- Beranda
- Stories from the Heart
[BASED ON TRUE STORY] WHAT'S LEFT IN KUDUS..
...
TS
User telah dihapus
[BASED ON TRUE STORY] WHAT'S LEFT IN KUDUS..
![[BASED ON TRUE STORY] WHAT'S LEFT IN KUDUS..](https://s.kaskus.id/images/2016/05/01/6614032_20160501020106.jpg)
Quote:
Hallo agan-agan penghuni forum SFTH, sebelumnya ane mau minta permisi dulu sama para sesepuh dan penghuni forum sini, mengingat ini adalah trit pertama ane di mari sebagai seorang newbie. Jangan ragu ngingetin ane kalo ada salah-salah.
Cerita (atau lebih tepatnya curhatan) yang bakal ane tulis di trit ini adalah secuil kisah yang pernah terjadi dalam timeline hidup ane. Kisahnya sendiri nanti akan bercerita tentang obsesi ane kepada seseorang (cewek spesifiknya) dan obsesi itu sampe bikin ane nekat ngelakuin hal yang gak pernah ane pikirin sama sekali. Tapi santai aja gan, ane bukan psikopat dan cerita ini bukan soal psikopat ato bunuh-bunuhan gitu. Agak mirip sama kisah cinta, tapi enggak bisa dibilang kisah cinta juga. Bingung? Makanya baca aja gan ampe cerita ane kelar.
Quote:
Sebisanya ane akan berusaha nulis senatural mungkin dan sesuai dengan apa yang terjadi, walopun nanti pasti akan beberapa dramatisasi di beberapa bagian. Dan kalaupun ada dramatisasi, itu berdasarkan pada perasaan subyektif ane semata pas momen-momen itu terjadi.
Selamat menikmati dan semoga bisa menghibur agan-agan semua...
Spoiler for Silakan dibaca sebelum masuk ke cerita:
Semua nama dan identitas harus disamarkan karena beberapa alasan, yang nanti akan dijelasin di akhir cerita.
Disarankan untuk tidak kepo dengan menanyakan nama asli tokoh, nama tempat/lokasi/instansi yang sudah disamarkan dan sebagainya. Karena kepo pada dasarnya hanyalah nafsu sesaat dan pada akhirnya cuman akan merusak kenikmatan membaca cerita.
TS tidak bisa memberikan jadwal update yang pasti, tapi TS selalu mengusahakan update per bagian akan muncul seminggu lebih dari satu kali. Andaikan selama seminggu penuh tidak ada update, maka konsekuensinya akan ada update 2 atau 3 bagian sekaligus di minggu berikutnya.
No kentang is guaranteed. Kisah ini bakal diceritain sampai selesai.
Disarankan untuk tidak kepo dengan menanyakan nama asli tokoh, nama tempat/lokasi/instansi yang sudah disamarkan dan sebagainya. Karena kepo pada dasarnya hanyalah nafsu sesaat dan pada akhirnya cuman akan merusak kenikmatan membaca cerita.
TS tidak bisa memberikan jadwal update yang pasti, tapi TS selalu mengusahakan update per bagian akan muncul seminggu lebih dari satu kali. Andaikan selama seminggu penuh tidak ada update, maka konsekuensinya akan ada update 2 atau 3 bagian sekaligus di minggu berikutnya.
No kentang is guaranteed. Kisah ini bakal diceritain sampai selesai.
"DIDEDIKASIKAN UNTUK GADIS BERMATA SEPI, YANG MENJADI ALASAN UTAMA TS MENULIS CERITA INI."
Diubah oleh User telah dihapus 17-07-2016 20:01
hsajie dan 14 lainnya memberi reputasi
11
42K
Kutip
259
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
User telah dihapus
#95
BAGIAN 13
Quote:
Sore itu, ane duduk di teras depan rumah sama bapak sambil menikmati secangkir kopi hitam dan mengobrol tentang banyak hal. Ane emang udah lama banget gan enggak chit chat berdua sama bapak. Walopun sebenernya ane dan bapak ane enggak pernah bener-bener deket dan sering berseberangan pendapat, tapi dia adalah temen ngobrol yang baik. Sementara di luar, udara mulai dingin dan kabut mulai turun. Bapak ngajakin pindah ke dalem, ke ruang tamu dan ane nurut aja. Lagian juga kalo kabut lagi turun gini, udara pasti akan lebih dingin dan kulit jadi lengket-lengket gak enak.
Oh iya gan, sesuai dengan nama ID kaskus ane, rumah keluarga ane emang berada di desa yang berdiri di sebuah lembah kaki gunung. Nama gunungnya enggak usah ane sebut ya (heheheh), tapi yang jelas gunung itu adalah salah satu gunung yang terkenal di Jawa Tengah. Jadi buat keluarga ane udah biasa tuh udara dingin dan kabut tebal. Kecuali ane tentu aja, karena sejak 2008 ane lebih banyak tinggal di kost ane di kota yang udaranya relatif panas.
Padahal kalo dipikir-pikir lagi, tinggal di dataran tinggi itu sebenernya lebih nyaman daripada tinggal di dataran rendah lho gan. Hawanya lebih sejuk dan segar. Masyarakatnya lebih ramah tamah. Entah itu perasaan ane atau pembelaan ane doang sebagai salah satu penduduk dataran tinggi, tapi enggak hanya di desa ane, rata-rata penduduk di dataran tinggi itu (enggak tahu kenapa) punya perlakuan dan senyum yang lebih hangat dan bersahabat kalo ane liat. Jadi ane anggep, momen pulang ke rumah ini sebagai satu bentuk relaksasi dari bisingnya kota. Ane juga pengen sejenak beristirahat dari segala hal tentang usaha pencarian Si Gadis Penyendiri asal Kudus itu.
Kembali ke cerita, obrolan ane sama bapak berlanjut ke ruang tamu. Beliau sempet nanya tentang usaha ane nyari-nyari kerjaan dan ane jawab aja sejujurnya kalo emang udah ada beberapa panggilan tapi belum ada yang nyangkut. Lagian juga ijazah belom keluar dan saat itu ane masih ngandelin SKL alias surat keterangan lulus buat ngirim lamaran kesana sini, jadi ane pikir enggak perlu buru-buru dapet kerjaan juga.
"Kamu inget Mita gak? Dia satu angkatan kan sama kamu? Bapak denger katanya dia sekarang kerja di perusahaan ekspedisi gitu di Surabaya. Coba kamu kontak dia, siapa tahu bisa bantuin kalau di perusahaannya ada lowongan." Kata-kata bapak itu mengingatkan ane pada sesuatu.
"Mita...Mita adiknya si Indra itu pak?"
Bapak ane ngangguk. "Iya. Anaknya Pak Irawan. Kemarin bapak sempet lihat dia. Papasan di jalan, dia naik motor. Mungkin dia lagi cuti dari kerjaan. Nanti kamu main ke rumahnya gitu, sekalian nanya-nanya."
Ane inget si Mita ini. Dia itu cewek yang emang seumuran sama ane. Temen SMA dan dulu dia sama kakaknya yang namanya Indra sempet sebagai temen main ane. Tapi setelah lulus SMA, si Mita ngikut neneknya ke Surabaya dan kuliah di sana. Sementara Indra yang lebih tua tiga tahun dari ane, kuliahnya masih di sini-sini aja tapi kampusnya beda kota sama kampus ane. Kita bertiga jadi jauh dan jarang berkomunikasi lagi. Hingga hari ini ane diingetin sama bapak.
Mita ini sebenernya enggak terlalu cantik gan, tapi tinggi dan kulitnya putih. Malah gantengan si Indra, yang kalo ane liat wajahnya agak mirip-mirip sama pemaen film Ario Bayu. Mereka berdua ini termasuk dari keluarga berada di desa ane. Bapaknya petani yang sangat sukses dan ibunya kepala sekolah di SMP di kecamatan. Dan satu hal yang paliiiiing penting; Indra sama Mita ini adalah dua bersaudara paling spesial di sini.
Bukan karena kaya atau apa, mereka berdua dianggap sangat spesial karena dua hal; pertama, bola mata mereka aneh. Warnanya biru. Padahal, enggak ada warga sini atau bahkan keluarga mereka yang bola matanya biru. Dan kedua, banyak yang percaya (termasuk ane) bahwa Indra dan Mita adalah anak yang punya kemampuan aneh. Atau boleh kita sebut sebagai anak Indigo!
Semua orang di desa ane, bahkan sampai desa sebelah, udah tahu akan hal itu. Udah banyak kejadian yang melibatkan mereka berdua dan kejadian-kejadian itu susah diterima sama akal sehat manusia biasa. Contohnya aja, beberapa tahun lalu rumah tetangga kita dibobol maling pada suatu malam. Semua pada ngumpul dan berusaha ngejar si maling tapi enggak ketemu. Indra, yang kala itu ada di satu kelompok sama ane, tiba-tiba aja ngomong kayak orang ngelantur kalo malingnya masih ada di sekitaran rumah korban. Dan percaya enggak percaya, setelah petunjuk dari Indra itu kita sebarin ke kelompok lain dan kita bareng-bareng ngecek di seputaran rumah korban, bener aja si maling ngumpet di dalam kandang sapi di belakang rumah korban. Anehnya, ane sempet liat setelah ngasih petunjuk itu, Indra lari ke semak-semak dan dia muntah-muntah di situ.
Kalau si Mita ini lebih gila lagi. Ane cuman denger-denger sih, tapi denger-dengernya dari banyak orang, termasuk dari bapak ane sendiri. Mita ini katanya dulu pas umur tujuh bulan udah bisa jalan. Dan pas umur 9 tahun sempet bikin geger orang sedesa karena dia ngilang malem-malem enggak tahu kemana. Awalnya, emaknyalah yang nyadar kalo si Mita enggak ada di rumah, padahal waktu itu udah jam delapan malem. Mana diluar dingin banget kan...jadilah keluarga itu ribut dan tetangga pada ngumpul. Di saat-saat panik itu, tiba-tiba Indra keluar ke kerumunan di depan rumahnya dan nyeletuk; "Dek Mita lagi maen sama simbah kakung (kakek dalam bahasa jawa)."
Semua orang langsung dibuat diem kala itu. Bahkan bapak yang ada di sana bilang kalau dia sempet merinding pas Indra ngomong kayak gitu. Dan orang yang pertama sadar dan paham maksud dari omongan Indra itu adalah Pak Irawan, ayahnya sendiri. Pak Irawan langsung memecah kesunyian dan mengarahkan warga ke suatu tempat. Agan-agan bisa nebak dimana tempatnya? Pemakaman desa!
Dan benar aja, di pemakaman desa itu ditemukanlah Mita. Katanya, pas ditemuin tuh bocah lagi lari-lari kecil muter-muter di sebuah makam. Pas warga mendekat, barulah semua sadar kalau makam itu adalah makam kakek Mita. Ayah dari Bu Irawan. Bayangin aja gan, anak cewek 9 tahun...ngapain dia di kuburan gitu malem-malem?? Dari sekian banyak orang yang ada di situ kala itu, cuman Pak Irawan yang berani mendekat dan langsung menggendong Mita pulang. Di jalan, Pak Irawan sempet nanya kenapa Mita malem-malem ke kuburan kakeknya. Jawabannya bikin merinding gaaaaannnn. "Tadi simbah maen ke rumah trus ngajakin Mita jalan-jalan." Gak lucuuuuu kaaaannn??!! Abis denger itu, katanya Pak Irawan nangis sesenggukan. Semua ini ternyata karena Pak Irawan dan istri jadi jarang ziarah ke makam orang tuanya karena sibuk sama kegiatan mereka masing-masing.
Setelah kejadian itu, Indra dan Mita makin jadi bahan pembicaraan warga desa. Awalnya muncul kecurigaan kalau mereka ini penganut ilmu hitam, sampai bapaknya juga kena. Dianggapnya Pak Irawan itu tajir atas dasar pesugihan. Tapi semakin berlalu waktu, kami warga desa sini semakin terbiasa dan bisa menerima Indra dan Mita yang 'berbeda' dengan anak-anak lainnya. Mereka tumbuh semakin dewasa sewajarnya, walaupun selalu aja ada warga yang iseng nanya-nanya mereka soal nomor togel sampai hantu-hantuan.
Tapi terlepas dari dua kejadian di atas, ane pernah punya kisah sendiri sama Indra dan khususnya Mita.
Oh iya gan, sesuai dengan nama ID kaskus ane, rumah keluarga ane emang berada di desa yang berdiri di sebuah lembah kaki gunung. Nama gunungnya enggak usah ane sebut ya (heheheh), tapi yang jelas gunung itu adalah salah satu gunung yang terkenal di Jawa Tengah. Jadi buat keluarga ane udah biasa tuh udara dingin dan kabut tebal. Kecuali ane tentu aja, karena sejak 2008 ane lebih banyak tinggal di kost ane di kota yang udaranya relatif panas.
Padahal kalo dipikir-pikir lagi, tinggal di dataran tinggi itu sebenernya lebih nyaman daripada tinggal di dataran rendah lho gan. Hawanya lebih sejuk dan segar. Masyarakatnya lebih ramah tamah. Entah itu perasaan ane atau pembelaan ane doang sebagai salah satu penduduk dataran tinggi, tapi enggak hanya di desa ane, rata-rata penduduk di dataran tinggi itu (enggak tahu kenapa) punya perlakuan dan senyum yang lebih hangat dan bersahabat kalo ane liat. Jadi ane anggep, momen pulang ke rumah ini sebagai satu bentuk relaksasi dari bisingnya kota. Ane juga pengen sejenak beristirahat dari segala hal tentang usaha pencarian Si Gadis Penyendiri asal Kudus itu.
Kembali ke cerita, obrolan ane sama bapak berlanjut ke ruang tamu. Beliau sempet nanya tentang usaha ane nyari-nyari kerjaan dan ane jawab aja sejujurnya kalo emang udah ada beberapa panggilan tapi belum ada yang nyangkut. Lagian juga ijazah belom keluar dan saat itu ane masih ngandelin SKL alias surat keterangan lulus buat ngirim lamaran kesana sini, jadi ane pikir enggak perlu buru-buru dapet kerjaan juga.
"Kamu inget Mita gak? Dia satu angkatan kan sama kamu? Bapak denger katanya dia sekarang kerja di perusahaan ekspedisi gitu di Surabaya. Coba kamu kontak dia, siapa tahu bisa bantuin kalau di perusahaannya ada lowongan." Kata-kata bapak itu mengingatkan ane pada sesuatu.
"Mita...Mita adiknya si Indra itu pak?"
Bapak ane ngangguk. "Iya. Anaknya Pak Irawan. Kemarin bapak sempet lihat dia. Papasan di jalan, dia naik motor. Mungkin dia lagi cuti dari kerjaan. Nanti kamu main ke rumahnya gitu, sekalian nanya-nanya."
Ane inget si Mita ini. Dia itu cewek yang emang seumuran sama ane. Temen SMA dan dulu dia sama kakaknya yang namanya Indra sempet sebagai temen main ane. Tapi setelah lulus SMA, si Mita ngikut neneknya ke Surabaya dan kuliah di sana. Sementara Indra yang lebih tua tiga tahun dari ane, kuliahnya masih di sini-sini aja tapi kampusnya beda kota sama kampus ane. Kita bertiga jadi jauh dan jarang berkomunikasi lagi. Hingga hari ini ane diingetin sama bapak.
Mita ini sebenernya enggak terlalu cantik gan, tapi tinggi dan kulitnya putih. Malah gantengan si Indra, yang kalo ane liat wajahnya agak mirip-mirip sama pemaen film Ario Bayu. Mereka berdua ini termasuk dari keluarga berada di desa ane. Bapaknya petani yang sangat sukses dan ibunya kepala sekolah di SMP di kecamatan. Dan satu hal yang paliiiiing penting; Indra sama Mita ini adalah dua bersaudara paling spesial di sini.
Bukan karena kaya atau apa, mereka berdua dianggap sangat spesial karena dua hal; pertama, bola mata mereka aneh. Warnanya biru. Padahal, enggak ada warga sini atau bahkan keluarga mereka yang bola matanya biru. Dan kedua, banyak yang percaya (termasuk ane) bahwa Indra dan Mita adalah anak yang punya kemampuan aneh. Atau boleh kita sebut sebagai anak Indigo!
Semua orang di desa ane, bahkan sampai desa sebelah, udah tahu akan hal itu. Udah banyak kejadian yang melibatkan mereka berdua dan kejadian-kejadian itu susah diterima sama akal sehat manusia biasa. Contohnya aja, beberapa tahun lalu rumah tetangga kita dibobol maling pada suatu malam. Semua pada ngumpul dan berusaha ngejar si maling tapi enggak ketemu. Indra, yang kala itu ada di satu kelompok sama ane, tiba-tiba aja ngomong kayak orang ngelantur kalo malingnya masih ada di sekitaran rumah korban. Dan percaya enggak percaya, setelah petunjuk dari Indra itu kita sebarin ke kelompok lain dan kita bareng-bareng ngecek di seputaran rumah korban, bener aja si maling ngumpet di dalam kandang sapi di belakang rumah korban. Anehnya, ane sempet liat setelah ngasih petunjuk itu, Indra lari ke semak-semak dan dia muntah-muntah di situ.
Kalau si Mita ini lebih gila lagi. Ane cuman denger-denger sih, tapi denger-dengernya dari banyak orang, termasuk dari bapak ane sendiri. Mita ini katanya dulu pas umur tujuh bulan udah bisa jalan. Dan pas umur 9 tahun sempet bikin geger orang sedesa karena dia ngilang malem-malem enggak tahu kemana. Awalnya, emaknyalah yang nyadar kalo si Mita enggak ada di rumah, padahal waktu itu udah jam delapan malem. Mana diluar dingin banget kan...jadilah keluarga itu ribut dan tetangga pada ngumpul. Di saat-saat panik itu, tiba-tiba Indra keluar ke kerumunan di depan rumahnya dan nyeletuk; "Dek Mita lagi maen sama simbah kakung (kakek dalam bahasa jawa)."
Semua orang langsung dibuat diem kala itu. Bahkan bapak yang ada di sana bilang kalau dia sempet merinding pas Indra ngomong kayak gitu. Dan orang yang pertama sadar dan paham maksud dari omongan Indra itu adalah Pak Irawan, ayahnya sendiri. Pak Irawan langsung memecah kesunyian dan mengarahkan warga ke suatu tempat. Agan-agan bisa nebak dimana tempatnya? Pemakaman desa!
Dan benar aja, di pemakaman desa itu ditemukanlah Mita. Katanya, pas ditemuin tuh bocah lagi lari-lari kecil muter-muter di sebuah makam. Pas warga mendekat, barulah semua sadar kalau makam itu adalah makam kakek Mita. Ayah dari Bu Irawan. Bayangin aja gan, anak cewek 9 tahun...ngapain dia di kuburan gitu malem-malem?? Dari sekian banyak orang yang ada di situ kala itu, cuman Pak Irawan yang berani mendekat dan langsung menggendong Mita pulang. Di jalan, Pak Irawan sempet nanya kenapa Mita malem-malem ke kuburan kakeknya. Jawabannya bikin merinding gaaaaannnn. "Tadi simbah maen ke rumah trus ngajakin Mita jalan-jalan." Gak lucuuuuu kaaaannn??!! Abis denger itu, katanya Pak Irawan nangis sesenggukan. Semua ini ternyata karena Pak Irawan dan istri jadi jarang ziarah ke makam orang tuanya karena sibuk sama kegiatan mereka masing-masing.
Setelah kejadian itu, Indra dan Mita makin jadi bahan pembicaraan warga desa. Awalnya muncul kecurigaan kalau mereka ini penganut ilmu hitam, sampai bapaknya juga kena. Dianggapnya Pak Irawan itu tajir atas dasar pesugihan. Tapi semakin berlalu waktu, kami warga desa sini semakin terbiasa dan bisa menerima Indra dan Mita yang 'berbeda' dengan anak-anak lainnya. Mereka tumbuh semakin dewasa sewajarnya, walaupun selalu aja ada warga yang iseng nanya-nanya mereka soal nomor togel sampai hantu-hantuan.
Tapi terlepas dari dua kejadian di atas, ane pernah punya kisah sendiri sama Indra dan khususnya Mita.
Quote:
Kejadian ini ane masih inget banget terjadi pas ane baru aja masuk SMA. Di awal-awal masuk (SMA ane letaknya di kota gan) ane belom ngekost dan masih PP rumah-sekolahan. Bapak ane mikirnya entar aja kalau udah dapet seminggu dua minggu masuk baru nyari kost. Lagian ane bisa barengan sama Indra yang kebetulan satu SMA sama ane, apalagi dia dianter jemput pake mobil sama bapaknya. (Waktu itu Indra sama Mita udah nyaris enggak pernah show off kemampuan 'lebih' mereka lagi gan. Enggak tahu kenapa, mungkin mereka udah males atau emang udah dilarang sama Pak Irawan karena alesan apa ane juga gak tau).
Hingga di suatu sore speaker mesjid ane bunyi. Suara dari speaker itu ngabarin tentang berita kematian salah seorang warga yang kita kenal bernama Bu Miri. Sedikit kilas balik, Bu Miri ini adalah seorang pemilik warung bakso di desa ane yang lumayan sukses. Tapi dia juga terkenal sebagai sosok yang pelit dan suka ngomong pedes sama orang lain. Ya mirip-mirip kayak kisah di majalah H*dayah gitu deh gan, tapi ini ada di real life.
Dan walaupun udah rahasia umum kalo banyak yang enggak suka sama Bu Miri ini, orang-orang tetep dateng ke rumahnya buat ngelayat dan bantuin nyiapin segala macam persiapan pemakaman. Walaupun ane enggak dateng karena capek habis pulang sekolah, ane tetep denger berita-berita miring soal kematian Bu Miri. Mulai dari mayatnya yang awalnya matanya kebuka (melotot lebih tepatnya) dan susah buat dimeremin sampai listrik rumahnya yang mati daya beberapa kali waktu itu. Ane sendiri sebenernya enggak terlalu peduli sama hal-hal begituan karena emang ane ini termasuk orang yang apatis gan.
Tapi mau gak mau ane tetep harus terlibat, ketika di malam pertama seusai pemakaman bapak nyuruh ane dateng tahlilan ke rumah keluarga Bu Miri (Di desa ane tahlilan diselenggarain selama tujuh hari berturut-turut setelah hari meninggalnya si empu rumah). Kebetulan di jalan ane ketemu sama Mita yang barengan sama ibunya. Ane sempet ngedeketin buat nanya apa Indra ikut berangkat tahlilan apa enggak. Tapi Mita enggak jawab, malah keliatan dia ogah-ogahan terus jalan maju ke rumahnya Bu Miri dan terkesan ketakutan. Yang jawab malah ibunya, dia bilang Indra udah tidur jadi dia enggak ikut berangkat.
Ane mulai enggak nyaman ngeliat gelagat Mita, soalnya ane tahu reputasi dia gimana. Apalagi kabut lumayan tebel malam itu, nambah suasana makin gak enak banget. Tapi ane nyoba acuh dan milih bareng Mita sama ibunya karena temen-temen cowok ane yang lain kayaknya udah nyampe lokasi duluan. Posisinya waktu itu Bu Irawan jalan di depan dan ane sama Mita barengan di belakang. Selama perjalanan, ane ngintip-ngintip dikit ke Mita dan mukanya makin pucet kayak orang bener-bener ketakutan gitu.
Dan yang terjadi berikutnya adalah hal yang enggak pernah ane lupain seumur-umur, dan kejadian itu terjadi cepet banget. Tepat di depan pintu masuk rumah Bu Miri, Mita sempet berbisik (ane ampe sekarang masih belum yakin ding gan, entah dia bisikin ane atau ngigau sendiri) "DIA MASIH DI SINI". Dan gak sampe sedetik, lampu rumah Bu Miri mati gan...bukan...bukan rumah Bu Miri aja, tapi listrik di desa mati total.
Ane sempet denger suara jerit kaget di dalem rumah. Begitupun langkah kita bertiga yang ikut terhenti. Momen salting terjadi beberapa saat, sampai suami dan anak-anak Bu Miri segera memecah keheningan dengan mendatangi para warga yang udah di dalem sambil nyiapin tenaga penerangan cadangan alias lampu thinthir (lampu lilin dari minyak) beberapa buah.
Tapi ternyata kejadian gak berhenti ampe di situ gan. Di tengah lantunan ayat-ayat surat Yasin, ane jadi ngerasa serem sendiri. Bayangin aja gan, di luar sana kabut masih belum ngilang juga plus gerimis mengundang, hawa dingin dan mati listrik. Ditambah lagi ane keinget cerita-cerita yang kejadian tadi sore tentang kondisi jenazah. Ane beneran jiper, gan.
Buat ngilangin perasaan itu, ane berinisiatif buat ngalihin fokus dengan cara gangguin temen di samping ane. Tapi dia gak seru gan, dia terlalu khusyuk baca surat Yasin. Samping ane cuma ada pintu kamar yang misahin barisan cowok sama cewek. Gak mungkin juga ane gangguin cewek samping ane karena cewek itu berwujud ibu-ibu paruh baya yang baca Yasin sambil merem-merem ngantuk.
Ane nyoba ngedarin pandangan ke sekeliling, sampe fokus ane berhenti di Mita di sudut sana. Dia sama kayak ane, sama sekali gak mandang buku Yasin yang dia pegang. Tapi bedanya, kalo mata ane keliling kemana-mana, mata si Mita ane liat cuma berhenti di satu titik. Ke arah pintu keluar yang letaknya sejajar sama pintu kamar yang ada di samping ane. Ane gak bisa jelas liat karena suasana yang remang-remang, tapi ane tahu pelan-pelan pandangannya beralih ke tengah ruangan. Kayak seakan pandangannya ngikutin sesuatu yang cuman dia sendiri yang tahu karena emang enggak ada siapapun yang jalan-jalan kala itu.
Ane amatin Mita, pandangannya makin mengarah ke sesuatu yang seakan-akan terus melangkah melewati tengah ruangan...lalu ke arah ane. Jelas ke arah ane! Dan di titik itu pandangan Mita berhenti di ane dan dia teriak kenceng banget "AWAS DIA LARI!!!".
Seketika, pintu kamar di samping ane ngebuka sendiri dan nutup kenceeeeeeng banget! Semua orang di sana liat itu dan bahkan ada sebagian dari mereka yang ampe ngelemparin buku Yasin-nya dan lari tunggang langgang ke luar rumah (jujur aja termasuk ane juga). Dan entah kebetulan apa enggak, bebarengan listrik desa idup lagi. Ane yang udah diluar rumah udah ngos-ngosan antara lari kenceng banget sama shock ketakutan. Di dalem tampak anak perempuan Bu Miri nangis histeris dan berusaha ditenangin beberapa orang.
Tapi bukan itu yang menarik perhatian ane, melainkan Mita yang ane temuin ternyata juga ikutan lari keluar dan berdiri di dekat pohon pisang. Ane yang inisiatif buat ngedeketin dia, malah dapet pengakuan yang pada akhirnya bakal jadi momen yang paling scary yang pernah ane rasain ampe sekarang.
"Itu tadi Bu Miri masih enggak rela ninggalin apa yang dia punya di dunia. Makanya dia balik lagi ke kamarnya, dan dia marah liat orang-orang udah nganggep dia mati."
Hingga di suatu sore speaker mesjid ane bunyi. Suara dari speaker itu ngabarin tentang berita kematian salah seorang warga yang kita kenal bernama Bu Miri. Sedikit kilas balik, Bu Miri ini adalah seorang pemilik warung bakso di desa ane yang lumayan sukses. Tapi dia juga terkenal sebagai sosok yang pelit dan suka ngomong pedes sama orang lain. Ya mirip-mirip kayak kisah di majalah H*dayah gitu deh gan, tapi ini ada di real life.
Dan walaupun udah rahasia umum kalo banyak yang enggak suka sama Bu Miri ini, orang-orang tetep dateng ke rumahnya buat ngelayat dan bantuin nyiapin segala macam persiapan pemakaman. Walaupun ane enggak dateng karena capek habis pulang sekolah, ane tetep denger berita-berita miring soal kematian Bu Miri. Mulai dari mayatnya yang awalnya matanya kebuka (melotot lebih tepatnya) dan susah buat dimeremin sampai listrik rumahnya yang mati daya beberapa kali waktu itu. Ane sendiri sebenernya enggak terlalu peduli sama hal-hal begituan karena emang ane ini termasuk orang yang apatis gan.
Tapi mau gak mau ane tetep harus terlibat, ketika di malam pertama seusai pemakaman bapak nyuruh ane dateng tahlilan ke rumah keluarga Bu Miri (Di desa ane tahlilan diselenggarain selama tujuh hari berturut-turut setelah hari meninggalnya si empu rumah). Kebetulan di jalan ane ketemu sama Mita yang barengan sama ibunya. Ane sempet ngedeketin buat nanya apa Indra ikut berangkat tahlilan apa enggak. Tapi Mita enggak jawab, malah keliatan dia ogah-ogahan terus jalan maju ke rumahnya Bu Miri dan terkesan ketakutan. Yang jawab malah ibunya, dia bilang Indra udah tidur jadi dia enggak ikut berangkat.
Ane mulai enggak nyaman ngeliat gelagat Mita, soalnya ane tahu reputasi dia gimana. Apalagi kabut lumayan tebel malam itu, nambah suasana makin gak enak banget. Tapi ane nyoba acuh dan milih bareng Mita sama ibunya karena temen-temen cowok ane yang lain kayaknya udah nyampe lokasi duluan. Posisinya waktu itu Bu Irawan jalan di depan dan ane sama Mita barengan di belakang. Selama perjalanan, ane ngintip-ngintip dikit ke Mita dan mukanya makin pucet kayak orang bener-bener ketakutan gitu.
Dan yang terjadi berikutnya adalah hal yang enggak pernah ane lupain seumur-umur, dan kejadian itu terjadi cepet banget. Tepat di depan pintu masuk rumah Bu Miri, Mita sempet berbisik (ane ampe sekarang masih belum yakin ding gan, entah dia bisikin ane atau ngigau sendiri) "DIA MASIH DI SINI". Dan gak sampe sedetik, lampu rumah Bu Miri mati gan...bukan...bukan rumah Bu Miri aja, tapi listrik di desa mati total.
Ane sempet denger suara jerit kaget di dalem rumah. Begitupun langkah kita bertiga yang ikut terhenti. Momen salting terjadi beberapa saat, sampai suami dan anak-anak Bu Miri segera memecah keheningan dengan mendatangi para warga yang udah di dalem sambil nyiapin tenaga penerangan cadangan alias lampu thinthir (lampu lilin dari minyak) beberapa buah.
Tapi ternyata kejadian gak berhenti ampe di situ gan. Di tengah lantunan ayat-ayat surat Yasin, ane jadi ngerasa serem sendiri. Bayangin aja gan, di luar sana kabut masih belum ngilang juga plus gerimis mengundang, hawa dingin dan mati listrik. Ditambah lagi ane keinget cerita-cerita yang kejadian tadi sore tentang kondisi jenazah. Ane beneran jiper, gan.
Buat ngilangin perasaan itu, ane berinisiatif buat ngalihin fokus dengan cara gangguin temen di samping ane. Tapi dia gak seru gan, dia terlalu khusyuk baca surat Yasin. Samping ane cuma ada pintu kamar yang misahin barisan cowok sama cewek. Gak mungkin juga ane gangguin cewek samping ane karena cewek itu berwujud ibu-ibu paruh baya yang baca Yasin sambil merem-merem ngantuk.
Ane nyoba ngedarin pandangan ke sekeliling, sampe fokus ane berhenti di Mita di sudut sana. Dia sama kayak ane, sama sekali gak mandang buku Yasin yang dia pegang. Tapi bedanya, kalo mata ane keliling kemana-mana, mata si Mita ane liat cuma berhenti di satu titik. Ke arah pintu keluar yang letaknya sejajar sama pintu kamar yang ada di samping ane. Ane gak bisa jelas liat karena suasana yang remang-remang, tapi ane tahu pelan-pelan pandangannya beralih ke tengah ruangan. Kayak seakan pandangannya ngikutin sesuatu yang cuman dia sendiri yang tahu karena emang enggak ada siapapun yang jalan-jalan kala itu.
Ane amatin Mita, pandangannya makin mengarah ke sesuatu yang seakan-akan terus melangkah melewati tengah ruangan...lalu ke arah ane. Jelas ke arah ane! Dan di titik itu pandangan Mita berhenti di ane dan dia teriak kenceng banget "AWAS DIA LARI!!!".
Seketika, pintu kamar di samping ane ngebuka sendiri dan nutup kenceeeeeeng banget! Semua orang di sana liat itu dan bahkan ada sebagian dari mereka yang ampe ngelemparin buku Yasin-nya dan lari tunggang langgang ke luar rumah (jujur aja termasuk ane juga). Dan entah kebetulan apa enggak, bebarengan listrik desa idup lagi. Ane yang udah diluar rumah udah ngos-ngosan antara lari kenceng banget sama shock ketakutan. Di dalem tampak anak perempuan Bu Miri nangis histeris dan berusaha ditenangin beberapa orang.
Tapi bukan itu yang menarik perhatian ane, melainkan Mita yang ane temuin ternyata juga ikutan lari keluar dan berdiri di dekat pohon pisang. Ane yang inisiatif buat ngedeketin dia, malah dapet pengakuan yang pada akhirnya bakal jadi momen yang paling scary yang pernah ane rasain ampe sekarang.
"Itu tadi Bu Miri masih enggak rela ninggalin apa yang dia punya di dunia. Makanya dia balik lagi ke kamarnya, dan dia marah liat orang-orang udah nganggep dia mati."
Mungkin agan-agan nganggep cerita tentang Indra dan Mita ini menjengkelkan. OOT...gak nyambung sama keseluruhan cerita...strategi murahan buat manjang-manjangin dan muter-muterin cerita. Mungkin itu yang ada di pikiran agan. Apalagi dua part sebelumnya, ane ngebahas kisah Izza yang udah cukup OOT.
Tapi ane pastiin bahwa kisah di bagian ini bukan OOT dan bahkan sosok Mita ini merupakan sosok yang teramat penting. Karena dari dialah awal mula titik terang atas pencarian ane selama ini. Ya, Mita-lah nanti yang akan ngasih ane petunjuk pertama yang akan menuntun ane menuju dia...seseorang yang selama ini udah menjadi hantu dan obsesi di hidup ane...seseorang yang menjadi alasan utama kenapa trit ini ada...Si Gadis Penyendiri.
Tapi ane pastiin bahwa kisah di bagian ini bukan OOT dan bahkan sosok Mita ini merupakan sosok yang teramat penting. Karena dari dialah awal mula titik terang atas pencarian ane selama ini. Ya, Mita-lah nanti yang akan ngasih ane petunjuk pertama yang akan menuntun ane menuju dia...seseorang yang selama ini udah menjadi hantu dan obsesi di hidup ane...seseorang yang menjadi alasan utama kenapa trit ini ada...Si Gadis Penyendiri.
0
Kutip
Balas