) sangat besar kemungkinan ane dapatkan.
Seram dan terjal jalur dibelakang membuat usaha ane membelalakkan mata terasa lebih mudah. Jauh lebih mudah daripada harus menyandang gelar almarhum sudah. Tapi perjuangan belum berakhir kawan, rintangan masih harus diterjang walaupun kantuk ini berkepanjangan. Sungguh jalur yang sulit, bahkan untuk sekedar memanjakan silit (baca: duduk). emoticon-Hammer

Dan… cahya pun mulai tertinggal dibelakang. Ha3 si batak ini ternyata kewer2 juga.

Beberapa kali Puncak Mahameru berhasil dia daki, sangat mungkin untuknya berkata “Udah ah, gw cukup sampe disini.” Asumsi yang pada akhirnya membuat ane memisahkan diri dari negara kedaulatan cahya dan afif.

Walaupun boyband menjadi trend mutakhir belakangan hari, tetap, ane memilih berduet karir ma elisa sebagai jalan terakhir. Dan cahya pun ane tinggalkan dibelakang tanpa sangu (bekal __dalam Bahasa Jawa) apa-apa. Lagipula mau sangu apa? Bekal tersisa pun hanya botol kecil air akua (tanpa ‘q’, takut dibilang kampanye terselubung).

Ga seperti pemikiran ane sebelumnya, muncak ke Mahameru yang tadinya sunnah, telah berubah menjadi wajib sesampainya di sepertiga terakhir jalur pasir. Bekal botol kecil air mineral memang menyedihkan, tapi puncak sudah dipelupuk mata gajah!… arghhh!

Menatap kearah puncak. Jauh dibagian kiri jalur, jingga diufuk timur sudah terlihat sedikit menganga. Matahari seolah berkonspirasi dengan Mahameru untuk mengalahkan ane. Mereka boleh berkonspirasi, tapi ane langsung melakukan eskalasi. Dan Tuhan YME adalah tujuan ane.

“Ya Allah SWT, pokoknya ane ma elisa harus sampai Puncak Mahameru sebelum matahari terbit, bantu ane ya… aminnn” sambil tetep ane gandeng el. Modus operandi tetep kudu dijalankan.

Doa yang bahkan siapapun ga dapat mencegahnya untuk terjadi. Ga Mahameru, ga juga Matahari. Doa yang bahkan ane sendiripun ga menyangka akan menjadi nyata. Doa yang mengantarkan ane mencapai Puncak Mahameru dengan rasa syukur yang tak terkira. Puncak yang setengah jalurnya ane maki-maki secara membabi buta.

Tepat waktu, Matahari memancarkan sinarnya sesampainya ane dipuncak. Dan siluet bidadari di samping ane serasa menari2 manja mengalahkan penari belly dance yg wudelnya bergoyang2 erotik. emoticon-Genit

Niat hati ingin melakukan sujud syukur tanda terima kasih kepada Sang Pencipta. Tapi tonjolan urat miskin disekujur kaki ditambah terpaan udara dingin, cekatan menahan rasa ingin ane. Jangankan sujud syukur, bergerak sedikit saja sudah membuat kaki ane sangat tersiksa. Sepertinya ane tergejala penyakit ketinggian, Acute Kaki Sickness. Yah, maklumlah, pendaki pemula. Dan ane rasakan ada tangan mungil yg melingkar di pinggang ane, dan ada sebuah bibir menempel manja di pipi ane. Ada kecupan dari salah satu mahluk paling cantik di sastra jepang. emoticon-kiss

“makasih ya che” bidadari itu berbisik sembari bibirnya tetap menempel di pipi ane.



bersambung gan, mudah2an bisa cepet update lagi karena jaringan lagi lelet... emoticon-Hammer
ga nolak emoticon-Rate 5 Star or emoticon-Toast
Diubah oleh reingman 03-06-2016 14:47
pulaukapok
oktavp
oktavp dan pulaukapok memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.