TETAP MENGERTI

Memang paling nikmat adalah membaca kisah orang lain, kadang dengan mudah mereka berkata drama dan lain-lain, hanya saja aku berharap mereka tidak mengalami seperti apa yang kurasakan.

Kalian pikir mencintai dengan tulus adalah salah atau benar?

Tidak, itu bukan masalah siapa yang salah dan siapa yang benar, ini masalah ketulusan. Yang berarti, memberi tanpa harus diberi, menerima meski tak diterima.

Ada benarnya kata-kata mereka, bahwa apapun itu, apabila kau mencintai seseorang dengan tulus, maka apapun akan kau lakukan, termasuk kebodohan yang selalu kulakukan. Menerima apapun sikap Cahaya kepadaku, menepis semua perkataan orang lain yang mencoba meruntuhkan teguhnya hatiku untuknya.

Semuanya kini terasa begitu fana, saat aku benar-benar merasa apa yang selama ini telah aku perjuangkan menjadi sia-sia. Cahaya ternyata sudah melangkah lebih jauh ketimbang aku saat ini, ya ia sudah bersama Dean lagi saat ini.



Sore ini, kulajukan skuter matik ini tak tentu arah melalui Jalan M.T. Haryono ke arah Cileungsi, entahlah, aku benar-benar tidak tentu arah saat ini, tidak ada yang bisa membendungku untuk sekadar melepas penat.

Hanya sebuah mobil Hatchback B-Segment besutan Honda yang berada di belakangku, entahlah, padahal ini adalah jalan perkampungan.

Kuhentikan skuter matik ini di sebuah persawahan dan mobil itu pun ternyata ikut berhenti.



Aku terdiam, bukankah cinta tidak membutuhkan satu alasan? Bukankah cinta adalah getaran yang terasa begitu hebat sejak awal pertama bertemu?

Bukankah cinta tidak perlu tuntutan?

Cinta tidak mensyaratkan seseorang untuk menjadi seperti ini atau seperti itu kan?



Deg, aku terdiam mendengar kata-kata itu keluar dari lisan gadis delapan-belas-tahun yang saat ini berada di sebelahku. Padahal, sejak awal aku bertemu Cahaya hingga saat ini, ia tidak pernah mengeluarkan kata-kata seperti itu, untuk memastikan aku baik-baik saja.

Kugelengkan kepala pelan, perlahan cengkeraman cintanya kembali memagut hatiku, layaknya sebuh Torque Converter yang telah melewati Stall Speed, perlahan memutar input shaft untuk masuk ke gir satu, dan kendaraan pun berjalan perlahan.

Apa-apa yang awalnya sudah kulupakan, kini satu per satu mulai muncul, membuat dinamika baru seraya aku hanya bisa memandang matanya yang saat ini menatapku begitu dalam, memberikan sebuah rasa baru yang begitu bergejolak di dalam hatiku.

Ingin rasanya kutepis ini semua, tetapi tidak mungkin.

Bak Charged Gasoline Injection, yang memberikan semburan bahan bakar terkompresi pada perbandingan AFR melebihi Stoichiometric Mode, maka apapun yang menggerakkan crankshaft ini begitu cepat, dan memutar segalanya lebih cepat.

Dan aku benar-benar jatuh cinta lagi.



Aku lalu tersenyum kepadanya, dan melangkahkan kaki ke skuter matik yang terparkir di depan Honda Jazz milik Ivory, lalu melajukan kendaraan dengan transmisi CVT ini untuk pulang. Tentunya sesekali aku melihat ke spion skuter ini unutk memastikan Ivory masih ada di belakangku kini.





Entahlah, sampai kapan aku berusaha menahan ini semua, aku sudah cukup lelah dengan ini semua. Rasanya ingin aku pergi saja, tetapi aku teringat kepada mertuaku yang memintaku dengan sangat untuk menjaga Cahaya. Dan sampai sejauh ini, aku harus tetap mengerti.

Tetap mengerti.

Semua karena cinta.