- Beranda
- Stories from the Heart
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!
...
TS
galonze.b.c.n.b
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!

1 Flat2 Wanita 2 Cerita

Quote:
Spoiler for Rules:
Spoiler for F.A.Q:
Quote:
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 11-06-2016 21:40
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
galonze.b.c.n.b
#2817
Part 85 Mawar Putih
‘Krriiiiiinnnggggg….. Krrrriiiinngggg…. Krriinnggg….’ Dering telfon membangunkan gue pagi itu. Gue yang masih tidur terlelap dalam selimut segera menyapukan tangan kanan untuk mencari asal suara itu.
“hallooo?” ucap gue malas.
“pagiii massss…” ucap siara diujung telfon dengan semangat.
“pagi sayang…”
“ihhh, kok lemes gitu sih mas? Kayak orang yang kelaperan aja…, mas belum makan yah?” tanya mila diujung sana.
“hhmmmm” jawab gue sekenanya. Karna jujur saja, gue masih sangat ngantuk untuk bangun pagi ini.
“mas??? Kamu masih tidur jam segini? Gak shalat shubuh?” ucap dia protes.
“hheeemmmmm” jawab gue.
“MAAASSSSS! Cepet bangun!!! Kamu hari ini katanya ada bimbingan pagi kan?!!!” ucap mila kesal.
“hhhmmmmmm”
“Hmmm yaudah deh kalo gak mau bangun bangun. Ade pulangnya minggu depan aja….” Ucap mila.
gue yang masih linglung antara sadar dann tidak segera beranjak bangun setelah mendengar ucapannya itu, "hallo sayang? Kamu masih disana kan? Mas udah bangun kok!” jawab gue semangat.
“ihhhhhh!! Mas mah nyebelin! Daritadi diajak ngobrol malah diem aja. Cuman jawab hhhmmmm heeh hmmmm heeh doang! Giliran digituin aja langsung nyaut!!! Nyebeliinn ihh massss” ucapnya manja.
“maaf de, masih ngantuk banget ini, semalem ngedadak insom….” Ucap gue menjelaskan.
“ahhhh boong! Paling juga bablas sampe shubuh main game sama norman!” ucap mila.
“eehehhheeh! Iya maaf maaf sayangg….” Jawab gue tak mampu berkata apa apa karna dia tahu gue berbohong.
“ya udah sayang, gih sana mandi. Katanya ada bimbingan pagi ini…” ucap dia mengingatkan gue untuk segera kekamar mandi karna pagi ini ada bimbingan dirumah dosen.
“iya deh, ya udah mas tutup dulu ya” jawab gue sambil menutup telfon.
Setelah selesai mandi dan bersiap siap di kamar. Melihat jam di dinding menunjukan pukul 10.00, Gue lalu melangkah keluar flat untuk pergi menemui dosen pembimbing skipsi gue di rumahnya. Dan sesampainya disana kurang lebih selama 25 menit pak Hendry pun menyudahi acara bimbingan ini.
“Jawaban untuk identifikasi pertama sudah tepat, tinggal membetulkan pengetikan yang salah salah saja, kamu sudah boleh melanjutkan untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua dan ketiga!” ucap dia.
gue mengangguk “Terima kasih Pak!”, saat berjalan keluar rumah gue tertarik untuk melihat lihat bunga bunga di taman depan halaman tumah dia, ada satu bunga yang sangat menarik perhatian gue kala itu “pak, ini bunga mawar ya? warnanya putih, cantik!”
“iya betul rangga, itu bunga mawar. Anak saya yang menanam bunga bunga disitu dan hasilnya yang kamu lihat sekarang. bunganya cantik cantik semua” jawab pak Hendry.
gue masih terpesona melihat bunga mawar putih itu, apalagi wanginya begitu semerbak, “mila suka gak ya??” ucap gue dalam hati. “kamu suka bunga itu rangga? Kalo suka kamu boleh petik beberapa tangkai!” tawar pak Henry, gue pun mengangguk senang “Makasih Pak!”, kemudian gue pun memetik beberapa tangkai bunga untuk dibawa pulang.
Sekitar jam 01.20 gue sudah berada kembali di dalam flat. Saat masuk kedalam sudah ada mila dan melsi yang keduanya sedang sibuk dengan urusannya masing masing. Mila sedang sibuk dikamarnya sementara melsi sedang sibuk dengan handphonenya. Saat gue berikan bunga mawar putih itu pada mila, dia sangat senang sekali menerimanya. Dia bilang bahwa bunga Mawar adalah salah satu bunga favorit dia.
Saat akan berjalan menuju ke kamar untuk mengganti baju, gue melihat melsi sedang menonton tv di ruang tengah, “kak angga!” sapa melsi.
gue pun menoleh kearah dia, “echi, kenapa? Gimana sekolahnya? Rame?”, melsi menjawab dengan anggukan “iya kak! Rame kok!"
“owh…, tumben echi jam segini belum bobo siang” ucap gue, namun gue melihat dia masih terdiam seperti ada yang hendak ia katakan, “echi kenapa? Ada yang mau diomongin sama kak rangga?”
dia masih saja terdiam, barulah beberapa saat setelah gue bujuk dia berani berkata “kak rangga, echi mau nanya kak…”
“oya? Apa itu?” tanya gue.
“waktu kaka nembak kak mila, apa yang kaka lakuin? Pake bunga ato pake apa gitu? Terus kak mila jawabnya apa?” ucap melsi, gue yang mendengarnya hanya bisa menahan tawa saja, sepertinya anak ini sedang disukai oleh seseorang.
“dulu kaka pasrah aja waktu nembak dia, gak bawa apa apa. Soalnya kaka yakin kakamu pasti bakal nerima” jawab gue PD.
“kok bisa yakin gitu?” tanya melsi masih penasaran.
“ya yakin karna kak mila juga udah nyatain perasaan dia juga, kak mila nyatainnya bukan lewat lisan tapi lewat sikap yang kakakmu kasih ke kaka! Echi kenapa nanya nanya kayak gituan sih?” tanya gue heran kepada dia.
wajah melsi langsung memerah, dia lalu menggeleng gelengkan kepalanya “eh gak apa apa kok kak! Udah dulu ya, echi mau tidur aja”
gue lalu memperhatikan wajah dia yang mulai memerah “lho! Muka echi kok jadi merah gitu? Jangan jangan ada yang lagi suka sama echi ya?”
“Enggak kok kak! Enggak! Echi Cuma nanya aja tadi!” jawab melsi sambil melangkahkan kakinya meninggalkan gue.
“Lho? Echi mau kemana? Sini ngobrol dulu sama kaka, ada yang suka sama echi ya?” tanya gue namun melsi tetap saja meninggalkan gue dan melangkahkan kakinya kedalam kamar.
----
Besoknya, karena hari jum’at gue dan anak anak sering berkumpul saat sore hari di angkringan tempat biasa kami nongkrong. Disana gue membawa mila, yohanes membawa amel, nadia dan frans,donny dan shella dan agnas yang sedari tadi merasa khawatir karna rio sulit sekali untuk dihubungi.
“ihhh kemana sihhh!!!!” gerutu agnas sambil sibuk mengutak-atik handphonenya.
“terakhir ketemu sama kmu kapan nas? Emang kemana sih dia?” tanya frans.
“terakhir pulang dari rumahku jam 3 pagi, aku suruh nginep gak mau. Dan sampe sekarang dia belum ngasih ngasih kabar lagi!” ucap dia khawatir.
“bah! Lagi nyiapin surprise mungkin dia!” timpal yohanes.
“surprise apa?”
“gak tau aku!” jawab yohanes.
mendengar jawaban aneh dari pacarnya, amel langsung menoyor kepala yohanes “kalo gak tau ngapain ngomong!!”
“aku telfon adiknya juga gak diangkat angkat!!!” ucap agnas lemas.
“norman kemana? Dia juga gak ada kabar nih!” ucap gue menanyakan kabar dia.
“sibuk dia cari jodoh! Biarkan saja! kasihan dia kalo ngumpul bareng kita kita cuma jadi obat nyamuk!” ucap yohanes.
“berisik lu! Apa apa dikomentar!” timpal donny.
mendengar ucapan dony itu, yohanes mulai emosi “inang! Kurang ajar kali si gendut ini!”
“udah udah! Malah pada ribut juga!” ucap gue menengahi, “coba telfon norman ke nomor yang ini, mungkin aja dia lagi sama rio” ucap gue memberikan nomor milik norman kepada agnas.
“sama gak diangkat!” ucap dia kembali kecewa.
Tak lama setelah itu datang norman menghampiri kami dengan wajah yang serius, “Hey!!!”
“Man! Kemana aje lu? Ditungguin daritadi!” ucap gue saat melihat dia berjalan kearah kita.
“sorry! Ini gue dapet kabar ngedadak!” ucap dia panik.
“ngedadak maksudnya?”
“Gue ditelfon sama orang yang namanya Briptu Erna, dia bilang katanya rio lagi ada di kantor polisi!” ucap norman.
mendengar kata kantor polisi, agnas langsung terkejut “HAH? Ngapain dia disana?”
“udah! Ntar gue ceritain, sekarang…” ucap norman langsung dipotong oleh agnas, “Ayo cepet ceritain!!! Kenapa rio bisa sampe ada di kantor polisi?” ucap agnas sambil mengguncang guncangkan tubuh norman.
norman hanya melongo ketika melihat mata agnas yang sedang panik dan marah itu, “ok! ok! santai, rio ada disana katanya tadi shubuh mobil dia nyenggol orang yang pake motor waktu dijalan, kalo menurut gue dia pasti ngantuk waktu nyetir mobil, soalnya gak mungkin kalo dia pake narkoba!” ucap dia menjelaskan kenapa rio bisa ada dikantor polisi, “tadinya dia cuma minta ke gue buat cariin pengacara dan jangan bilang siapa siapa apalagi orang tuanya, tapi kayaknya ini masalah serius jadi gue kasih tau kalian dan agnas tau orang tua rio sekarang dimana?” ucap norman kembali.
setelah mendengar apa yang diberitahukan oleh norman, agnas menangis sejadi jadinya, “tuhh kannn!!! udah dibilang jangan pulang jangan pulang!!!!!!”
“udah udah, sekarang yang paling penting kita bisa bantu apa buat bebasin rio?” ucap gue mencoba menenangkan agnas dan mencari jalan keluar masalah ini.
“Bah! Aku ada ide! Tadikan si Rio minta di cariin pengacara, gimana kalau kita hubungi saja saudaraku yang sekarang jadi pengacara?” sahut yohanes.
“ya udah tunggu apa lagi?! Cepetan kasi tau saudara lu yang pengacara itu!” ucap donny ikut panik.
“Alamak! Tapi dia belum lulus kuliah hukumnya! Tunggulah satu tahun lagi pas dia sudah jadi pengacara!” ucap yohanes sambil cungar cengir.
amel marah dengan candaan pacarnya saat keadaan genting itu, dia lalu memukuli yohanes “ihhhh! Kurang ajar banget sih kamu! Keadaan lagi gini! Masih aja sempet sempetnya becanda!”
“iya! Tau tuh si Gorila! Otaknya Cuma jalan setengah dia! setengahnya lagi paling udah karatan!” ucap donny yang berbadan subur itu.
“Apa? Kau menyebutku gorila? Bah kurang ajar kali kau ini! Minta dihajar rupanya kau itu!” bentak yohanes yang lalu mendengkek leher dony.
“sssstttthhh…! Udah! Lu pade tuh kenapa sih? keadaan lagi genting gini juga! Tuh liat agnas! Dia masih nangis ngerasa bersalah! Lu berdua malah berantem!” ucap gue melerai mereka berdua. Memang mereka berdua jika sudah bertemu tidak pernah akur dari dulu, ada saja ribut ribut yang selalu mereka berdua ciptakan diantara kita semua.
merasa dia yang paling tua diantara kita, mila lalu merangkul agnas untuk menenangkan dia “agnas, udah dong gak boleh nangis terus. Sekarang mending kita cari solusi buat masalah ini! Biar rionya bisa cepet bebas”
agnas mulai berhenti menangis [/I]“iya, kita kasih tau tante Gita aja sekarang!”[/I]
“kamu yakin? Rio sendiri yang bilang katanya jangan kasih tau orang tuanya!” ucap norman.
“gak ada cara lain lagi! Cuma ibunya yang bisa ngatesin masalah serius kayak gini!” jawab agnas.
“tapi siapa yang berani ngomong ke ibunya rio itu? Kalau aku, tak beranilah aku!” sahut yohanes.
“alah… badan doang gede lu!” timpal donny.
“hah? Apa kau bilang?!!”
“hey hey! Udaaahhh!!” ucap amel kesal.
“gak usah biar aku aja yang ceritain semuanya nanti, ini semua salahnya aku, biar aku aja nanti yang ngomong” ucap agnas.
“ya udah, sekarang mending kita kerumah tante gita” ucap norman, dan kita pun dengan kendaraan masing masing pergi menuju rumah rio.
Sesampainya disana, gue sedikit takjub melihat keadaan rumahnya rio, rumah dia ini sangat besar sekali bahkan sepertinya 3x lebih besar dari rumah gue dikampung. Namun keadaan didalam rumah ini sekarang sepertinya berbeda, mendapat kejutan dari cerita yang baru saja agnas sampaikan kepada ibu gita, membuat dia marah sekali saat itu “jadi itu yang bikin rio gak bisa di telfon sampe sekarang?” ucap ibu gita dengan suara bergetar.
Tidak ada yang berani menyahut pertanyaan dari ibu gita, semuanya diam dan menundukan kepala “Si bengal itu terus saja bikin masalah! Dasar anak bandel!!!” ucap ibu gita dengan suara angker, kemudian tanpa mengucapkan apa apa lagi, ibu Gita langsung pergi meninggalkan Agnas dan kita semua di ruang tamu, Kita hanya saling tatap kebingungan.
Setelah beberapa lama suasana menjadi hening, akhirnya norman membuka suaranya “udah, sekarang mending kita tengok rio kesana, kita juga belum liat kondisi dia sekarang kayak gimana”, mendengar saran dari norman kitapun mengangguk setuju, dan langsung menuju ke kantor polisi.
Sesampainya disana, kita disuruh menunggu diruang tunggu. Dan datanglah seorang wanita memakai pakaian polisi lengkap “selamat malam, perkenalkan saya Briptu Erna, kalian teman teman dari Rio ya?” tanya dia sambil menjabat tangan kita masing masing.
“iya, maaf bisa saya ketemu sama rio bu?” ucap agnas.
“untuk sekarang rio masih belum bisa ditemui” jawab dia.
“pasti dia belum makan, dia belum makan kan?” tanya agnas khawatir dan dibalas oleh senyuman Briptu Erna “dia baru saja selesai makan tadi, walaupun tidak banyak”
“kalo boleh kami tau, kejadian sesungguhnya seperti apa bu?” tanya norman.
“rio bilang katanya bukan dia yang menyenggol motor korban, mobil di depan dia yang menyenggol korban dan langsung melarikan diri. dia hanya ingin membantu korban karna tidak ada yang menolong korban saat itu karna kedaan jalan sangat sepi dan tidak ada satupun orang di tempat kejadian” ucap Briptu Erna menjelaskan. “Tadi sejam yang lalu dia baru saja selesai menjalani serangkaian tes urin untuk mengetahui apakah dia mengkonsumsi narkoba atau tidak, dan tadi saya mendapat kabar kalau Hasil tes Narkobanya negative” ucap briptu erna kepada kami semua.
“rio gak pernah boong! Dia bilang bukan dia yang nabrak!! Kenapa masih aja ditahan??” ucap agnas kesal.
Briptu Erna hanya tersenyum saja mendengar ocehan dari agnas, “kalau kalian sedikit tahu tentang hukum, kalian tentu tahu bukan kalau kami memiliki kewenangan untuk melakukan penahanan kepada seseorang yang dicurigai melanggar hukum pidana selama 1x24 jam? Kami bisa menahan rio selama 1x24 jam karna ucapan dia tidak memiliki bukti apapun atas ucapannya itu, karna dia sedang berada di tempat kejadian perkara seorang diri hingga tidak ada saksi mata saat itu. Satu satunya yang bisa membuat rio keluar dari sel adalah dengan menunggu korban siuman, kita berdo’a saja mudah mudahan dia masih bisa mengingat identitas pelaku yang menabrak”
“kalau begitu, tentu dia berhak didampingi oleh seorang pengacara!” jawab agnas tak mau kalah!, “oh silakan!” sahut briptu erna yang masih tetap tersenyum.
“tenang nas, aku juga percaya kok bukan rio yang nabrak” ucap gue memberika dia semangat agar tidak lemas.
Briptu Erna mengangguk, “Ya saya mengerti bagaimana perasaan kalian sekarang! Dengar, kita akan berusaha mencoba untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya, jika memang benar apa yang rio ucapkan itu, kita berjanji akan mengusut pelaku tabrak lari itu”
Jam di dinding sudah menunjukan pukul 22.00, agnas tertunduk di halaman tempat parkir kantor polisi, air matanya masih terus mengalir, sesekali dia menggenggam erat cincin yang terpasang di jari manisnya itu.
Nadia yang ikut prihatin pada agnas datang menghampiri dia dan merangkulnya “yang tenang nas, semua bakal baik baik aja, pasti ibunya rio gak bakalan diem aja ngedenger anaknya ada di kantor polisi, dia pasti punya rencana buat ngebebasin Rio”
“iya aku tau nad, tapi ada di dalem sel tahanan walalu cuma 24 jam pasti rasanya ga nyaman banget buat dia! dia kan gak salah apa apa! Dia juga baru sembuh sakit kemaren” lirih agnas, nadia dan anak perempuan lain terdiam.
Beberapa saat kemudian datanglah beberapa mobil masuk ke kantor polisi, dari mobil itu keluarlah Ibu Gita bersama beberapa orang dan disambut oleh Briptu Erna yang langsung masuk kedalam kantor polisi tersebut.
“eh, itu tante gita. Ayuk kita masuk ikutin dia” ucap norman pada agnas, kemudian kita semua menyusul masuk kedalam kantor polisi.
saat sedang menunggu beberapa saat, akhirnya muncul rio yang keluar dari bagian depan kantor polisi, keadaannya saat itu buruk sekali, matanya merah mungkin karna dia belum istirahat, tambutnya terlihat acak acakan tidak rapih seperti biasanya, mukanya terlihar sangat lelah karna selama hampir 1x24 jam ini dia berada didalam sel tahanan.
Melihat yang keluar itu adalah pacarnya, agnas langsung berlari dan memeluk rio “iyoooo….” Ucap agnas sambil menangis, rio pun membalas pelukan agnas sambil tersenyum “kenapa sayang? Kok nangis gitu? Katanya kamu nunggu aku ya? Makasih ya udah nunggu sayang” ucap dia ditelinga agnas.
“iyo gak tidur ya? Kok matanya merah gitu?” ucap agnas.
“mana bisa aku tidur di keadaan kayak gini ay” jawab dia sambil tersenyum.
Setelah merasa cukup puas berpelukan dengan rio, dia lalu memperkenalkan Briptu Erna kepada kita semua “oh iya, ini kenalin, Briptu Erna, dia yang ngebantu aku selama disini!”, agnas lalu tersenyum, “iya aku udah kenal, tadi sempet ngobrol juga, oh iya, makasih bu udah jagain Rio selama disini ya!”, Briptu Erna pun menjabat tangan agnas sambil tersenyum manis “Iya, sama sama, itu sudah menjadi tugas saya” jawab dia.
Saat itu munculah ibu gita dari dalam ruangan polisi, “udah puas seneng senengnya? Terus gimana kamu jelasin semuanya ke mamah?”, rio langsung menunduk pada ibunya yang tegas itu “Maafin iyo mah, iyo…”
ibu gita segera memotong, “yo, mamah hampir aja nyewa jasa pengacara sama nyiapin uang jaminan buat nebus kamu dan bersihin nama baik kamu! Kamu tau kan besarnya masalah yang kamu buat sekarang?”
rio hanya terdiam, kami semua pun takut mendengar kemarahan ibunya itu “untung tadi pak Bambang bilang korbannya udah siuman, dan dia masih ingat plat mobil yang nabrak dia. Mamah juga bersyukur karena dapat bantuan dari Briptu Erna! Kebetulan Erna ini adak dari pak Andi, Kepala bagian di perusahaan kita, kamu harus terimakasih sama dia udah jagain kamu selama disini!”
rio terkejut mendengar itu, ia langsung melirik pada briptu erna “owh, jadi kamu anak pak Andi? Astaga, kenapa gak cerita?”, Briptu Erna hanya tersenyum “Maaf yo, aku gak bisa ngasih tau kamu, kan aku sedang bertugas!”, rio lalu mengangguk ngangguk “Ya, tapi sekali lagi terimakasih ya! Maaf kalo merepotkan selama 19 jam disini”, Briptu Erna pun mengangguk sambil tersenyum manis.
“euhhhh pantes aja ni polisi baik banget sama kita, wong dia udah kenal ama Rio!” ucap norman berbisik ketelinga gue.
“iye, jawabnya sabar banget, sambil senyum senyum pula!” jawab gue.
“mah…. Maafin iyo udah nyusahin mamah” ucap dia meminta maaf pada ibunya, ibu Gita hanya mendengus kesal “Ah udah lah! Percuma mamah marah juga, kamu juga pasti bakal rayu mamah biar mamah lungguh kan?”, mendengar itu, rio langsung memeluk ibunya dihadapan kami semua “Makasih banget loh mah! Rio sayang Mamah!”, Ibu Gita langsung meronta “Iyo! Udah yo! Ini ditempat umum! Kamu gak malu apa? Udah gede masih manja kaya gini?!”, kita semua termasuk agnas hanya tersenyum saja melihat kedua ibu dan anak itu.
setelah itu kita semua berjalan ketempat parkir, Ibu Gita lalu mengeluarkan sesuatu di kantong miliknya “oh iya, kamu lupa sama ini!”, Rio lalu menerima barang itu yang tak lain adalah kunci mobil dia “Makasih ma, tapi mobilku dimana?”
“jangan khawatir! Mamah juga tau kamu sayang banget sama mobil itu, makannya mamah udah nyuruh orang buat bawa mobil mu pulang kerumah” rio langsung tersenyum mendengar jawaban dari ibunya itu, walaupun galak tapi ibu Gita sayang kepada anaknya itu. Mungkin itu cara dia menunjukan kasih sayang kepada anaknya walau dengan sedikit bentakan dan emosi.
Setelah selesai mengurus urusan rio, karna jam sudah hampir menunjukan tengah malam, kita semua memutuskan untuk langsung pulang kerumah masing masing, dan didalam kamar gue dan mila sudah rebahan tidur berdua satu kamar seperti biasanya.
Bagian 2
“hallooo?” ucap gue malas.
“pagiii massss…” ucap siara diujung telfon dengan semangat.
“pagi sayang…”
“ihhh, kok lemes gitu sih mas? Kayak orang yang kelaperan aja…, mas belum makan yah?” tanya mila diujung sana.
“hhmmmm” jawab gue sekenanya. Karna jujur saja, gue masih sangat ngantuk untuk bangun pagi ini.
“mas??? Kamu masih tidur jam segini? Gak shalat shubuh?” ucap dia protes.
“hheeemmmmm” jawab gue.
“MAAASSSSS! Cepet bangun!!! Kamu hari ini katanya ada bimbingan pagi kan?!!!” ucap mila kesal.
“hhhmmmmmm”
“Hmmm yaudah deh kalo gak mau bangun bangun. Ade pulangnya minggu depan aja….” Ucap mila.
gue yang masih linglung antara sadar dann tidak segera beranjak bangun setelah mendengar ucapannya itu, "hallo sayang? Kamu masih disana kan? Mas udah bangun kok!” jawab gue semangat.
“ihhhhhh!! Mas mah nyebelin! Daritadi diajak ngobrol malah diem aja. Cuman jawab hhhmmmm heeh hmmmm heeh doang! Giliran digituin aja langsung nyaut!!! Nyebeliinn ihh massss” ucapnya manja.
“maaf de, masih ngantuk banget ini, semalem ngedadak insom….” Ucap gue menjelaskan.
“ahhhh boong! Paling juga bablas sampe shubuh main game sama norman!” ucap mila.
“eehehhheeh! Iya maaf maaf sayangg….” Jawab gue tak mampu berkata apa apa karna dia tahu gue berbohong.
“ya udah sayang, gih sana mandi. Katanya ada bimbingan pagi ini…” ucap dia mengingatkan gue untuk segera kekamar mandi karna pagi ini ada bimbingan dirumah dosen.
“iya deh, ya udah mas tutup dulu ya” jawab gue sambil menutup telfon.
Setelah selesai mandi dan bersiap siap di kamar. Melihat jam di dinding menunjukan pukul 10.00, Gue lalu melangkah keluar flat untuk pergi menemui dosen pembimbing skipsi gue di rumahnya. Dan sesampainya disana kurang lebih selama 25 menit pak Hendry pun menyudahi acara bimbingan ini.
“Jawaban untuk identifikasi pertama sudah tepat, tinggal membetulkan pengetikan yang salah salah saja, kamu sudah boleh melanjutkan untuk menjawab identifikasi masalah yang kedua dan ketiga!” ucap dia.
gue mengangguk “Terima kasih Pak!”, saat berjalan keluar rumah gue tertarik untuk melihat lihat bunga bunga di taman depan halaman tumah dia, ada satu bunga yang sangat menarik perhatian gue kala itu “pak, ini bunga mawar ya? warnanya putih, cantik!”
“iya betul rangga, itu bunga mawar. Anak saya yang menanam bunga bunga disitu dan hasilnya yang kamu lihat sekarang. bunganya cantik cantik semua” jawab pak Hendry.
gue masih terpesona melihat bunga mawar putih itu, apalagi wanginya begitu semerbak, “mila suka gak ya??” ucap gue dalam hati. “kamu suka bunga itu rangga? Kalo suka kamu boleh petik beberapa tangkai!” tawar pak Henry, gue pun mengangguk senang “Makasih Pak!”, kemudian gue pun memetik beberapa tangkai bunga untuk dibawa pulang.
Sekitar jam 01.20 gue sudah berada kembali di dalam flat. Saat masuk kedalam sudah ada mila dan melsi yang keduanya sedang sibuk dengan urusannya masing masing. Mila sedang sibuk dikamarnya sementara melsi sedang sibuk dengan handphonenya. Saat gue berikan bunga mawar putih itu pada mila, dia sangat senang sekali menerimanya. Dia bilang bahwa bunga Mawar adalah salah satu bunga favorit dia.
Saat akan berjalan menuju ke kamar untuk mengganti baju, gue melihat melsi sedang menonton tv di ruang tengah, “kak angga!” sapa melsi.
gue pun menoleh kearah dia, “echi, kenapa? Gimana sekolahnya? Rame?”, melsi menjawab dengan anggukan “iya kak! Rame kok!"
“owh…, tumben echi jam segini belum bobo siang” ucap gue, namun gue melihat dia masih terdiam seperti ada yang hendak ia katakan, “echi kenapa? Ada yang mau diomongin sama kak rangga?”
dia masih saja terdiam, barulah beberapa saat setelah gue bujuk dia berani berkata “kak rangga, echi mau nanya kak…”
“oya? Apa itu?” tanya gue.
“waktu kaka nembak kak mila, apa yang kaka lakuin? Pake bunga ato pake apa gitu? Terus kak mila jawabnya apa?” ucap melsi, gue yang mendengarnya hanya bisa menahan tawa saja, sepertinya anak ini sedang disukai oleh seseorang.
“dulu kaka pasrah aja waktu nembak dia, gak bawa apa apa. Soalnya kaka yakin kakamu pasti bakal nerima” jawab gue PD.
“kok bisa yakin gitu?” tanya melsi masih penasaran.
“ya yakin karna kak mila juga udah nyatain perasaan dia juga, kak mila nyatainnya bukan lewat lisan tapi lewat sikap yang kakakmu kasih ke kaka! Echi kenapa nanya nanya kayak gituan sih?” tanya gue heran kepada dia.
wajah melsi langsung memerah, dia lalu menggeleng gelengkan kepalanya “eh gak apa apa kok kak! Udah dulu ya, echi mau tidur aja”
gue lalu memperhatikan wajah dia yang mulai memerah “lho! Muka echi kok jadi merah gitu? Jangan jangan ada yang lagi suka sama echi ya?”
“Enggak kok kak! Enggak! Echi Cuma nanya aja tadi!” jawab melsi sambil melangkahkan kakinya meninggalkan gue.
“Lho? Echi mau kemana? Sini ngobrol dulu sama kaka, ada yang suka sama echi ya?” tanya gue namun melsi tetap saja meninggalkan gue dan melangkahkan kakinya kedalam kamar.
----
Besoknya, karena hari jum’at gue dan anak anak sering berkumpul saat sore hari di angkringan tempat biasa kami nongkrong. Disana gue membawa mila, yohanes membawa amel, nadia dan frans,donny dan shella dan agnas yang sedari tadi merasa khawatir karna rio sulit sekali untuk dihubungi.
“ihhh kemana sihhh!!!!” gerutu agnas sambil sibuk mengutak-atik handphonenya.
“terakhir ketemu sama kmu kapan nas? Emang kemana sih dia?” tanya frans.
“terakhir pulang dari rumahku jam 3 pagi, aku suruh nginep gak mau. Dan sampe sekarang dia belum ngasih ngasih kabar lagi!” ucap dia khawatir.
“bah! Lagi nyiapin surprise mungkin dia!” timpal yohanes.
“surprise apa?”
“gak tau aku!” jawab yohanes.
mendengar jawaban aneh dari pacarnya, amel langsung menoyor kepala yohanes “kalo gak tau ngapain ngomong!!”
“aku telfon adiknya juga gak diangkat angkat!!!” ucap agnas lemas.
“norman kemana? Dia juga gak ada kabar nih!” ucap gue menanyakan kabar dia.
“sibuk dia cari jodoh! Biarkan saja! kasihan dia kalo ngumpul bareng kita kita cuma jadi obat nyamuk!” ucap yohanes.
“berisik lu! Apa apa dikomentar!” timpal donny.
mendengar ucapan dony itu, yohanes mulai emosi “inang! Kurang ajar kali si gendut ini!”
“udah udah! Malah pada ribut juga!” ucap gue menengahi, “coba telfon norman ke nomor yang ini, mungkin aja dia lagi sama rio” ucap gue memberikan nomor milik norman kepada agnas.
“sama gak diangkat!” ucap dia kembali kecewa.
Tak lama setelah itu datang norman menghampiri kami dengan wajah yang serius, “Hey!!!”
“Man! Kemana aje lu? Ditungguin daritadi!” ucap gue saat melihat dia berjalan kearah kita.
“sorry! Ini gue dapet kabar ngedadak!” ucap dia panik.
“ngedadak maksudnya?”
“Gue ditelfon sama orang yang namanya Briptu Erna, dia bilang katanya rio lagi ada di kantor polisi!” ucap norman.
mendengar kata kantor polisi, agnas langsung terkejut “HAH? Ngapain dia disana?”
“udah! Ntar gue ceritain, sekarang…” ucap norman langsung dipotong oleh agnas, “Ayo cepet ceritain!!! Kenapa rio bisa sampe ada di kantor polisi?” ucap agnas sambil mengguncang guncangkan tubuh norman.
norman hanya melongo ketika melihat mata agnas yang sedang panik dan marah itu, “ok! ok! santai, rio ada disana katanya tadi shubuh mobil dia nyenggol orang yang pake motor waktu dijalan, kalo menurut gue dia pasti ngantuk waktu nyetir mobil, soalnya gak mungkin kalo dia pake narkoba!” ucap dia menjelaskan kenapa rio bisa ada dikantor polisi, “tadinya dia cuma minta ke gue buat cariin pengacara dan jangan bilang siapa siapa apalagi orang tuanya, tapi kayaknya ini masalah serius jadi gue kasih tau kalian dan agnas tau orang tua rio sekarang dimana?” ucap norman kembali.
setelah mendengar apa yang diberitahukan oleh norman, agnas menangis sejadi jadinya, “tuhh kannn!!! udah dibilang jangan pulang jangan pulang!!!!!!”
“udah udah, sekarang yang paling penting kita bisa bantu apa buat bebasin rio?” ucap gue mencoba menenangkan agnas dan mencari jalan keluar masalah ini.
“Bah! Aku ada ide! Tadikan si Rio minta di cariin pengacara, gimana kalau kita hubungi saja saudaraku yang sekarang jadi pengacara?” sahut yohanes.
“ya udah tunggu apa lagi?! Cepetan kasi tau saudara lu yang pengacara itu!” ucap donny ikut panik.
“Alamak! Tapi dia belum lulus kuliah hukumnya! Tunggulah satu tahun lagi pas dia sudah jadi pengacara!” ucap yohanes sambil cungar cengir.
amel marah dengan candaan pacarnya saat keadaan genting itu, dia lalu memukuli yohanes “ihhhh! Kurang ajar banget sih kamu! Keadaan lagi gini! Masih aja sempet sempetnya becanda!”
“iya! Tau tuh si Gorila! Otaknya Cuma jalan setengah dia! setengahnya lagi paling udah karatan!” ucap donny yang berbadan subur itu.
“Apa? Kau menyebutku gorila? Bah kurang ajar kali kau ini! Minta dihajar rupanya kau itu!” bentak yohanes yang lalu mendengkek leher dony.
“sssstttthhh…! Udah! Lu pade tuh kenapa sih? keadaan lagi genting gini juga! Tuh liat agnas! Dia masih nangis ngerasa bersalah! Lu berdua malah berantem!” ucap gue melerai mereka berdua. Memang mereka berdua jika sudah bertemu tidak pernah akur dari dulu, ada saja ribut ribut yang selalu mereka berdua ciptakan diantara kita semua.
merasa dia yang paling tua diantara kita, mila lalu merangkul agnas untuk menenangkan dia “agnas, udah dong gak boleh nangis terus. Sekarang mending kita cari solusi buat masalah ini! Biar rionya bisa cepet bebas”
agnas mulai berhenti menangis [/I]“iya, kita kasih tau tante Gita aja sekarang!”[/I]
“kamu yakin? Rio sendiri yang bilang katanya jangan kasih tau orang tuanya!” ucap norman.
“gak ada cara lain lagi! Cuma ibunya yang bisa ngatesin masalah serius kayak gini!” jawab agnas.
“tapi siapa yang berani ngomong ke ibunya rio itu? Kalau aku, tak beranilah aku!” sahut yohanes.
“alah… badan doang gede lu!” timpal donny.
“hah? Apa kau bilang?!!”
“hey hey! Udaaahhh!!” ucap amel kesal.
“gak usah biar aku aja yang ceritain semuanya nanti, ini semua salahnya aku, biar aku aja nanti yang ngomong” ucap agnas.
“ya udah, sekarang mending kita kerumah tante gita” ucap norman, dan kita pun dengan kendaraan masing masing pergi menuju rumah rio.
Sesampainya disana, gue sedikit takjub melihat keadaan rumahnya rio, rumah dia ini sangat besar sekali bahkan sepertinya 3x lebih besar dari rumah gue dikampung. Namun keadaan didalam rumah ini sekarang sepertinya berbeda, mendapat kejutan dari cerita yang baru saja agnas sampaikan kepada ibu gita, membuat dia marah sekali saat itu “jadi itu yang bikin rio gak bisa di telfon sampe sekarang?” ucap ibu gita dengan suara bergetar.
Tidak ada yang berani menyahut pertanyaan dari ibu gita, semuanya diam dan menundukan kepala “Si bengal itu terus saja bikin masalah! Dasar anak bandel!!!” ucap ibu gita dengan suara angker, kemudian tanpa mengucapkan apa apa lagi, ibu Gita langsung pergi meninggalkan Agnas dan kita semua di ruang tamu, Kita hanya saling tatap kebingungan.
Setelah beberapa lama suasana menjadi hening, akhirnya norman membuka suaranya “udah, sekarang mending kita tengok rio kesana, kita juga belum liat kondisi dia sekarang kayak gimana”, mendengar saran dari norman kitapun mengangguk setuju, dan langsung menuju ke kantor polisi.
Sesampainya disana, kita disuruh menunggu diruang tunggu. Dan datanglah seorang wanita memakai pakaian polisi lengkap “selamat malam, perkenalkan saya Briptu Erna, kalian teman teman dari Rio ya?” tanya dia sambil menjabat tangan kita masing masing.
“iya, maaf bisa saya ketemu sama rio bu?” ucap agnas.
“untuk sekarang rio masih belum bisa ditemui” jawab dia.
“pasti dia belum makan, dia belum makan kan?” tanya agnas khawatir dan dibalas oleh senyuman Briptu Erna “dia baru saja selesai makan tadi, walaupun tidak banyak”
“kalo boleh kami tau, kejadian sesungguhnya seperti apa bu?” tanya norman.
“rio bilang katanya bukan dia yang menyenggol motor korban, mobil di depan dia yang menyenggol korban dan langsung melarikan diri. dia hanya ingin membantu korban karna tidak ada yang menolong korban saat itu karna kedaan jalan sangat sepi dan tidak ada satupun orang di tempat kejadian” ucap Briptu Erna menjelaskan. “Tadi sejam yang lalu dia baru saja selesai menjalani serangkaian tes urin untuk mengetahui apakah dia mengkonsumsi narkoba atau tidak, dan tadi saya mendapat kabar kalau Hasil tes Narkobanya negative” ucap briptu erna kepada kami semua.
“rio gak pernah boong! Dia bilang bukan dia yang nabrak!! Kenapa masih aja ditahan??” ucap agnas kesal.
Briptu Erna hanya tersenyum saja mendengar ocehan dari agnas, “kalau kalian sedikit tahu tentang hukum, kalian tentu tahu bukan kalau kami memiliki kewenangan untuk melakukan penahanan kepada seseorang yang dicurigai melanggar hukum pidana selama 1x24 jam? Kami bisa menahan rio selama 1x24 jam karna ucapan dia tidak memiliki bukti apapun atas ucapannya itu, karna dia sedang berada di tempat kejadian perkara seorang diri hingga tidak ada saksi mata saat itu. Satu satunya yang bisa membuat rio keluar dari sel adalah dengan menunggu korban siuman, kita berdo’a saja mudah mudahan dia masih bisa mengingat identitas pelaku yang menabrak”
“kalau begitu, tentu dia berhak didampingi oleh seorang pengacara!” jawab agnas tak mau kalah!, “oh silakan!” sahut briptu erna yang masih tetap tersenyum.
“tenang nas, aku juga percaya kok bukan rio yang nabrak” ucap gue memberika dia semangat agar tidak lemas.
Briptu Erna mengangguk, “Ya saya mengerti bagaimana perasaan kalian sekarang! Dengar, kita akan berusaha mencoba untuk menyelesaikan masalah ini secepatnya, jika memang benar apa yang rio ucapkan itu, kita berjanji akan mengusut pelaku tabrak lari itu”
Jam di dinding sudah menunjukan pukul 22.00, agnas tertunduk di halaman tempat parkir kantor polisi, air matanya masih terus mengalir, sesekali dia menggenggam erat cincin yang terpasang di jari manisnya itu.
Nadia yang ikut prihatin pada agnas datang menghampiri dia dan merangkulnya “yang tenang nas, semua bakal baik baik aja, pasti ibunya rio gak bakalan diem aja ngedenger anaknya ada di kantor polisi, dia pasti punya rencana buat ngebebasin Rio”
“iya aku tau nad, tapi ada di dalem sel tahanan walalu cuma 24 jam pasti rasanya ga nyaman banget buat dia! dia kan gak salah apa apa! Dia juga baru sembuh sakit kemaren” lirih agnas, nadia dan anak perempuan lain terdiam.
Beberapa saat kemudian datanglah beberapa mobil masuk ke kantor polisi, dari mobil itu keluarlah Ibu Gita bersama beberapa orang dan disambut oleh Briptu Erna yang langsung masuk kedalam kantor polisi tersebut.
“eh, itu tante gita. Ayuk kita masuk ikutin dia” ucap norman pada agnas, kemudian kita semua menyusul masuk kedalam kantor polisi.
saat sedang menunggu beberapa saat, akhirnya muncul rio yang keluar dari bagian depan kantor polisi, keadaannya saat itu buruk sekali, matanya merah mungkin karna dia belum istirahat, tambutnya terlihat acak acakan tidak rapih seperti biasanya, mukanya terlihar sangat lelah karna selama hampir 1x24 jam ini dia berada didalam sel tahanan.
Melihat yang keluar itu adalah pacarnya, agnas langsung berlari dan memeluk rio “iyoooo….” Ucap agnas sambil menangis, rio pun membalas pelukan agnas sambil tersenyum “kenapa sayang? Kok nangis gitu? Katanya kamu nunggu aku ya? Makasih ya udah nunggu sayang” ucap dia ditelinga agnas.
“iyo gak tidur ya? Kok matanya merah gitu?” ucap agnas.
“mana bisa aku tidur di keadaan kayak gini ay” jawab dia sambil tersenyum.
Setelah merasa cukup puas berpelukan dengan rio, dia lalu memperkenalkan Briptu Erna kepada kita semua “oh iya, ini kenalin, Briptu Erna, dia yang ngebantu aku selama disini!”, agnas lalu tersenyum, “iya aku udah kenal, tadi sempet ngobrol juga, oh iya, makasih bu udah jagain Rio selama disini ya!”, Briptu Erna pun menjabat tangan agnas sambil tersenyum manis “Iya, sama sama, itu sudah menjadi tugas saya” jawab dia.
Saat itu munculah ibu gita dari dalam ruangan polisi, “udah puas seneng senengnya? Terus gimana kamu jelasin semuanya ke mamah?”, rio langsung menunduk pada ibunya yang tegas itu “Maafin iyo mah, iyo…”
ibu gita segera memotong, “yo, mamah hampir aja nyewa jasa pengacara sama nyiapin uang jaminan buat nebus kamu dan bersihin nama baik kamu! Kamu tau kan besarnya masalah yang kamu buat sekarang?”
rio hanya terdiam, kami semua pun takut mendengar kemarahan ibunya itu “untung tadi pak Bambang bilang korbannya udah siuman, dan dia masih ingat plat mobil yang nabrak dia. Mamah juga bersyukur karena dapat bantuan dari Briptu Erna! Kebetulan Erna ini adak dari pak Andi, Kepala bagian di perusahaan kita, kamu harus terimakasih sama dia udah jagain kamu selama disini!”
rio terkejut mendengar itu, ia langsung melirik pada briptu erna “owh, jadi kamu anak pak Andi? Astaga, kenapa gak cerita?”, Briptu Erna hanya tersenyum “Maaf yo, aku gak bisa ngasih tau kamu, kan aku sedang bertugas!”, rio lalu mengangguk ngangguk “Ya, tapi sekali lagi terimakasih ya! Maaf kalo merepotkan selama 19 jam disini”, Briptu Erna pun mengangguk sambil tersenyum manis.
“euhhhh pantes aja ni polisi baik banget sama kita, wong dia udah kenal ama Rio!” ucap norman berbisik ketelinga gue.
“iye, jawabnya sabar banget, sambil senyum senyum pula!” jawab gue.
“mah…. Maafin iyo udah nyusahin mamah” ucap dia meminta maaf pada ibunya, ibu Gita hanya mendengus kesal “Ah udah lah! Percuma mamah marah juga, kamu juga pasti bakal rayu mamah biar mamah lungguh kan?”, mendengar itu, rio langsung memeluk ibunya dihadapan kami semua “Makasih banget loh mah! Rio sayang Mamah!”, Ibu Gita langsung meronta “Iyo! Udah yo! Ini ditempat umum! Kamu gak malu apa? Udah gede masih manja kaya gini?!”, kita semua termasuk agnas hanya tersenyum saja melihat kedua ibu dan anak itu.
setelah itu kita semua berjalan ketempat parkir, Ibu Gita lalu mengeluarkan sesuatu di kantong miliknya “oh iya, kamu lupa sama ini!”, Rio lalu menerima barang itu yang tak lain adalah kunci mobil dia “Makasih ma, tapi mobilku dimana?”
“jangan khawatir! Mamah juga tau kamu sayang banget sama mobil itu, makannya mamah udah nyuruh orang buat bawa mobil mu pulang kerumah” rio langsung tersenyum mendengar jawaban dari ibunya itu, walaupun galak tapi ibu Gita sayang kepada anaknya itu. Mungkin itu cara dia menunjukan kasih sayang kepada anaknya walau dengan sedikit bentakan dan emosi.
Setelah selesai mengurus urusan rio, karna jam sudah hampir menunjukan tengah malam, kita semua memutuskan untuk langsung pulang kerumah masing masing, dan didalam kamar gue dan mila sudah rebahan tidur berdua satu kamar seperti biasanya.
Bagian 2
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 29-05-2016 02:43
0
