STREAM OF CONSCIOUSNESS

Sudah hari Sabtu, dan sudah seminggu lebih Ivory tidak memperlihatkan dirinya kepadaku, sepertinya gads itu benar-benar menikmati masa-masa ini.

Aku pun begitu, menikmati masa-masa tanpa gadis itu dengan begitu indahnya, merasakan bahwa tidak ada beban lagi di hidupku kini.

Sudah tidak ada lagi Mobil Hatchback B-Segment yang kunanti setiap hari lagi, namanya benar-benar sudah kuhapuskan dari benakku saat ini.



Okay, Anita. Wanita berumur sekitar 20 tahunan, seorang Mahasiswa Sastra Perancis tingkat akhir. Memiliki paras yang begitu cantik, dengan tubuh sintal, serta rambutnya yang panjang dan bergelombang. Ia memiliki sesuatu yang besar di sana, meskipun masih lebih kecil dari milik Cahaya.

Ia acapkali mengenakan pakaian yang minim, rok span setengah lutut dengan kaus ketat yang terkadang sukses menerawangkan pakaian dalam yang berwarna mencolok di dalamnya.

Tetapi, aku tidak pernah merasakan getaran seperti yang kualami dengan Ivory saat itu. Dan aku mengakui, Anita adalah wanita yang cantik dan ia juga menarik. Dan ia juga sering bercerita tentang masa lalunya bersama mantannya, ia juga pernah mengatakan mengapa ia sudah menjadi wanita, bukan gadis lagi.

Esensinya bukan ke sana, hal yang memang membuatku merasa berbeda adalah cara memandang Anita, penuh syahwat yang seolah ingin dituntaskan, dan aku tidak menyukai itu.

Sementara Ivory, matanya benar-benar menunjukkan kepolosan seorang gadis, entahlah, tetapi itu sangat berbeda. Aku tahu biar bagaimanapun, aku memang lebih sukan kepada wanita yang manja dan polos di luar, tetapi liar dan tak terbendung di dalam, dan aku melihat itu ada di sosok Ivory.

Selama aku mempelajari sifat manusia, aku selalu menghindari model seperti Anita, yang cenderung Queen Control. Aku mengetahui dari caranya berkomunikasi dengan teman-temannya, ia selalu memerintah ini dan itu, dan dari cara ia memandang juga kebanyakan orang yang mempelajari sifat manusia akan mengerti ke sana.

Berbeda dengan gadis itu, pandangannya manja, memang cenderung ngambekan, tetapi aku justru menyukai model wanita yang seperti, aku merasa bisa mengayominya.



Aneh, gumamku dalam hati. Sejujurnya, aku seringkali keluar malam hari pada Malam Minggu, sehingga tidak masalah untuk Cahaya. Lagipula, ia adalah Istri yang baik dan penurut, bahkan tidak menaruh curiga apapun kepadaku, justru aku yang curiga kepada Anita malam ini.



10.30 malam, kebetulan aku sudah tiba dan duduk di kursi depan McD Grand Wisata, memesan menu favoritku Triple Cheese Burger beserta pelengkapnya. Dan belum ada tanda-tanda kedatangan Anita pada saat itu.

Tidak lama, sebuah Sedan C Segment besutan Honda terlihat masuk ke dalam area Parkir, dan itu adalah Anita. Tak lama berselang wanita itu lalu menghampiriku.



Biarlah, bahkan aku tidak tertarik dengan wanita itu saat ini. Dalam kesempatan ini, ia bercerita banyak tentang hidupnya yang penuh liku-liku, dan tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul dua belas malam, dan aku memutuskan untuk pulang pada saat ini.



Aku mengemudikan kendaraannya hingga pulang ke rumahnya di salah satu perumahan garapan ISPI yang terletak tidak jauh dari rumahku. Sepi. Itu yang kudapati saat ia masih tertidur di kursinya, sementara aku berusaha membangunkannya saat ini.

Aku tahu ini adalah trik dari wanita itu untuk menjebakku dalam situasi seperti ini, sungguh tidak ada hasrat yang tercipta saat ini, hanya rasa iba yang menghinggapi seluruh tubuhku saat ini, ia jadi seperti ini pasti karena satu alasan.



Sungguh benar-benar wanita ini mengujiku, baiklah. Aku membukakan pintu rumahnya dan aku mempersilakan masuk, seraya tubuhnya masuk melewati daun pintu, tanganku ditariknya masuk ke dalam, dan mendorong tubuhku kuat-kuat ke atas sofa.