HARI-HARI TANPA IVORY – SUMMER BREAK

Pertemuan terakhir kemarin benar-benar memberikan satu kenyataan baru untukku, jujur saja aku benar-benar tidak menduga ia akan berkata seperti itu. Manusia memang terkadang tamak, selalu ingin memiliki apa saja yang dilihatnya, dan itu termasuk diriku. Ingin sekali rasanya aku sekadar memiliki Ivory, meskipun sampai saat ini aku masih belum berani menyentuhnya.

Sabtu pagi, seperti biasa aku menghabiskan waktu bersama Cahaya dan Reva untuk sekadar berjalan-jalan pagi di sekitar kompleks perumahan.

Jam sembilan pagi, kami pulang ke rumah dan saat itu tidak ada pikiranku mengengai Ivory yang sudah jelas memiliki kekasih hatinya sendiri. Tidak masalah, tentu saja hal itu membuat hubunganku dengan Cahaya makin membaik. Bahkan Malam Minggu ini, aku berencana mengajaknya sekadar makan malam di Pizza Hut yang ada di bagian depan perumahan ini.

Dan permohonanku tampaknya dikabulkan, hari ini Ivory benar-benar tidak berkunjung ke rukonya, dan digantikan dengan seseorang, entahlah ia siapa, setidaknya aku tidak melihatnya hari ini.

Malam harinya, aku menepati janjiku untuk makan malam bersama keluarga kecilku, dan aku benar-benar merasa bahagia bisa melihat senyuman manis tersungging di bibir tipis nan merah muda milik Cahaya. Semua berakhir indah hari ini, saya kami merayakan cinta bersama di atas segala beban pikiran yang mulai sirna mengenai Ivory.



Minggu pagi ini, aku kembali mengajak keluarga kecilku jalan-jalan, bersama Reva tentunya, gadis kecil ini semakin hari semakin aktif, dan aku sangat bahagia bisa menggendongnya saat ini. Rasanya tidak ingin aku pergi ke ruko hari, lagipula tidak ada yang aku ingin lihat di sana, kecuali godaan Anita yang selalu saja datang sehari dua kali dengan wajah yang seperti itu.

Aku tidak tertarik kepada paras cantik dan tubuh sintal seorang Anita, aku lebih tertarik kepada kepolosan dan keluguan Ivory, itu yang kupikirkan saat aku sedang berjalan-jalan bersama Cahaya dan Reva.



Segalanya dimulai pagi ini, sebuah rasa yang begitu tenang dan damai tanpa ada bayang-bayang dari perasaan yang menghantuiku karena kehadiran Ivory yang begitu tiba-tiba. Kunikmati tiap belaian manja Cahaya yang sudah lama menemaniku sejak saat aku masih pacaran dengannya dahulu.

Ia begitu lihai memainkan jemarinya saat menyentuh bagian sensitif itu di sana, basuhan air hangat yang tercurah dari pancuran di atas kepala kami seakan menambah syahdu perasaanku di pagi ini. Dekapan hangatnya seraya pagutan mesra bibirnya membuat segalanya begitu cepat terkumpul.



Tanpa banyak pikir, kuraih tubuh Istriku yang selalu bisa menjadi segalanya untukku, dan semuanya dimulai ketika desahan manjanya menggema begitu menggairahkan di dalam kamar mandi ini.



Hari-hari kulalui tanpa kehadiran gadis delapan-belas-tahun itu lagi, tidak ada sebuah Hatchback B-Segment terparkir di depan rukoku atau rukonya, hanya beberapa kali orang baru yang menjaga ruko tersebut. Dan tentu saja hal ini membuatku sedikit merasa tenang.

Cahaya pun seakan mengerti, ia selalu datang ketika aku sedang bersama pegawaiku menjalankan bisnis Martabak ini, ia memberikan suntikan energi tersendiri di saat aku sedang kelelahan. Kadang, suara manja nan menggemaskan Reva dari bagian atas ruko membuatku tidak sabar untuk sekadar menyelesaikan pesanan dan bermain sejenak dengan buah cintaku dengan Cahaya.

Sudah hampir seminggu sejak pertemuan terakhirku dengan Ivory, gadis itu tidak tampak akan hadir lagi di sini, antara fokus UN atau ia sudah benar-benar bertemu dengan orang yang ia cintai, setidaknya itu menjadi suatu kelegaan di hatiku.

Cinta itu selalu datang tanpa kita tahu, getarannya yang begitu luar biasa membuat siapapun pasti terbuai dengan alunannya yang begitu indah.







Segala romansa yang tercipta benar-benar berhasil menyingkirkan nama Ivory dari dalam hatiku, dan aku yakin bahwa gadis itu tidak akan pernah datang lagi.

Ada keyakinan mendalam mengenai perasaan sesaat nan nyaman itu, dan aku yakin cinta itu sudah memudar untuk Ivory, sehingga biarpun gadis itu tiba-tiba datang lagi, aku yakin perasaanku pasti sudah hilang pada saat itu, semoga saja.