- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
...
TS
suwandilam
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
INDEX
PART 1 - Perkenalan - Langsung ada di postingan ini
PART 2 - Keberangkatan
PART 3 - Tiba di Desa
PART 4 - Malam Pertama
PART 5 - Ibu Tua
PART 6 - Informasi Mengejutkan
PART 7 - Suara
PART 8 - Terkuncikah ?
PART 9 - Rumah Terang
PART 10 - Gadis Cantik Yang Kesepian
PART 11 - Tangisan
PART 12 - Pernyataan Kades
PART 13 - Terjebak
PART 14 - Pengungkapan
PART 15 - Silahturahmi Pertama
PART 16 - Tamu
PART 17 - Jalan Malam
PART 18 - Berteduh Lagi
PART 19 - Balik !!!
PART 20 - Maksud Terselubung
PART 21 - Perdebatan
PART 22 - Halusinasi ?
PART 23 - Halusinasi 2
PART 24 - Tangis dan Tawa
PART 25 - Pengejaran Amelia
PART 26 - Ngecek Lagi ?
PART 27 - Gak Hoki
PART 28 - Siapa Itu Ya ?
PART 29 - Hari Yang Tenang
PART 30 - Kebelet !
PART 31 - Bertemu Lagi !
PART 32 - Tertabrak !
PART 33 - Terror
PART 34 - Kejutan !!!
PART 35 - Terror 2
PART 36 - Terror 3
PART 37 - Lemari Cermin
PART 38 - Ngecek yuk
PART 39 - Tangisan
PART 40 - Ketukan
PART 41 - Mimpi atau Nyata
PART 42 - Penampakan
PART 43 - Haruskah Melapor ?
PART 44 - Mencari Solusi
PART 45 - Pengungkapan Misteri !
PART 46 - Pengungkapan Misteri 2
PART 47 - Pengungkapan Misteri 3
PART 48 - Pengungkapan Misteri 4
PART 49 - Sebenarnya ini apa ?!
PART 50 - Pengungkapan Lemari Cermin
PART 51 - Nenek oh Nenek
PART 52 - Konflik !
PART 53 - Kejutan
PART 54 - Bolehkah Gue Kabur ?
PART 55 - Hilang !
PART 56 - Duniaku
PART 57 - Gue Dimana?
PART 58 - SURAT
PART 59 - Suara dan Penglihatan ?
PART 60 - Masuk atau Kagak ?!
PART 61 - Aku Hilang !
PART 62 - Kembali
PART 63 - Penjelasan
PART 64 - Siksaan !
PART 65 - Ketenangan
PART 66 - Suara Aneh
PART 67 - Terjebak !
PART 68 - TOLONG GUE !
PART 69 - Kuburan (NEW UPDATE)
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil - Part 1
Cerita ini merupakan fiksi, namun isi dari cerita ini sebagian diambil dari serangkaian kisah pengalaman nyata yang dialami oleh penulis dan dicampur dengan cerita fiksi yang tidak benar-benar terjadi. Beberapa kejadian memang benar terjadi dan beberapa kejadian merupakan cerita rekayasa untuk penambahan agar cerita ini menjadi lebih menarik. Semua nama tokoh, nama tempat dan lain-lain telah disamarkan guna menjaga nama baik pemilik aslinya.
Nah mari kita mulai ceritanya.
1 Februari 2015, Yap tepat pada tanggal ini saya mahasiswa jurusan ekonomi yang bernama Dony mendapatkan tawaran menarik dari kampus saya. Saya berasal dari Jakarta, kuliah di salah satu universitas swasta ternama di Jakarta dan sekarang tengah memasuki semester delapan. Menjelang memasuki semester 8 yang ku anggap bakal menjadi semester terakhir untuk perkuliahanku, Aku memiliki banyak waktu luang karena aku hanya tinggal menyelesaikan KKN dan menyusun skripsi (Itupun uda hampir kelar karena data2 skripsinya uda ada dan tinggal dimanipulasi, namun repotnya ya itu nanti minta persetujuan dosen dan revisi2 yang menjengkelkan pastinya dan bisa menghabiskan waktu cukup lama).
Sebelum tanggal 1 Feb, keseharianku cukup membosankan karena terlalu banyak waktu luang, mau memikirkan tentang KKN, tetapi aku masih galau mau KKN di mana, belum ada lokasi KKN yang asik menurutku sampai saat ini. Kebanyakan waktu luangku kuhabiskan untuk berkelana di kampus mencari info2 sputar KKN, hingga suatu waktu aku pergi ke ruangan dosen, bercerita2 dengan dosen dan terakhir sebelum pulang, aku membaca papan informasi yang ada di ruangan dosen, seketika mataku tertuju pada papan informasi yang terdapat selembaran brosur. Brosur tsb bertuliskan :
“Dicari 10 Mahasiswa/I yang berminat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa terpencil selama 3 bulan, dana semua ditanggung oleh kampus. Diperuntukkan bagi mahasiswa/I yang berada di semester 7 ke atas.
Kriteria : Memiliki jiwa pemberani, bisa hidup mandiri, menyukai kehidupan alam desa dan ingin pengalaman seru.
Hadiah : Bagi anda yang belum menyelesaikan KKN, maka KKN dianggap selesai sehubungan dengan kegiatan ini dan mendapatkan nilai A
Bagi anda yang sedang menyelesaikan skripsi, maka nilai Skripsi anda akan langsung mendapatkan nilai A.
Silahkan isi formulir yang dapat diambil di bagian kemahasiswaan, serahkan formulir tersebut ke rektorat paling lambat tanggal 30 Januari 2015. Bagi mahasiswa/I yang kami anggap cocok untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa ini, akan kami informasikan pada tanggal 1 Februari 2015.
Mahasiwa/I akan kami pilih dari berbagai jurusan agar dapat saling melengkapi dan membuat serangkaian program untuk pembangunan desa tersebut.
Untuk informasi lebih lanjut bisa langsung datang ke rektorat.”
Wahhhh !!! Setelah membaca brosur ini, akupun kaget dan cukup tertarik untuk mengikuti kegiatan ini. Langsung kutanyakan ke bagian kemahasiswaan di fakultasku tentang formulir ini dan apakah masih ada kuota kosong untuk kegiatan pembangunan desa ini atau tidak.
Saya : “Pak ! Itu brosur di papan informasi masih berlaku kan Pak? Kira2 masih ada slot kosong utk saya ikut serta gak ?”
Dosen Kemahasiswaan : “Oh brosur itu, setahu saya itu masih terbuka untuk semua mahasiswa di universitas ini. Penutupannya kan di akhir bulan Januari ini. Kenapa? Kamu minat utk ikut ?”
Saya : “Oh jelas minat lah Pak ! KKN dan Skripsi langsung kelar dan nilainya A loh !”
Dosen : “Hehehe iya nak, Bapak juga kaget baca brosur ini, kok bisa ya rektorat langsung izinkan KKN dan Skripsi langsung dapat nilai A.”
Saya : “Loh, memangnya kenapa Pak ? Tahun2 sebelumnya belum pernah ada informasi seperti ini?”
Dosen : “Belum pernah nak. Ini informasi terbaru dan perdana yang pernah Bapak dapatkan. Belum pernah ada kegiatan seperti ini selama bapak mengajar di sini. Ya uda kamu coba apply aja deh, siapa tau kamu bisa terpilih kan, itu untuk 10 orang kapasitasnya loh, coba aja kamu ajak temanmu biar gak bosan. Siapa tau bisa masuk kalian kan, tapi nanti kepastian siapa yang berhak ikut itu jg ditentuin dari rektorat dan kemungkinan kamu dan temanmu tidak bisa lolos barengan, tapi dicoba saja, paling enggak nanti kamu bakal dapat banyak teman baru loh. Nih formulirnya.”
Saya : “Makasih pak, paling enggak saya lolos dari KKN dan Skripsi yang menyusahkan ini Pak. Hehehehe.” (Ketawa cengengesan)
Setelah mendapatkan formulir dari dosen kemahasiswaan fakultasku, Aku langsung bikin group chat via BBM untuk beberapa teman2ku yang berjumlah 4 org termasuk aku yang tentunya masih belum KKN dan Skripsi.
Saya : “Woi, Bro ! Baca nech, Kalian ndak perlu KKN dan bikin skripsi oeeee ! Ikut program ini, seru cui ngabdi di desa, hidup di alam bebas, KKN dan skripsi lgsg kelar. Dana semua ditanggung kampus ! Ikut yok, untuk semua fakultas loh!”
Rudy : “Wew serius tuh? Keknya seru juga loh ! Lu ada formulirnya?”
Victor : “Wakakaka, klo KKN dan skripsi lgsg A , gue masuk cui. Kapan kasi gue form nya ?”
Benny : “Gue ikut apply deh klo kalian semua apply ! Ya moga” aja kepilih semua kita berempat!”
Saya : “Okay, form nya kalian jemput aja ama gua di kampus ya!”
Setelah menghubungi semua teman2 gua, gua pun atur waktu ketemu mreka dan ngasihin formulir untuk mereka isi.
Tepat pada tanggal 1 Februari 2015 pagi hari, HP kami masing2 pun berdering.
Saya : “Woiii brooo ! Gue dapat sms dari rektorat nech ! Gw kepilih untuk ikut loh ! Wakakka, kalian cam mana? Lolos ?”
Rudy : “Gue kagak lolos brooooo… Suram !!!”
Victor : “Lu gak lolos Rud ? Gue lolos nech wkawkakwa, mantap Don ! Bareng2 nikmatin alam desa kita, skalian cuci mata liat cewek2 desa wakwkawka ! Benny gimana?”
Benny : “Gue gak lolos cukkk~ Kok bisa yeee… Padahal pengen banget gue nikmatin alam desa, intinya sih sebenarnya kkn dan skripsi kelar wakwakka.”
Saya : “Sabar yee yang gak lolos wkwkwk, kalian ambil masa langkau aja, barangkali tahun depan ada lagi kegiatan beginian hehehe.”
Rudy : “Taikk lu… Ya uda info2 n cerita2 ye pengalaman xan disana gimana !”
Victor : “Pasti bro ! Eh Don, nanti siang kita ke rektorat bareng deh ya !”
Saya : “Sip bro !”
Siang harinya sehabis makan siang, gue dan Victor langsung menuju ke rektorat dengan mengendarai motor kami masing2. Selama perjalanan kami saling bercerita.
Saya : “Eh bro, bosan gak ya nanti selama di desa, 3 bulan loh. Entah ada pulang or enggak ?”
Victor : “Ya kagak tau, enak sih hidup mandiri dan bebas, tapi klo 3 bulan ndak pulang ya bosan jg, kecuali di desa itu adem dan bnyk hiburan, tapi gue rasa mana bakal byk hiburan, tv, game, inet pasti ga ada or klo pun ada pasti jelek sekali.”
Saya : “Iya juga sich, tapi biarlah, lumayan kan KKN dan Skripsi bisa kelar dalam 3 bulan bersamaan. Bersabar2 aja dah, tujuan kita kan itu. Hehehe”
Victor : “Yoi Bro. Kira-kira 8 peserta lagi cowo apa cewe ya, klo cowo semua bosan juga nech. Btw entah ada yang tipe gue or gak ya, pengennya sih klo ada yg cewe yg tipe gue, bisa pdkt-an sekalian hahaha.”
Saya : “Hehehe.. Lu mah mata keranjang wakwkawka.”
Ehem, sampai lupa ngasih tau ke para pembaca, Gue dan Victor punya kriteria tipe cewe kami masing-masing. Ya moga-moga aja ada yg sesuai tipe, jadi bisa aktivitas bareng sambilan PDKT. hehehe
Polling
0 suara
Bagusnya Cerita ini memiliki Alur Panjang atau pendek ? Bagaimana isi ceritanya?
Diubah oleh suwandilam 18-09-2019 21:40
symoel08 dan 17 lainnya memberi reputasi
12
1.7M
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
suwandilam
#366
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil – Part 25
Amel yang terus berlari menuju ke arah hutan yang sepertinya itu adalah arah di mana kakek tua dulu yang pernah gue temui di bawah pohon beringin menghilang. Perasaan resah gelisah takut cemas dan ga karuan menyelimuti diri gue, tapi gak mungkin lah gue berhenti ninggalin teman dan menyerah. Dalam posisi begini memang jelas ga berdaya, tapi naluri untuk menolong teman jauh lebih tinggi dicampur dengan rasa penasaran tentang apa yg sebenarnya terjadi di desa ini.
Victor berlari lebih cepat dari gue karena gue mesti bareng Monica. Kami mulai memasuki pepohonan rimbun ini. Cahaya rembulan agak susah untuk tembus ke dalam pepohonan ini, gue terpaksa nyalain flash dari handphone gue, Victor jg demikian. Selama perjalanan kami terus meneriakin Amel utk berhenti, namun ga ada hasil.
“Mel, lu mau kemana Mel? Lu sadar gak sih lu sembarang jalan bisa kesasar ?!” teriak Gue ke arah Amel.
Meskipun gue teriakin, Amel tidak memberikan respon apapun, berbeda dengan Danu yang masih memberikan respon meskipun dengan nada datar. Amel hanya terus menangis dan tertawa hihihihihi.. Suaranya yang melengking di tengah kesunyian malam membuat bulu kuduk ku merinding.
Kami terus berjalan menelusuri semak-semak yang lumayan lebat di dalam pepohonan ini, wajar aja, daerah ini kan jarang dilewati warga. Sedangkan daerah rumah kami ini aja warga yang tinggal sdikit dan jarang dikunjungi warga, apalagi daerah pepohonan rimbun begini kan ?
Pengejaran berlangsung lebih kurang 30 menitan, dan gue lihat ke arah jam di handphone gue, ini uda menunjukkan pukul 1 pagi. Kalau pak kades tau kami keluyuran di jam yang dilarang untuk keluar rumah. Bisa gawat, tapi mau gimana lagi. Segala sesuatu yang terjadi malam ini, hanya boleh disimpan dalam hati kami ber enam.
Pengejaran akhirnya terhenti ketika kami melihat Amel berdiri terdiam menghadap ke suatu tempat. Gue dari kejauhan ga begitu nampak apa yg dilihat Amel karena terhalang oleh semak-semak yang cukup lebat dan tinggi. Victor yang berlari lebih cepat langsung menyusul Amel dan menggenggam tangannya.
“Mel, lu baik-baik aja ?” tanya Victor sambil menatap wajah Amel dengan penuh kegelisahan.
Gue yang berlari di belakang Victor hanya berdiri tegak agak jauh dari mereka. Ya itung-itung biarin aja deh Victor yang nunjukin kepahlawanannya di depan Amel. Gue temenin Monica aja.
“Ko, kita ga temani ko Victor dan Amel ?!” tanya Monica pelan ke Gue sambil menggenggam tangan gue. Wah gue ga sadar entah sejak kapan gue mulai menggenggam tangannya, entah gue yang genggam, apa dia duluan ya? Pokoknya sentuhan kulit tangannya begitu lembut membuat hatiku cenat cenut hehehe
“Gak usah lah Mon. Biarin aja Victor yang tenangin dia. Kita tunggu sini aja, toh juga ga begitu jauh, lagian kita juga bisa dengar apa yg mereka bicarakan. Kalau aneh-aneh nanti Victor jg manggil kita kesana.” Jelas Gue ke Monica
Gue hanya mandangin Victor yang sedang berbicara dengan Amelia, namun kelihatannya Amel masih belum sepenuhnya sadar. Badannya masih tergolong cukup kaku, tangis dan tawanya masih ia ekspresikan sekali-kali. Victor terus mandangin ke wajah Amel sambil berusaha menyadarkannya, namun ga berhasil. Sampai akhirnya Amel mengangkat tangannya dan menunjuk lurus ke depan ke arah pandangan matanya tertuju. Victor yang sebelumnya ga fokus dengan lingkungan sekitar, akhirnya menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Amel.
“Wahhhhhh …. !!!” teriak Victor sedikit kaget. Dia langsung menghindar beberapa langkah dari tempat ia berdiri saat itu. Amel hanya tertawa kecil “HIHIHIHIHI” melihat Victor yang sedang kaget dan cemas.
“Vic, lu kenapa?” tanya Gue sambil mendekati Victor bareng Monica.
“Don ! Awas langkah kakimu !” teriak Victor sambil menunjuk ke tanah
“Maksud loe apa? Lu baik-baik aja kan? Mel lu gimana?” tanya Gue sambil terus melangkah tepat ke depan Amel alias tempat Victor berdiri tadi.
“Don jangan berdiri di sana !” ucap Victor ke gue. Gue agak bingung ama ucapan Victor, memangnya gue berdiri di sini kenapa? Toh bawahnya juga tanah biasa? Gue arahin flash HP gue sekilas juga ga nampak apa-apa di kaki gue sampai akhirnya Monica juga bilang ke gue.
“Ko, geser ko, pokoknya geser, jangan berdiri di situ.” Ucap Monica ke gue agak pelan, sepertinya Monica uda sadar, cuman gue yang masih ga sadar karena gue lagi fokus ke Amel yang kepalanya tertunduk dan mengeluarkan suara tangis HUHUHUHU dan diikuti HIHIHIHI dari nada pelan sampai melengking.
Gue yang mencoba untuk berpindah dari posisi berdiri gue karena teguran Victor dan Monica, malah kesandung sesuatu dan membuat gue terjatuh dan terduduk ke tanah. Entah apa itu, kurasa tanah yang bergelombang atau ada batu yang bikin gue tersandung saat melangkah ke tempat lain.
“Aduhhh… Sialan, bikin celana gue kotor aje. Bantu gue donk Victor, sakit nih pantat.” Kata gue.
Victor bukannya langsung nolongin gue berdiri, dia malah nyinarin flash Handphonenya ke arah gue dan ke sekitar gue. Kemudian arah Flash handphone Victor terdiam menyinari ke satu arah.
“Don, lihat ke arah flash gue.” Ucap Victor dengan pelan.
“Hah ?” ucap Gue heran sambil menolehkan kepala gue ke arah cahaya handphone Victor.
“ASTAGAAAA !!!! Lu kok ga bilang dari awal kalo ada ini !” ucap Gue langsung buru-buru tegak dan pindah dari tempat gue berdiri dan terjatuh tadi. Gila tempat apaan ini, gue masih shock dalam hati atas apa yang terjadi.
Amelia yang tadinya berdiri tegak tiba-tiba menuju ke arah tempat gue terjatuh tadi. Dia diam untuk beberapa menit kemudian berlutut dan tertunduk menghadap ke arah cahaya flash handphone Victor tadi.
Dalam posisi tertunduk, suara Amelia berubah menjadi agak berat dan berkata kepada gue dan Victor.
“KALIAN MASUK TANPA DIUNDANG, PERMISI PUN TIDAK ! KALIAN AKAN BAYAR ATAS APA YANG KALIAN PERBUAT !” ucap Amelia dan diikuti suara tawa HIHIHIHI nya yang melengking…
Amel yang terus berlari menuju ke arah hutan yang sepertinya itu adalah arah di mana kakek tua dulu yang pernah gue temui di bawah pohon beringin menghilang. Perasaan resah gelisah takut cemas dan ga karuan menyelimuti diri gue, tapi gak mungkin lah gue berhenti ninggalin teman dan menyerah. Dalam posisi begini memang jelas ga berdaya, tapi naluri untuk menolong teman jauh lebih tinggi dicampur dengan rasa penasaran tentang apa yg sebenarnya terjadi di desa ini.
Victor berlari lebih cepat dari gue karena gue mesti bareng Monica. Kami mulai memasuki pepohonan rimbun ini. Cahaya rembulan agak susah untuk tembus ke dalam pepohonan ini, gue terpaksa nyalain flash dari handphone gue, Victor jg demikian. Selama perjalanan kami terus meneriakin Amel utk berhenti, namun ga ada hasil.
“Mel, lu mau kemana Mel? Lu sadar gak sih lu sembarang jalan bisa kesasar ?!” teriak Gue ke arah Amel.
Meskipun gue teriakin, Amel tidak memberikan respon apapun, berbeda dengan Danu yang masih memberikan respon meskipun dengan nada datar. Amel hanya terus menangis dan tertawa hihihihihi.. Suaranya yang melengking di tengah kesunyian malam membuat bulu kuduk ku merinding.
Kami terus berjalan menelusuri semak-semak yang lumayan lebat di dalam pepohonan ini, wajar aja, daerah ini kan jarang dilewati warga. Sedangkan daerah rumah kami ini aja warga yang tinggal sdikit dan jarang dikunjungi warga, apalagi daerah pepohonan rimbun begini kan ?
Pengejaran berlangsung lebih kurang 30 menitan, dan gue lihat ke arah jam di handphone gue, ini uda menunjukkan pukul 1 pagi. Kalau pak kades tau kami keluyuran di jam yang dilarang untuk keluar rumah. Bisa gawat, tapi mau gimana lagi. Segala sesuatu yang terjadi malam ini, hanya boleh disimpan dalam hati kami ber enam.
Pengejaran akhirnya terhenti ketika kami melihat Amel berdiri terdiam menghadap ke suatu tempat. Gue dari kejauhan ga begitu nampak apa yg dilihat Amel karena terhalang oleh semak-semak yang cukup lebat dan tinggi. Victor yang berlari lebih cepat langsung menyusul Amel dan menggenggam tangannya.
“Mel, lu baik-baik aja ?” tanya Victor sambil menatap wajah Amel dengan penuh kegelisahan.
Gue yang berlari di belakang Victor hanya berdiri tegak agak jauh dari mereka. Ya itung-itung biarin aja deh Victor yang nunjukin kepahlawanannya di depan Amel. Gue temenin Monica aja.
“Ko, kita ga temani ko Victor dan Amel ?!” tanya Monica pelan ke Gue sambil menggenggam tangan gue. Wah gue ga sadar entah sejak kapan gue mulai menggenggam tangannya, entah gue yang genggam, apa dia duluan ya? Pokoknya sentuhan kulit tangannya begitu lembut membuat hatiku cenat cenut hehehe
“Gak usah lah Mon. Biarin aja Victor yang tenangin dia. Kita tunggu sini aja, toh juga ga begitu jauh, lagian kita juga bisa dengar apa yg mereka bicarakan. Kalau aneh-aneh nanti Victor jg manggil kita kesana.” Jelas Gue ke Monica
Gue hanya mandangin Victor yang sedang berbicara dengan Amelia, namun kelihatannya Amel masih belum sepenuhnya sadar. Badannya masih tergolong cukup kaku, tangis dan tawanya masih ia ekspresikan sekali-kali. Victor terus mandangin ke wajah Amel sambil berusaha menyadarkannya, namun ga berhasil. Sampai akhirnya Amel mengangkat tangannya dan menunjuk lurus ke depan ke arah pandangan matanya tertuju. Victor yang sebelumnya ga fokus dengan lingkungan sekitar, akhirnya menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Amel.
“Wahhhhhh …. !!!” teriak Victor sedikit kaget. Dia langsung menghindar beberapa langkah dari tempat ia berdiri saat itu. Amel hanya tertawa kecil “HIHIHIHIHI” melihat Victor yang sedang kaget dan cemas.
“Vic, lu kenapa?” tanya Gue sambil mendekati Victor bareng Monica.
“Don ! Awas langkah kakimu !” teriak Victor sambil menunjuk ke tanah
“Maksud loe apa? Lu baik-baik aja kan? Mel lu gimana?” tanya Gue sambil terus melangkah tepat ke depan Amel alias tempat Victor berdiri tadi.
“Don jangan berdiri di sana !” ucap Victor ke gue. Gue agak bingung ama ucapan Victor, memangnya gue berdiri di sini kenapa? Toh bawahnya juga tanah biasa? Gue arahin flash HP gue sekilas juga ga nampak apa-apa di kaki gue sampai akhirnya Monica juga bilang ke gue.
“Ko, geser ko, pokoknya geser, jangan berdiri di situ.” Ucap Monica ke gue agak pelan, sepertinya Monica uda sadar, cuman gue yang masih ga sadar karena gue lagi fokus ke Amel yang kepalanya tertunduk dan mengeluarkan suara tangis HUHUHUHU dan diikuti HIHIHIHI dari nada pelan sampai melengking.
Gue yang mencoba untuk berpindah dari posisi berdiri gue karena teguran Victor dan Monica, malah kesandung sesuatu dan membuat gue terjatuh dan terduduk ke tanah. Entah apa itu, kurasa tanah yang bergelombang atau ada batu yang bikin gue tersandung saat melangkah ke tempat lain.
“Aduhhh… Sialan, bikin celana gue kotor aje. Bantu gue donk Victor, sakit nih pantat.” Kata gue.
Victor bukannya langsung nolongin gue berdiri, dia malah nyinarin flash Handphonenya ke arah gue dan ke sekitar gue. Kemudian arah Flash handphone Victor terdiam menyinari ke satu arah.
“Don, lihat ke arah flash gue.” Ucap Victor dengan pelan.
“Hah ?” ucap Gue heran sambil menolehkan kepala gue ke arah cahaya handphone Victor.
“ASTAGAAAA !!!! Lu kok ga bilang dari awal kalo ada ini !” ucap Gue langsung buru-buru tegak dan pindah dari tempat gue berdiri dan terjatuh tadi. Gila tempat apaan ini, gue masih shock dalam hati atas apa yang terjadi.
Amelia yang tadinya berdiri tegak tiba-tiba menuju ke arah tempat gue terjatuh tadi. Dia diam untuk beberapa menit kemudian berlutut dan tertunduk menghadap ke arah cahaya flash handphone Victor tadi.
Dalam posisi tertunduk, suara Amelia berubah menjadi agak berat dan berkata kepada gue dan Victor.
“KALIAN MASUK TANPA DIUNDANG, PERMISI PUN TIDAK ! KALIAN AKAN BAYAR ATAS APA YANG KALIAN PERBUAT !” ucap Amelia dan diikuti suara tawa HIHIHIHI nya yang melengking…
sulkhan1981 dan 3 lainnya memberi reputasi
4