TS
whiteshark21
NULL
NULL
more than just none
Cerita ini lebih saya kategorikan ke Action-Mistery,yah apapun itu.
sudut pandang orang ketiga(serba tau) dan bahasa indonesia semi baku.
Sinopsis
Bagas,seorang pemuda biasa dipercaya dan diikutsertakan oleh kepolisian untuk membantu menangani kasus-kasus pembunuhan di Ibu Kota.
Keahliannya berhasil menuntun dirinya bergabung ke dalam 'Divisi 1', sebuah grup berisi sekumpulan veteran anak muda dengan keahliannya di masing-masing cabang ilmu forensik.
Rules
- nggak ada peraturan tambahan,bebas aja.
- batasan-batasannya mengacu penuh ke rules H2H & SFTH.
- komentar & teguran langsung saja dilayangkan via Post atau PM.
Warning!
- Cerita ini benang merahnya adalah tentang jagoan lawan penjahat jadi temanya nggak jauh-jauh dari kekerasan.( dengan kata lain kalau kalian sangat tabu dengan kata 'pembunuhan' dan sebagainya, sebaiknya pindah ke bacaan lain ).
- sebagian dari inti cerita ini bukan untuk ditiru atau diidolakan,begitu. ( Hal baik selalu menang jadi jangan tiru yang buruknya )
- Tokoh,Tempat,Kejadian semuanya Fiksi. (Extremely fiksi mungkin)
- Banyak hal terjadi di cerita ini;beberapa masuk akal,beberapa belum bisa dilakukan di jaman ini dan beberapa mungkin mustahil dilakukan di dunia ini.
- Berdasarkan temanya ane pribadi bilang konten cerita ini untuk umur 17 tahun ke atas atau mereka yang sudah mampu menalar cerita fiksi.
- Kentang, pasti! ( TSnya masih belum lancar menulis jadi jeda per part-nya bakalan cukup lama )
- N/A.
Isi Cerita
Spoiler for Ilustrasi karakter:
Spoiler for CHAPTER 1:
Spoiler for CHAPTER 2:
Spoiler for CHAPTER 3:
Spoiler for CHAPTER 4:
Pengumuman tutup lapak (closed permanently)
Quote:
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 0 suara
Masukkan dan Update Cerita
Cerita GaJe, 1 hari = 10 chapter ( Random )
0%
Cerita biasa, 1 hari = 1 chapter ( 00:00 - 12:00 )
0%
Cerita lumayan, 1 hari = 1 chapter ( 12:00 - 00:00 )
0%
Cerita bagus, 2 hari = 1 chapter ( 17:00 - 20:00 )
0%
Cerita menarik, 3 hari = 2 chapter ( 12:00 & 17:00 )
0%
NULL, 7 hari = 1 chapter ( 15:00 )
0%
Diubah oleh whiteshark21 11-04-2017 20:43
anasabila memberi reputasi
1
21.4K
98
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
whiteshark21
#9
Chapter 1 - Main Story
Index 4 - New Division
"perempuaaan..??" kata Doni ikut melongo.
"mungkin sekertaris barunya" kata Dimas ikut beropini.
"aku udah tahunan menghuni kantor ini,tapi Pak Adam emang nggak perlu sekertaris-sekertaris begituan" bantah Bagas bangun dari kursinya walaupun beberapa menit sebelumnya dia yang paling malas untuk diajak bicara.
"kalo gitu istrinya mungkin?" kata Dimas lagi.
"istri pak Adam itu ngga cantik Mas,gendut pula.. mana mungkin" balas Bagas.
"iya! mana mungkin? mustahil,mustahil.." seru Doni menambahkan.
tak lama kemudian pintu ruangan mereka pun diketuk dari arah luar,mendengar pemilik ruangannya sudah mengizinkan masuk,seorang di balik pintu itu pun membuka pintunya.
"permisi" sapa perempuan yang baru saja membuka pintu ruangan mereka bertiga.
{ eh,cantiknya.. } pikir Doni saat seorang perempuan masuk melewati pintu ruangannya.
"lihatkan istri pak Adam mana bisa seca-" sambar Bagas yang tiba-tiba berhenti dan memasang raut muka panik setelah melihat pak Adam juga ikut masuk menyusul perempuan tadi.
{ alamak,jangan-jangan dia denger aku ngomong soal istrinya } batin Bagas melihat pak Adam baru saja mematikan panggilan telfon yang diterimanya.
"kalian bertiga kenalkan,Sarah adalah salah satu forensik kepolisian di kantor saya tadi rapat,dia mulai resmi ditugaskan di sini" jelas Pak Adam menyimpan kembali Handphone lipatnya.
"ditugaskan di tim kami pak?" tanya Doni.
"anu,apa anda barusan dengar perkataan saya,pak kepala?" tanya Bagas risih.
"tumben sekali panggil seperti itu.. perkataan yang mana?" tanya pak Adam balik.
"oh,nggak.. saya kira,anda dengar.. hehe bukan apa-apa" balas Bagas cengengesan.
"soal istri saya?" tanya Pak Adam langsung terbuka begitu saja.
{ ternyata dia denger.. gila,ngga enak aku } batin Bagas sambil mengangguk mengiayakan pertanyaan barusan.
"saya nggak ada masalah dengan itu,kan sudah biasa jadi obrolan kalian berdua dari dulu" kata pak Adam yang sedari tadi diperhatikan terus oleh perempuan di sampingnya.
"ngomong-ngomong,pembawaan kami sehari-hari memang seperti ini.. tidak terlalu formal yah seperti dugaanmu?" tanya pak Adam pada perempuan itu.
"iya,saya bisa mengerti terkadang anggota penyidik pun bisa seperti itu" jawab perempuan itu dengan tersenyum.
selain Dimas dan pak Adam,sisanya terlihat memendam sesuatu di benaknya.
"baguslah,saya harap kalian bisa secepatnya menyesuaikan diri dan bisa bekerja sama dalam tim ini" ujar pak Adam sekalian berpamitan untuk memeriksa berkas-berkas laporannya yang sudah menumpuk.
"semoga hari-hari anda menyenangkan" balas perempuan bernama Sarah tersebut.
.
.
.
"hai,kenalkan aku Doni" sambar Doni memperkenalkan diri setelah keempatnya ditinggal pergi oleh kepala pimpinan mereka.
"namaku Sarah,aku resmi dipindahkan ke sini dari posisiku sebagai anggota forensik di kantor sebelumnya" balas perempuan tersebut seraya menerima ajakan bersalaman dari Doni.
Pembawaannya santai dan terlihat seperti seorang yang profesional dan berwibawa berbanding terbalik dengan duo sahabat yang mengajaknya bicara.
"forensik bidang?" tanya Bagas langsung tertarik dengan latar belakang Sarah.
"aku biasa memeriksa kondisi psikologis orang-orang yang memiliki hubungan dengan kasus kriminal yang kami tangani" jawab Sarah.
"oh,forensik psikologi rupanya.. kebetulan sekali kita memerlukan kemampuan itu" kata Bagas yang malah lupa memperkenalkan dirinya.
Sarah hanya tersenyum seraya mengangkat bahunya sebentar lalu menurunkannya lagi,wajahnya terlihat jauh lebih cantik saat tersenyum.
"dia namanya Bagas,salah satu forensik juga di bidang digital informasi" kata Doni memperkenalkan temannya sekaligus cari muka.
"oh ya? di kantorku bertugas sebelumnya belum ada yang menempati posisi itu,jadi kami selalu minta bantuan dari kantor lainnya" balas Sarah tersenyum penuh makna.
"kedengarannya bagus kan karena sekarang kamu satu tim dengan orang yang menempati posisi itu?" tanya Bagas juga mulai tertarik dengan lawan bicaranya.
"ehem," Dimas yang sedari tadi belum punya kesempatan berbicara hanya berdehem sambil mengisaratkan jari manisnya seperti memberi kode untuk kedua rekan kerjanya.
{ Cincin..??? } batin Doni terkejut setelah menoleh ke arah jari manis Sarah.
{ tunggu,belum ada jaminan kalau itu cincin nikah! dia kan masih muda.. lagipula orang itu hanya bisa mengandalkan firasat saja sedari tadi } pikir Doni lagi sambil memandang Dimas dengan pandangan aneh,sementara teman satu perjuangannya nampak sibuk memainkan smartphone-nya.
"apa? aku cuma kasih tau dia sudah pakai cincin di jarinya.. kamu keliatannya nggak terima sama gagasanku yah?" kata Dimas membalas pandangan Doni.
"Sarah Ayu Oktaviani,perempuan Scorpio umur 24 tahun dan.. sudah bertunangan" kata Bagas yang tak ada angin tak ada apa tiba-tiba sibuk mencari identitas Sarah.
{ Pak Adam payah,kenapa bawa-bawa perempuan cantik yang udah tunangan.. } batin Doni yang sudah berniat mendekati Sarah sejak pertama menyapanya.
Sarah adalah perempuan berwajah cantik,berambut panjang,dengan bibir khas orang asia,tinggi,berkulit putih dan bertubuh ideal sampai bisa dibilang bahwa dialah sosok perempuan yang sempurna.
"hei,nggak sopan kan seperti itu?" tegur Sarah tidak benar-benar berniat untuk menegur,melainkan hanya bercanda.
"ah,maaf maaf.. aku cuma cari nama kamu di facebook,kebetulan privasinya nggak kamu sembunyiin jadi aku bisa baca" kata Bagas minta maaf sambil menjelaskan dari mana ia tau beberapa identitas Sarah.
"hoi,yang namanya Sarah kan banyak,kamu salah kali!?" bantah Doni masih belum terima perempuan yang dia suka sudah bertunangan,dirinya tau walau temannya bilang seperti dia dapat info dari facebook dan sebagainya,sebenarnya lebih dari itu cara melacaknya tak diragukan lagi.
"heh? kamu ngremehin kemampuan ngelacak punyaku? kamu lupa aku dari divisi satu,hah?" balas Bagas meladeni rekannya tersebut.
namun tanpa disadari rupanya kalimat tersebut sangat menarik bagi Sarah,sehingga dirinya menatap kembali ke arah Bagas dengan antusias.
"divisi satu?" tanya Sarah singkat.
"oh,kamu sudah pernah dengar nama itu yah?" jawab Bagas tidak mengira kata-kata yang tak sengaja dia ucapkan barusan akan ditanyakan.
"tentu saja,siapa yang tidak tau" jawab Sarah meyakinkan.
"hehe maaf,aku ngga berniat pamer juga tadi" kata Bagas ngeles.
"jadi kamu anggota yang digosipin di mana-mana itu?" tanya Sarah lagi dengan antusias sembari menarik salah satu kursi dan mendudukinya.
"digosipin? di mana-mana? ..apa iya?" tanya Bagas balik yang kini terlihat sedikit tersenyum.
"kabarnya divisi satu yang menjadi andalan dari kantor ini berjumlah 5 orang,tapi karena yang terekspos hanya 4 orang saja maka dari itu banyak orang yang mulai membuat teori-teori aneh seperti kalau kamu itu hantu atau arwah dan semacamnya yang membantu 4 orang kawannya dari balik layar" jelas Sarah yang membuat duo detektif di sana tertawa,sementara Bagas masih senang-senang saja diajak mengobrol.
"hahaha,hantu membantu dalam tugas kepolisian yah? sebutan yang memang cocok sih buat kamu,Gas" kata Doni tertawa puas.
"di kantor ku juga dulu ramai yang membahas hall itu,sampai-sampai aku juga ikut memikirkannya" kata Sarah sambil tangannya menyentuh dagu kanannya.
"yang benar? aku sampai dipikirkan segitu rupanya.. nah,trus apa gambaran kamu mengenai aku dulu?" tanya Bagas.
"dulu aku pikir kamu anak kecil dengan kecerdasan super yang pandai menyamar di setiap pemecahan kasus di TKP,maka dari itu tidak ada wartawan yang mengenalimu karena kamu selalu berubah-ubah.. begitu pikirku"
"ghahaha,sadis juga aku disangka anak kecil" respon Bagas bergurau.
"tapi karena itu pula akhirnya aku mengambil pendidikan di jurusan ini" tambah Sarah tersenyum,senyumnya kini penuh dengan rasa percaya diri,setidaknya emosi itulah yang sampai ke pikiran Bagas saat melihat senyuman Sarah.
"kamu terinspirasi oleh hayalanmu mengenai diriku di masa lalu dan memilih masuk ke pendidikan forensik? wow,kayaknya takdir kita bertemu di sini yah," jawab Bagas menggoda,yang tentu maksudnya hanya untuk menambah keakraban.
sejenak tatapan Sarah pun beralih ke Dimas seperti sudah puas dengan pembicaraannya barusan dan kemudian menyodorkan tangannya lebih dahulu.
"oya,lalu namamu siapa? kita belum sempet kenalan tadi" sapa Sarah menengok ke arah Dimas yang masih duduk di kursi mejanya.
"namaku Dimas,senang bisa satu tim denganmu" kata Dimas sepertinya biasa-biasa saja.
"lalu kalian berdua apa juga anggota forensik? karena dulu divisi satu kan semuanya memegang peranan masing-masing sebagai profesional forensik" tanya Sarah tak sengaja membahas tentang teman-teman Bagas.
"bukan,hehe.. lagi pula cuma Bagas saja yang berasal dari divisi satu.. kami berdua adalah detektif" jelas Doni sambil menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal.
"dua orang detektif dalam satu tim? kedengarannya jarang terjadi di tempat lain,"
"Doni bisa dibilang detektif lokal sedangkan Dimas adalah pindahan dari kantor kepolisian pusat di Amerika" ujar Bagas membedakan keduanya.
{ detektif.. lokal? } pikir Doni merasa menjadi orang paling tertinggal di timnya.
"wow,dari Amerika yah? pasti kamu bisa disetarakan dengan para anggota divisi satu kan?" tanya Sarah polos pada Dimas.
"uh,em.. iya" jawab Dimas gugup kemudian tertunduk diam.
"apa kamu masih malu?" tanya Sarah menggoda.
"tidak" jawab Dimas menyangkal dengan nada gugup.
"Gas,coba periksa riwayatnya,apa dia punya phobia sama perempuan?" kata Doni meledek.
"nggak,riwayatnya baik-baik saja.." jawab Bagas datar.
"hoi,jangan seenaknya bongkar-bongkar privasi dong" balas Dimas terdengar lebih relax menanggapi Bagas dibanding saat menjawab pertanyaan Sarah tadi.
"aku dibayar untuk melakukan itu kok"
"bukan!"
"iya,bener"
"tapi ke tersangka"
"temen sendiri juga iya"
begitulah keduanya saling meledek,walaupun Dimas secara telak yang jadi korbannya.
namun dari interaksi itu nampaknya Sarah tidak hanya diam melamun atau semacamnya,dirinya tersenyum puas saat mengamati rekan-rekannya,sebuah penilaian muncul di benaknya.
sedangkan Doni yang lebih memperhatikan reaksi Sarah kini berani menilai kelebihan yang ada di rekan barunya tersebut.
di sela-sela senda gurau keempatnya tiba-tiba pak Adam masuk ke ruangan mereka.
"kalian berempat,segera susul pak Dasuki di Gedung Olah Raga Sukasari,terjadi pembunuhan senjata api sore tadi" kata pak Adam memberi instruksi kerja pada keempatnya.
"pak Dasuki?" tanya Doni.
"GOR Sukasari?" tanya Dimas.
"baik,kami sergera berangkat" jawab Sarah.
"saya tunggu kabar baik dari kalian" balas pak Adam yang kemudian pergi meninggalkan ruangan.
"pak Dasuki adalah komandan TNI angkatan darat wilayah Sukasari,kantornya tidak jauh dari TKP kasus ini" kata Bagas menjawab pertanyaan dua rekannya barusan sembari menyiapkan tas gendongnya.
"Sukasari?" tanya Dimas lagi.
"4 km dari sini,kita berangkat sekarang" jawab Bagas mempercepat gerakannya sedang ketiga rekannya pun ikut bersiap-siap.
#Persiapan yang matang,Divisi baru telah terbentuk.
Quote:
"perempuaaan..??" kata Doni ikut melongo.
"mungkin sekertaris barunya" kata Dimas ikut beropini.
"aku udah tahunan menghuni kantor ini,tapi Pak Adam emang nggak perlu sekertaris-sekertaris begituan" bantah Bagas bangun dari kursinya walaupun beberapa menit sebelumnya dia yang paling malas untuk diajak bicara.
"kalo gitu istrinya mungkin?" kata Dimas lagi.
"istri pak Adam itu ngga cantik Mas,gendut pula.. mana mungkin" balas Bagas.
"iya! mana mungkin? mustahil,mustahil.." seru Doni menambahkan.
tak lama kemudian pintu ruangan mereka pun diketuk dari arah luar,mendengar pemilik ruangannya sudah mengizinkan masuk,seorang di balik pintu itu pun membuka pintunya.
"permisi" sapa perempuan yang baru saja membuka pintu ruangan mereka bertiga.
{ eh,cantiknya.. } pikir Doni saat seorang perempuan masuk melewati pintu ruangannya.
"lihatkan istri pak Adam mana bisa seca-" sambar Bagas yang tiba-tiba berhenti dan memasang raut muka panik setelah melihat pak Adam juga ikut masuk menyusul perempuan tadi.
{ alamak,jangan-jangan dia denger aku ngomong soal istrinya } batin Bagas melihat pak Adam baru saja mematikan panggilan telfon yang diterimanya.
"kalian bertiga kenalkan,Sarah adalah salah satu forensik kepolisian di kantor saya tadi rapat,dia mulai resmi ditugaskan di sini" jelas Pak Adam menyimpan kembali Handphone lipatnya.
"ditugaskan di tim kami pak?" tanya Doni.
"anu,apa anda barusan dengar perkataan saya,pak kepala?" tanya Bagas risih.
"tumben sekali panggil seperti itu.. perkataan yang mana?" tanya pak Adam balik.
"oh,nggak.. saya kira,anda dengar.. hehe bukan apa-apa" balas Bagas cengengesan.
"soal istri saya?" tanya Pak Adam langsung terbuka begitu saja.
{ ternyata dia denger.. gila,ngga enak aku } batin Bagas sambil mengangguk mengiayakan pertanyaan barusan.
"saya nggak ada masalah dengan itu,kan sudah biasa jadi obrolan kalian berdua dari dulu" kata pak Adam yang sedari tadi diperhatikan terus oleh perempuan di sampingnya.
"ngomong-ngomong,pembawaan kami sehari-hari memang seperti ini.. tidak terlalu formal yah seperti dugaanmu?" tanya pak Adam pada perempuan itu.
"iya,saya bisa mengerti terkadang anggota penyidik pun bisa seperti itu" jawab perempuan itu dengan tersenyum.
selain Dimas dan pak Adam,sisanya terlihat memendam sesuatu di benaknya.
"baguslah,saya harap kalian bisa secepatnya menyesuaikan diri dan bisa bekerja sama dalam tim ini" ujar pak Adam sekalian berpamitan untuk memeriksa berkas-berkas laporannya yang sudah menumpuk.
"semoga hari-hari anda menyenangkan" balas perempuan bernama Sarah tersebut.
.
.
.
"hai,kenalkan aku Doni" sambar Doni memperkenalkan diri setelah keempatnya ditinggal pergi oleh kepala pimpinan mereka.
"namaku Sarah,aku resmi dipindahkan ke sini dari posisiku sebagai anggota forensik di kantor sebelumnya" balas perempuan tersebut seraya menerima ajakan bersalaman dari Doni.
Pembawaannya santai dan terlihat seperti seorang yang profesional dan berwibawa berbanding terbalik dengan duo sahabat yang mengajaknya bicara.
"forensik bidang?" tanya Bagas langsung tertarik dengan latar belakang Sarah.
"aku biasa memeriksa kondisi psikologis orang-orang yang memiliki hubungan dengan kasus kriminal yang kami tangani" jawab Sarah.
"oh,forensik psikologi rupanya.. kebetulan sekali kita memerlukan kemampuan itu" kata Bagas yang malah lupa memperkenalkan dirinya.
Sarah hanya tersenyum seraya mengangkat bahunya sebentar lalu menurunkannya lagi,wajahnya terlihat jauh lebih cantik saat tersenyum.
"dia namanya Bagas,salah satu forensik juga di bidang digital informasi" kata Doni memperkenalkan temannya sekaligus cari muka.
"oh ya? di kantorku bertugas sebelumnya belum ada yang menempati posisi itu,jadi kami selalu minta bantuan dari kantor lainnya" balas Sarah tersenyum penuh makna.
"kedengarannya bagus kan karena sekarang kamu satu tim dengan orang yang menempati posisi itu?" tanya Bagas juga mulai tertarik dengan lawan bicaranya.
"ehem," Dimas yang sedari tadi belum punya kesempatan berbicara hanya berdehem sambil mengisaratkan jari manisnya seperti memberi kode untuk kedua rekan kerjanya.
{ Cincin..??? } batin Doni terkejut setelah menoleh ke arah jari manis Sarah.
{ tunggu,belum ada jaminan kalau itu cincin nikah! dia kan masih muda.. lagipula orang itu hanya bisa mengandalkan firasat saja sedari tadi } pikir Doni lagi sambil memandang Dimas dengan pandangan aneh,sementara teman satu perjuangannya nampak sibuk memainkan smartphone-nya.
"apa? aku cuma kasih tau dia sudah pakai cincin di jarinya.. kamu keliatannya nggak terima sama gagasanku yah?" kata Dimas membalas pandangan Doni.
"Sarah Ayu Oktaviani,perempuan Scorpio umur 24 tahun dan.. sudah bertunangan" kata Bagas yang tak ada angin tak ada apa tiba-tiba sibuk mencari identitas Sarah.
{ Pak Adam payah,kenapa bawa-bawa perempuan cantik yang udah tunangan.. } batin Doni yang sudah berniat mendekati Sarah sejak pertama menyapanya.
Sarah adalah perempuan berwajah cantik,berambut panjang,dengan bibir khas orang asia,tinggi,berkulit putih dan bertubuh ideal sampai bisa dibilang bahwa dialah sosok perempuan yang sempurna.
"hei,nggak sopan kan seperti itu?" tegur Sarah tidak benar-benar berniat untuk menegur,melainkan hanya bercanda.
"ah,maaf maaf.. aku cuma cari nama kamu di facebook,kebetulan privasinya nggak kamu sembunyiin jadi aku bisa baca" kata Bagas minta maaf sambil menjelaskan dari mana ia tau beberapa identitas Sarah.
"hoi,yang namanya Sarah kan banyak,kamu salah kali!?" bantah Doni masih belum terima perempuan yang dia suka sudah bertunangan,dirinya tau walau temannya bilang seperti dia dapat info dari facebook dan sebagainya,sebenarnya lebih dari itu cara melacaknya tak diragukan lagi.
"heh? kamu ngremehin kemampuan ngelacak punyaku? kamu lupa aku dari divisi satu,hah?" balas Bagas meladeni rekannya tersebut.
namun tanpa disadari rupanya kalimat tersebut sangat menarik bagi Sarah,sehingga dirinya menatap kembali ke arah Bagas dengan antusias.
"divisi satu?" tanya Sarah singkat.
"oh,kamu sudah pernah dengar nama itu yah?" jawab Bagas tidak mengira kata-kata yang tak sengaja dia ucapkan barusan akan ditanyakan.
"tentu saja,siapa yang tidak tau" jawab Sarah meyakinkan.
"hehe maaf,aku ngga berniat pamer juga tadi" kata Bagas ngeles.
"jadi kamu anggota yang digosipin di mana-mana itu?" tanya Sarah lagi dengan antusias sembari menarik salah satu kursi dan mendudukinya.
"digosipin? di mana-mana? ..apa iya?" tanya Bagas balik yang kini terlihat sedikit tersenyum.
"kabarnya divisi satu yang menjadi andalan dari kantor ini berjumlah 5 orang,tapi karena yang terekspos hanya 4 orang saja maka dari itu banyak orang yang mulai membuat teori-teori aneh seperti kalau kamu itu hantu atau arwah dan semacamnya yang membantu 4 orang kawannya dari balik layar" jelas Sarah yang membuat duo detektif di sana tertawa,sementara Bagas masih senang-senang saja diajak mengobrol.
"hahaha,hantu membantu dalam tugas kepolisian yah? sebutan yang memang cocok sih buat kamu,Gas" kata Doni tertawa puas.
"di kantor ku juga dulu ramai yang membahas hall itu,sampai-sampai aku juga ikut memikirkannya" kata Sarah sambil tangannya menyentuh dagu kanannya.
"yang benar? aku sampai dipikirkan segitu rupanya.. nah,trus apa gambaran kamu mengenai aku dulu?" tanya Bagas.
"dulu aku pikir kamu anak kecil dengan kecerdasan super yang pandai menyamar di setiap pemecahan kasus di TKP,maka dari itu tidak ada wartawan yang mengenalimu karena kamu selalu berubah-ubah.. begitu pikirku"
"ghahaha,sadis juga aku disangka anak kecil" respon Bagas bergurau.
"tapi karena itu pula akhirnya aku mengambil pendidikan di jurusan ini" tambah Sarah tersenyum,senyumnya kini penuh dengan rasa percaya diri,setidaknya emosi itulah yang sampai ke pikiran Bagas saat melihat senyuman Sarah.
"kamu terinspirasi oleh hayalanmu mengenai diriku di masa lalu dan memilih masuk ke pendidikan forensik? wow,kayaknya takdir kita bertemu di sini yah," jawab Bagas menggoda,yang tentu maksudnya hanya untuk menambah keakraban.
sejenak tatapan Sarah pun beralih ke Dimas seperti sudah puas dengan pembicaraannya barusan dan kemudian menyodorkan tangannya lebih dahulu.
"oya,lalu namamu siapa? kita belum sempet kenalan tadi" sapa Sarah menengok ke arah Dimas yang masih duduk di kursi mejanya.
"namaku Dimas,senang bisa satu tim denganmu" kata Dimas sepertinya biasa-biasa saja.
"lalu kalian berdua apa juga anggota forensik? karena dulu divisi satu kan semuanya memegang peranan masing-masing sebagai profesional forensik" tanya Sarah tak sengaja membahas tentang teman-teman Bagas.
"bukan,hehe.. lagi pula cuma Bagas saja yang berasal dari divisi satu.. kami berdua adalah detektif" jelas Doni sambil menggaruk-garuk rambutnya yang tidak gatal.
"dua orang detektif dalam satu tim? kedengarannya jarang terjadi di tempat lain,"
"Doni bisa dibilang detektif lokal sedangkan Dimas adalah pindahan dari kantor kepolisian pusat di Amerika" ujar Bagas membedakan keduanya.
{ detektif.. lokal? } pikir Doni merasa menjadi orang paling tertinggal di timnya.
"wow,dari Amerika yah? pasti kamu bisa disetarakan dengan para anggota divisi satu kan?" tanya Sarah polos pada Dimas.
"uh,em.. iya" jawab Dimas gugup kemudian tertunduk diam.
"apa kamu masih malu?" tanya Sarah menggoda.
"tidak" jawab Dimas menyangkal dengan nada gugup.
"Gas,coba periksa riwayatnya,apa dia punya phobia sama perempuan?" kata Doni meledek.
"nggak,riwayatnya baik-baik saja.." jawab Bagas datar.
"hoi,jangan seenaknya bongkar-bongkar privasi dong" balas Dimas terdengar lebih relax menanggapi Bagas dibanding saat menjawab pertanyaan Sarah tadi.
"aku dibayar untuk melakukan itu kok"
"bukan!"
"iya,bener"
"tapi ke tersangka"
"temen sendiri juga iya"
begitulah keduanya saling meledek,walaupun Dimas secara telak yang jadi korbannya.
namun dari interaksi itu nampaknya Sarah tidak hanya diam melamun atau semacamnya,dirinya tersenyum puas saat mengamati rekan-rekannya,sebuah penilaian muncul di benaknya.
sedangkan Doni yang lebih memperhatikan reaksi Sarah kini berani menilai kelebihan yang ada di rekan barunya tersebut.
di sela-sela senda gurau keempatnya tiba-tiba pak Adam masuk ke ruangan mereka.
"kalian berempat,segera susul pak Dasuki di Gedung Olah Raga Sukasari,terjadi pembunuhan senjata api sore tadi" kata pak Adam memberi instruksi kerja pada keempatnya.
"pak Dasuki?" tanya Doni.
"GOR Sukasari?" tanya Dimas.
"baik,kami sergera berangkat" jawab Sarah.
"saya tunggu kabar baik dari kalian" balas pak Adam yang kemudian pergi meninggalkan ruangan.
"pak Dasuki adalah komandan TNI angkatan darat wilayah Sukasari,kantornya tidak jauh dari TKP kasus ini" kata Bagas menjawab pertanyaan dua rekannya barusan sembari menyiapkan tas gendongnya.
"Sukasari?" tanya Dimas lagi.
"4 km dari sini,kita berangkat sekarang" jawab Bagas mempercepat gerakannya sedang ketiga rekannya pun ikut bersiap-siap.
#Persiapan yang matang,Divisi baru telah terbentuk.
khuman memberi reputasi
1




















