Kaskus

News

plonardAvatar border
TS
plonard
Khalid ibn Al-Walid, the Sword of God
Semua yang saya tulis pada posting #1 sampai posting #10 adalah terjemahan bebas dari artikel Khalid ibn Al-Walid di en.wikipedia.org Oktober 2012. Saya tambahkan juga sedikit daftar istilah untuk membantu Agan-agan yang belum terlalu memahami istilah militer dan geografis di zaman bersangkutan hidup. Jika ada ketikan saya dengan format "[angka]", kode ini adalah nomor footnote atau catatan kaki. Contoh: [1] dan [25].
Semoga bermanfaat.

Khalid ibn Al-Walid


Indeks
Posting #1 sampai Posting #10 akan berisi garis besar kehidupan Khalid. Berikut ini adalah indeks yang bisa langsung diklik untuk memudahkan Agan-agan mengakses posting-posting tentang kehidupan Khalid yang lebih detail.

Posting #32 Pertempuran Walaja tahun 633 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #45 Pengepungan Damaskus tahun 635 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #69 Pertempuran Yarmuk tahun 636 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #95 Ucapan-ucapan tentang Khalid ibn Al-Walid
Posting #97 Bibliografi Buku The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleedkarya A.I. Akram
Posting #97 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 1: Sang Anak Lelaki
Posting #100 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 2: Agama Baru (Bagian I)
Posting #103 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 2: Agama Baru (Bagian II)
Posting #105 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian I)
Posting #107 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian II)
Posting #109 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian III)
Posting #120 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian IV)
Posting #123 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian V)
Posting #146 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian VI)
Posting #147 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian VII)
Posting #161 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian I)
Posting #162 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian II)
Posting #165 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian III)
Posting #174 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian IV)
Posting #175 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 5: Masuk Islamnya Khalid
Posting #187 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 6: Mu’tah dan Pedang Allah
Posting #191 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian I)
Posting #193 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian II)
Posting #194 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 8: Pertempuran Hunayn (Bagian I)
Posting #195 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 8: Pertempuran Hunayn (Bagian II)
Posting #198 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 9: Pengepungan Tha'if
Posting #201 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 10: Petualangan di Dawmatul Jandal
Posting #204 Bagian II: Perang Riddah - Bab 11: Badai yang Berkumpul (Bagian I)
Posting #208 Bagian II: Perang Riddah - Bab 11: Badai yang Berkumpul (Bagian II)
Posting #213 Bagian II: Perang Riddah - Bab 12: Abu Bakr Menyerang (Bagian I)
Posting #214 Bagian II: Perang Riddah - Bab 12: Abu Bakr Menyerang (Bagian II)
Posting #215 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian I)
Posting #218 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian II)
Posting #220 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian III)
Posting #222 Bagian II: Perang Riddah - Bab 14: Pemimpin-pemimpin Pendusta (Bagian I)
Posting #224 Bagian II: Perang Riddah - Bab 14: Pemimpin-pemimpin Pendusta (Bagian II)
Posting #226 Bagian II: Perang Riddah - Bab 15: Akhir Hayat Malik bin Nuwayrah
Posting #229 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian I)
Posting #235 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian II)
Posting #239 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian III)
Posting #242 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian IV)
Posting Nomor Depan > Bagian II: Perang Riddah - Bab 17: Tumbangnya Gerakan Murtad (Bagian I)


Daftar Istilah Penting

Al-Hirah
Kerajaan yang berlokasi di Iraq Modern (Mesopotamia), negara vasal Imperium Persia-Sassanid, dengan mayoritas warga adalah orang Arab dari suku Bani Lakhm.

Arabia
Wilayah yang terbentang dari Syam dan Mesopotamia sampai Jazirah Arab, dihuni oleh mayoritas orang Arab serta minoritas orang Israel, Eropa (Romawi), Persia, dan Ethiopia.

Bizantin
Imperium superpowerlanjutan dari Romawi, sering juga dikenal sebagai Imperium Romawi Timur. Bizantin beribukota di Konstantinopel (Istanbul Modern) dan menjadi satu-satunya penerus Romawi sejak dihancurkannya Imperium Romawi Barat (beribukota di Roma) pada Abad ke-4. Warga negaranya menganggap mereka adalah warga Romawi dan warga negara lain di masa itu pun memanggil mereka sebagai orang-orang Romawi. Di masa Khalid, wilayah kekuasaan mereka membentang dari daerah Balkan di Eropa, sebagian Libya dan Mesir di Eropa, serta Jazirah Turki, Armenia, dan Levant (Syam) di Asia.

Double Envelopment
Sebuah manuver lapangan dalam pertempuran di mana sebuah pasukan berupaya untuk melingkupi musuh sehingga dapat menyerangnya dari segala arah. Biasanya, pertempuran akan dimulai dalam garis pembeda yang jelas antara dua pasukan yang bertempur. Dengan memanfaatkan kondisi maupun penggunaan taktik tertentu, pasukan musuh dapat diserang dari samping dan belakang. Contoh penggunaan taktik ini ada pada Pertempuran Cannae dan Pertempuran Walaja.

Garda Gerak Cepat (Mobile Guard)
Kavaleri ringan pasukan Muslim awal, dibangun oleh Khalid ibn Al-Walid dengan tujuan menjadi penyeimbang kelemahan infantri Muslim yang berbaju baja ringan. Gerakannya cepat, menerapkan taktik hit and run, efektif melawan kavaleri berat, dan sering menjadi garda depan pendahulu pasukan utama. Khalid dipecat saat menjabat sebagai komandan garda khusus ini. Penggantinya adalah Dhirar ibn Azwar.

Garnisun
Pasukan yang berkedudukan atau memiliki tempat pertahanan yang tetap, misalnya dalam benteng atau sebuah kota.

Ghassan
Kerajaan yang berlokasi di Syam Selatan, negara vasal Imperium Bizantin. Mayoritas warga negaranya adalah orang Arab beragama Kristen dari suku Bani Ghassan.

Imperium
Sebuah negara yang terdiri atas sekelompok bangsa, memiliki sebuah wilayah geografi yang luas, dipimpin oleh seorang kaisar atau sekelompok elit.

Kavaleri
Secara harfiah berarti pasukan berkuda, namun dalam prakteknya di masa kuno, unta dan gajah juga digunakan. Dalam peperangan modern, pasukan berkendara lapis baja maupun bukan juga termasuk dalam kavaleri. Di masa Khalid, kavaleri Bizantin dan Persia merupakan kavaleri berat, memakai baju besi tebal (termasuk kudanya) dan menutupi hampir seluruh tubuh. Kavaleri Muslim awal merupakan kavaleri ringan, berbaju baja dan bersenjata ringan.

Kekhalifahan
Sebuah sistem pemerintahan berbasis Islam yang menunjukkan kesatuan politik ummat Islam. Sistem ini dapat berupa sistem musyawarah perwakilan ataupun monarki konstitusional, dengan konstitusinya berupa Syariah. Karena dalam kekhalifahan ada kesatuan ummat, kekhalifahan selalu melingkupi banyak bangsa sehingga bisa dikategorikan sebagai bentuk Imperium.

Khalifah
Kepala negara dan pemerintahan sistem negara kekhalifahan, dapat dipilih oleh khalifah sebelumnya, ditunjuk oleh komite terpilih, dipilih langsung oleh rakyat, atau diturunkan pada keluarga khalifah sebelumnya.

Levant
Disebut juga Syam, daerah yang meliputi pantai timur Laut Mediterania, antara Anatolia (Jazirah Turki Modern) dan Mesir. Daerah ini meliputi wilayah-wilayah negara modern: Suriah, Lebanon, Yordania, Palestina (Otoritas maupun yang dijajah oleh Israel), Siprus, Provinsi Hatay (Turki Tenggara) dan sebagian wilayah Iraq-Jazirah Sinai.

Mesopotamia
Daerah yang meliputi daerah aliran Sungai Tigris dan Eufrat, yaitu wilayah-wilayah modern: Iraq, sedikit daerah timur laut Suriah, sebagian Turki Tenggara, dan sebagian kecil barat daya Iran.

Negara Vasal
Negara yang tunduk kepada entitas politik lain yang lebih besar dan biasanya lebih kuat, tetapi diberi otoritas untuk mengurus negaranya sendiri.

Persia-Sassanid
Imperium superpowerdi Asia Barat pada Abad ke-4 sampai Abad ke-7, juga disebut oleh warga negaranya sendiri sebagai Ērānshahr atau Ērān, berdiri tahun 224 dan diruntuhkan oleh Kekhalifahan Islam pada tahun 651. Saat Khalid hidup, imperium ini menguasai wilayah modern Iran, sebagian Asia Tengah dan barat laut India, serta sebagian pantai timur dan selatan Jazirah Arab.

Romawi
Lihat Bizantin.

Syam
Lihat Levant.


Garis Besar Biografi

Khālid ibn al-Walīd (Bahasa Arab: خالد بن الوليد‎; 592–642) juga dikenal sebagai Sayfullāh Al-Maslūl(Pedang Allah yang Terhunus), adalah seorang sahabat Muhammad, Nabi Islam. Ia terkenal karena kecakapan dan taktik militernya, menjadi komandan pasukan Madinah di bawah kepemimpinan Muhammad dan pasukan-pasukan penerusnya, Kekhalifahan Ar-Rasyidun; Abu Bakr dan Umar ibn Khattab.[1] Di bawah kepemimpinan militernya, Arab bersatu di bawah sebuah entitas politik untuk pertama kali dalam sejarah, Kekhalifahan. Ia memenangkan lebih dari seratus pertempuran, melawan pasukan-pasukan Imperium (Kekaisaran) Romawi-Bizantin, Imperium (Kekisraan) Persia-Sassanid, dan sekutu-sekutu mereka, ditambah lagi beberapa suku Arab lainnya. Prestasi strategisnya antara lain penaklukan Arab, Mesopotamia milik Persia, dan Syam milik Romawi, dalam beberapa tahun sejak 632 sampai 636. Ia juga dikenang karena kemenangan pentingnya di Yamamah, Ullays, dan Firaz, serta kesuksesan taktisnya di Walaja dan Yarmuk.[2]

Khalid ibn Al-Walid (Khalid anak Al-Walid, secara harfiah berarti Khalid anak Si yang Baru Lahir) berasal dari Suku Quraysh dari Makkah, dari sebuah klan yang pada awalnya menentang Muhammad. Ia memainkan peran vital dalam kemenangan Makkah saat Pertempuran Uhud. Ia masuk Islam dan bergabung dengan Muhammad setelah Perjanjian Hudaybiyyah, serta berpartisipasi dalam sejumlah ekspedisi militer dengannya, seperti Pertempuran Mu’tah. Setelah wafatnya Muhammad, ia memainkan peran kunci dalam komando Pasukan Madinah pimpinan Abu Bakr pada Perang Ridda, menaklukkan Arab tengah dan menundukkan suku-suku Arab. Ia merebut Kerajaan Al-Hirah yang merupakan negara vasal Persia-Sassanid, dan mengalahkan pasukan-pasukan Persia-Sassanid selama proses penaklukan Iraq (Mesopotamia). Ia lalu ditransfer ke front pertempuran di barat untuk merebut Syam milik Romawi dan Kerajaan Ghassan, negara vasal Romawi. Meskipun Umar kemudian melepas jabatan Khalid dari komando tertinggi, ia tetaplah pimpinan sebenarnya dari kesatuan tempur melawan Bizantin selama fase-fase awal Perang Bizantin-Arab.[1] Di bawah komandonya, Damaskus direbut tahun 634 dan kemenangan kunci Arab atas Bizantin diraih dalam Pertempuran Yarmuk (636),[1] yang membuka jalan dalam proses penaklukan Syam (Levant). Tahun 638, pada puncak karirnya, ia diberhentikan dari ketentaraan.



(bersambung)...
Diubah oleh plonard 16-08-2016 13:52
0
76.4K
287
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
KASKUS Official
6.5KThread11.5KAnggota
Tampilkan semua post
plonardAvatar border
TS
plonard
#193
Terjemahan dari bahasa asli, Bahasa Inggris. Ebook dapat diakses di:
The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed


Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian I)
(Halaman 1)

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan...." [Al-Qur’an, 110:1]


Sebagaimana disebutkan sebelumnya, dua suku di Makkah ikut bergabung dalam Perjanjian Gencatan Senjata Hudaybiyah, yaitu Khuza’ah yang berpihak pada Muslim dan Bani Bakr di pihak Quraysy. Kedua suku ini telah bermusuhan sejak sebelum datangnya Islam. Permusuhan ini tersimpan selama beberapa tahun sebelum datangnya Islam dan diharapkan dengan bergabungnya mereka dalam perjanjian ini, perdamaian akan mereka capai. Namun, sayang, hal ini tidak terjadi. Bani Bakr sekali lagi menarik benang permusuhan. Mereka melancarkan serangan di malam hari kepada Khuza’ah dan secara diam-diam dibantu oleh Quraysy yang membantu persenjataan dan sejumlah prajurit, di antaranya Ikrimah dan Shafwan bin Umayyah. Dalam serangan ini, dua puluh orang Khuza’ah terbunuh.

Sekelompok utusan Khuza’ah segera berangkat ke Madinah dan menginformasikan pelanggaran perjanjian kepada nabi. Utusan ini meminta aksi dan pertolongan dari Muslim, sekutu mereka.

Abu Sufyan sebenarnya tidak mengetahui bantuan oleh rekan Quraysynya dalam serangan ini. Ketika ia mengetahui hal ini, ia menjadi sangat panik karena ia sama sekali tidak bermaksud melanggar gencatan senjata. Khawatir Muslim akan membalas, ia segera berangkat ke Madinah untuk menegosiasikan perjanjian baru. Ketika ia tiba di Madinah, ia menemui anaknya, ‘Ummu Habibah yang merupakan istri nabi. ‘Ummu Habibah tidak memperdulikan Abu Sufyan. Abu Sufyan kemudian langsung menemui nabi dan berbicara dengannya, mengajukan perjanjian baru. Namun, nabi sama sekali tidak berbicara dengannya. Abu Sufyan bertambah khawatir dan perasaan panik memenuhi pikirannya.

Karena tidak menemukan satu pun cara untuk membujuk nabi, Abu Sufyan memutuskan untuk meminta bantuan sahabat-sahabat nabi yang terdekat. Ia menemui Abu Bakr dan memintanya berbicara dengan nabi, tetapi Abu Bakr menolak. Kemudian, Abu Sufyan menemui ‘Umar yang kita ketahui berwatak keras. ‘Umar menjawab permintaannya, “Demi Allah, kalaupun aku tidak punya apa-apa selain sekelompok tentara semut, aku akan tetap memerangimu.” Abu Sufyan pergi ke rumah ‘Ali. Di sana, ia berbicara dengan Fathimah, kemudian kepada ‘Ali. “Jika Rasulullah telah menetapkan sesuatu, tidak ada yang bisa membujuknya untuk berhenti,” jelas ‘Ali.

“Lalu, apa yang bisa engkau sarankan?” tanya Abu Sufyan.

“Engkau adalah pemimpin Quraysy, wahai Abu Sufyan! Jagalah perdamaian di antara manusia.” [1]

Saran ini bisa ditafsirkan dalam banyak makna, tetapi setidaknya, saran ini memberikan Abu Sufyan sedikit ketenangan dibanding respon yang ia dapatkan dari sahabat-sahabat nabi yang lain. Karena ia menyadari tidak ada lagi yang bisa ia lakukan, Abu Sufyan pulang ke Makkah. Ia gagal mendapatkan apapun.

Segera setelah perginya Abu Sufyan, nabi memerintahkan persiapan cepat untuk operasi militer skala besar. Tujuannya ialah mengumpulkan pasukan, bergerak dengan cepat, dengan penuh kerahasiaan agar Quraysy tidak mengetahui kedatangan Muslim sampai Muslim mengetuk pintu mereka secara langsung. Dengan demikian, Quraysy tidak akan memiliki cukup waktu untuk mencari pertolongan dari suku-suku tetangga. Di saat persiapan ini dilakukan, nabi mendapat informasi bahwa ada seorang wanita yang hendak menuju ke Makkah dengan surat berisi peringatan kepada Makkah terkait persiapan Muslim ini. Nabi mengirim ‘Ali dan Zubayr untuk segera mengejar wanita ini. Keduanya berhasil menangkap dan membawanya beserta suratnya kembali ke Madinah.

kaskus-image

Catatan Kaki Halaman 1
[1] Ibnu Hisyam: Vol. 2, hlm. 396-397.


________________________________________________________________________________________________
(Halaman 2)

Pergerakan Pasukan Muslim dimulai dari Madinah pada tanggal 1 Januari 630 M (10 Ramadhan 8H). Banyak pasukan datang dari suku-suku Muslim berkumpul di Madinah, suku-suku lainnya bergabung di tengah perjalanan mereka. Dengan demikian, jumlah Pasukan Muslim berkembang menjadi 10.000 orang. Dengan pasukan ini, nabi tiba di Marruz Zahran, 10 mil (16 km-pent) di barat laut Makkah, tanpa diketahui sedikit pun oleh Quraysy.[1] Pergerakan ini adalah yang paling cepat yang pernah dicapai oleh Pasukan Muslim ini.

‘Abbas, paman nabi, kebetulan baru memutuskan untuk masuk Islam dan bermaksud untuk ke Madinah, bergabung dengan Muslim lainnya. Ketika Pasukan Muslim berada di Juhfah, mereka bertemu dengan ‘Abbas dan keluarganya. Masuk Islamnya ‘Abbas disambut dengan bahagia oleh nabi karena sebenarnya, hubungan mereka cukup baik sebelum ini.

Ketika Pasukan Muslim berada di Marruz Zahran, ‘Abbas merasa khawatir dengan takdir yang akan diterima Makkah. Ia khawatir jika Pasukan Muslim merebut Makkah dengan kekuatan, pertempuran akan mengakibatkan kehancuran Quraysy. Ia memutuskan membicarakan hal ini kepada nabi dan akhirnya mendapat izin untuk memberitahukan kepada Quraysy. Dengan mengendarai bagal nabi, ia berangkat ke Makkah, memperingatkan mereka akan konsekuensi jika mereka melawan dan membujuk mereka untuk mengirim utusan kepada Muslim. Pada saat itu, Abu Sufyan kebetulan sedang akan pergi ke pinggiran Makkah untuk mengecek, apakah Pasukan Muslim sudah datang. ‘Abbas dan Abu Sufyan bertemu di tengah-tengah perjalanan mereka.

“Kabar apa yang engkau bawa, wahai Ayah Fadhl?” tanya Abu Sufyan.

‘Rasulullah datang dengan pasukan berjumlah 10.000 orang,” jawab ‘Abbas.

“Lalu, apa yang sebaiknya kami lakukan?”

“Jika Muslim menaklukkan Makkah setelah menumpas perlawanan kalian, sudah pasti mereka akan memenggal kepala kalian. Ayo kita temui nabi dan aku akan memintanya untuk menyelamatkan nyawamu.”

Abu Sufyan mengendarai bagalnya di belakang ‘Abbas yang juga mengendarai bagal. Mereka pergi menuju perkemahan Pasukan Muslim dan sampai setelah malam tiba. Kebetulan pula, ‘Umar memegang tugas sebagai komandan pasukan penjaga dan sedang berpatroli di sekitar perkemahan dengan psikologi penuh kewaspadaan. Dia adalah orang yang pertama melihat dan mengenali kedua pengunjung ini dan menghardik, “Ah! Abu Sufyan, musuh Allah! Segala puji bagi Allah yang membuatmu datang ke kemah kami tanpa pengamanan.” ‘Umar lalu berlari ke kemah nabi dan ‘Abbas, mengetahui tujuan ‘Umar, segera memacu bagalnya. Ketiganya sampai di kemah nabi secara bersamaan dan berargumen sengitlah ‘Umar dan ‘Abbas. ‘Umar meminta izin nabi untuk memotong leher si Musuh Nomor Satu, sementara ‘Abbas bersikeras bahwa ia punya hak untuk memberi perlindungan pada Abu Sufyan sampai ia bisa menyampaikan pesannya kepada nabi. Nabi membubarkan mereka dan menginstruksikan mereka untuk datang lagi keesokan paginya. ‘Abbas membawa Abu Sufyan ke kemahnya dan ia menghabiskan malamnya dengan gelisah memikirkan bagaimana nasibnya nanti.

Keesokan paginya, ‘Abbas dan Abu Sufyan menemui nabi. Dari jauh, nabi melihat mereka dan berkata, “Seseorang ingin menjadi Muslim, tetapi belum ber-Islam di dalam hatinya.” Saat keduanya benar-benar tiba di kemah, nabi bertanya, “Wahai Abu Sufyan! Tidakkah kamu tahu bahwa tidak ada tuhan selain Allah?”

“Aku baru menyadarinya sekarang. Jika tuhan-tuhanku yang kupercaya benar-benar ada, mereka tentu akan menolongku.”

“Dan tidakkah kamu mengakui bahwa aku adalah Rasulullah?”

Kondisi saat itu merupakan momen terburuk dalam hidup Abu Sufyan. Ia adalah seorang pemimpin Quraysy yang berkedudukan tinggi, salah satu bangsawan di sukunya, keturunan ‘Umayyah. Ia selalu menganggap dirinya sebagai orang nomor satu dan dalam hal ini, ia memang benar karena pada kenyataannya, ia adalah pemimpin Makkah, seorang laki-laki yang dihargai dan dihormati oleh penduduk Makkah. Sekarang, ia berdiri sebagai seorang yang menyerah di depan orang yang benar-benar telah ia aniaya dan ia perangi selama empat tahun, seseorang yang kebinasaannya adalah tujuan dari setiap syarafnya.

Catatan Kaki Halaman 2
[1] Marruz Zahran adalah sebuah lembah kecil yang bagian paling rendahnya menjadi Wadi Fathimah dan melintasi jalan raya modern Jeddah-Makkah, sekitar 20 mil (32 km-pent).


________________________________________________________________________________________________
(Halaman 3)

“Saat ini, ada sedikit keraguan dalam pikiranku,” jawab Abu Sufyan.

‘Abbas memandang tajam kepada Abu Sufyan, lalu mencelanya, “Celaka engkau, wahai Abu Sufyan! Menyerahlah atau engkau akan dipenggal!”

Abu Sufyan terburu-buru berkata, “Aku mengakui bahwa Muhammad adalah Rasulullah!”

Sekarang ‘Abbas yang berbisik dengan nabi, “Wahai Rasulullah, Abu Sufyan adalah orang yang senang dengan kebanggaan. Ia juga punya martabat dan harga diri tinggi. Tidakkah sebaiknya engkau berlaku baik padanya dan memberikan sesuatu yang cocok baginya?” [1]

Nabi pun mengumumkan, “Siapa saja yang masuk ke rumah Abu Sufyan akan selamat.” Wajah Abu Sufyan berseri-seri. Ia telah diberi penghargaan khusus oleh Muhammad. Nabi melanjutkan, “Siapa saja yang mengunci pintu rumahnya akan selamat. Siapa saja yang berlindung di Masjid (Al-Haram-pent) akan selamat.”

Abu Sufyan pun pulang ke Makkah, penduduk Makkah pun telah berkumpul, menunggu kabar akan nasib mereka. Abu Sufyan mengumumkan, “Wahai Quraysy! Muhammad telah datang dengan kekuatan yang tidak bisa kalian imbangi. Menyerahlah kepadanya dan kalian akan selamat. Siapa saja yang masuk ke rumahku, ia akan selamat.” Pengumuman ini disambut cemoohan dan protes, “Berapa orang yang engkau pikir bisa cukup di rumahmu?” Abu Sufyan tetap melanjutkan, “Siapa saja yang tinggal di rumahnya dan mengunci pintu akan selamat. Siapa saja yang berlindung di Masjid (Al-Haram-pent) akan selamat.”

Pengumuman ini menenangkan warganya, tetapi tidak dengan istrinya, Hindun. Ia melompat ke arahnya seperti kucing liar, menampar wajah suaminya, dan menarik kumisnya. “Bunuh orang tua bodoh ini! Ia telah berkhianat kepada kita.” teriaknya ke kerumunan penduduk Makkah. Karena Hindun bukanlah wanita yang lemah, kejadian ini pasti kejadian yang cukup menyakitkan secara fisik bagi Abu Sufyan. Namun akhirnya, ia bisa memaksa Hindun pulang ke rumah.

Pasukan Muslim tetap bersiaga akan perlawanan dari Makkah saat mereka memasukinya. Mereka tidak bisa memastikan bahwa operasi ini akan berjalan tanpa kekerasan sepenuhnya meskipun nabi berharap tidak ada darah yang tertumpah. Mereka tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan oleh kelompok anti-Muslim garis keras seperti Ikrimah dan Shafwan. Oleh karena itu, nabi tetap merancang operasi penaklukan Makkah sebagai operasi militer.

Makkah terbentang di Lembah Ibrahim, dikelilingi dan didominasi oleh bukit bebatuan besar kehitaman yang menjulang lebih dari 1.000 kaki (305 m-pent) dari kakinya. Saat itu, kota ini bisa dimasuki dari empat rute, masing-masing melalui celah-celah bukit di barat laut (hampir utara), barat daya, selatan, dan timur laut. Nabi membagi pasukannya dalam empat korps, masing-masing melalui celah yang berbeda. Korps utama yang dipimpin oleh Abu ‘Ubaydah beserta nabi di dalamnya akan memasuki Makkah dari rute Madinah, yaitu rute barat laut via Azakhir. Korps kedua dipimpin oleh Zubayr masuk dari barat daya melalui celah di barat Bukit Kuda. Korps ketiga dipimpin oleh ‘Ali masuk dari selatan via Kudai; dan korps keempat dipimpin oleh Khalid masuk dari timur laut via Layt dan Khandama. (Lihat Peta 5 di bawah ini) [2]

kaskus-image

Korps-korps ini maju menusuk dengan formasi mengerucut bertujuan untuk memecah barisan musuh menjadi bagian-bagian kecil dan juga untuk memaksa perhatian musuh terpecah serta tidak bisa fokus menyerang ke satu bagian Pasukan Muslim. Tambahan juga, meskipun nanti musuh bisa menahan sejumlah poin serangan, pasukan yang menyerang masih punya banyak poin lain untuk ditembus sehingga prospek keberhasilan lebih besar. Semua pendekatan digunakan untuk mencapai tujuan taktik ini. Taktik ini juga dilakukan untuk mencegah adanya Quraysy yang melarikan diri dari Makkah; tetapi nantinya ketika situasi lebih relaks, sejumlah orang tetap akan berhasil melarikan diri.

Catatan Kaki Halaman 3
[1] Ibnu Hisyam: Vol. 2, hlm. 402-405; Ibnu Sa’ad: hlm. 644; Waqidi: Maghazi, hlm. 327-331.
[2] REFERENSI YANG HILANG Kepada apa hal itu mengacu?- Keseluruhan area yang tergambar dalam Peta 5 adalah perbukitan, tetapi karena perbukitan tidak bisa digambarkan secara akurat tanpa bantuan peta topografi berskala, perbukitan ini tidak ditunjukkan dalam peta. Hal yang ditunjukkan hanya lokasi-lokasi dan arah pergerakan korps-korps.



Diubah oleh plonard 14-06-2016 07:35
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.