Kaskus

Story

jomblo.perakAvatar border
TS
jomblo.perak
**JOMBLO PERAK**
**JOMBLO PERAK**


Perkenalkan nama gue Aron Alvaro. Gue biasa sering bikin thread di The Lounge. Awalnya gue mau bikin SFTH kalau channel Youtube gue subscriber-nya melebihi Reza Oktovian (impossible!), dan karena itu mustahil akhirnya gue bikin janji aja kalau misal thread-thread gue udah dapet hot thread yang kesepuluh kalinya baru deh bikin SFTH. Kenyataannya susah banget dapet hot thread yang kesepuluh kali, mentok di sembilan (satu lagi emoticon-Stick Out Tongue), malahan ID gue yang lain yang dapet hot thread dengan tema yang berbeda. Mentok di sembilan hot thread akhirnya gue melanggar janji gue dan mulai bikin SFTH sekarang. Cerita ini dari kisah nyata, kehidupan percintaan gue dari masa kecil sampai sekarang. Kalau orang lain kehidupan percintaannya itu romantis kalau gue hmmm... baca sendiri aja deh. Hope you liked it.

Oh, ya sebelum baca SFTH ini sebaiknya kalian baca dulu thread-thread gue yang lain di SINIkarena thread-thread gue di sana terutama yang berhubungan dengan cewek atau jomblo itu merupakan bagian dari cerita ini tapi karena kurang cocok diposting di sini akhirnya gue taruh di The Lounge deh.


Baca cerita ini paling cocok sambil dengerin lagu Kunto Aji - Terlalu Lama Sendiri.

Spoiler for Terlalu Lama Sendiri:


atau lagu Juicy Luicy - Sabtu Malam Sendiri

Spoiler for Sabtu Malam Sendiri:



Spoiler for INDEX CERITA:
Diubah oleh jomblo.perak 17-05-2016 22:58
kacionkAvatar border
anasabilaAvatar border
anasabila dan kacionk memberi reputasi
2
4.7K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.9KAnggota
Tampilkan semua post
jomblo.perakAvatar border
TS
jomblo.perak
#1
PART 1: WINDA, MY FIRST LOVE
Di dekat pintu gerbang sekolah, terlihat sepasang ABG sedang pacaran, usia mereka sekitar 14-15 tahun. Cowonya ganteng so pasti, cewenya cantik, mereka tampak serasi tapi sayangnya cowonya bukan gue. Sekitar sepuluh meter dari mereka, ada seorang cowo kurus, culun, berkacamata sedang memperhatikan dua sejoli tersebut, tampak muka pengen dari cowo itu karena melihat pemandangan mesra tadi, tanpa dia sadari kalau hal tersebut tidak akan terealisasi selama 11 tahun ke depan dalam hidupnya.

Seperti kebanyakan anak baru gede lainnya, saat gue kelas 2 SMP, gue juga udah mulai naksir cewek. Sebenernya gue dari TK juga udah naksir cewe tapi baru kelas 2 SMP ini gue bener-bener ngerasa kalau gue suka sama cewek. Nama cewek itu Winda. Awalnya gue kaga naksir sama dia karena dia seperti anak pintar pada umumnya, Winda rajin belajar, berkacamata tebal pasti gara-gara sering baca buku pelajaran, putih, kecil dan suka anime Cardcaptor Sakura. Berbeda sama gue yang seperti anak bego pada umumnya yaitu malas belajar, berkacamata tebal gara-gara main game mulu dan suka anime City Hunter yang sebenarnya buat 17 tahun ke atas karena tokoh utamanya mesum. Semua berubah setelah beres liburan semester 1 dan masuk ke semester 2, dua minggu gak ketemu, Winda jadi menggunakan soft lense, gue bener-bener ga nyangka ternyata kacamata bisa menutupi kecantikan wajah seseorang. Gaya rambut Winda juga berubah yang dulunya culun sekarang menjadi lebih panjang stylish, Winda berjalan dengan anggun dan percaya diri, dia masuk kelas dan mengibaskan rambutnya di depan gue yang bengong karena kagum melihat perubahan dia. Di saat itulah gue sadar kalau gue jatuh cinta, walau gue belum ngerti cinta itu apa tapi gue sadar gue suka sama dia dan gue mau lebih deket lagi sama dia. Winda is my first love. Sayangnya Winda setelah melepas kacamatanya menjadi semakin populer, sedangkan gue kalau melepas kacamata gue malah menjadi semakin tidak populer. Gue sadar gue bukan tipikal cowo populer yang pinter, jago main basket, pintar bersosialisasi, ketua osis, atau apapun itu. Gue cuma cowo yang kalau ga masuk kelas ga ada yang sadar satupun, gue bukan siapa-siapa.

Pak Joseph guru Sejarah menyusul masuk kelas dengan wajah sumringah, dan waktu duduk di mejanya dia langsung mesem-mesem.

‘Anak-anak saya curiga nih sama dua temen kalian ini.’
Sekelas diam dan mencoba mendengarkan Pak Joseph yang terkenal galak tapi humoris itu.
‘Aron sama Winda katanya kalian dipanggil sama Ibu Lili, ada apa ya? Apa kalian berdua mau dijodohkan?’ kata Pak Joseph bercanda.

Meledaklah tawa satu kelas ramai melihat bercandaan Pak Joseph tadi. Gue masi cool-cool aja tapi gue liat muka Winda merah abis dan dia diam mematung sepertinya Winda ga rela dirinya dijodohkan oleh makhluk seperti gue, kemudian gue pamit sama Pak Joseph dan pergi ke ruangan Ibu Lili sendirian tanpa Winda karena Winda diam ga mau beranjak dari kursinya, coba kalau gue yang sekarang mungkin gue udah ngomong begini.

‘Winda, ayo kita ke ruangan Ibu Lili, coba dulu lah siapa tau kita cocok,’ kata gue sambil mengedipkan sebelah mata dengan genit. Gue jamin kalau gue begini tawa sekelas bakalan lebih meledak lagi dan gue bakal digosipin sama Winda dua tahun penuh.
Sekarang gue udah di ruangan Ibu Lili dan ternyata masalahnya adalah gue sama Winda belum bayar uang buat wisata ke Jogja, katanya cuma tinggal gue sama Winda yang belum bayar.
‘Windanya mana? Kok cuma kamu saja?’ tanya Bu Lili.
‘Nanti saya suruh ke sini Bu.’
Akhirnya setelah gue bayar, gue balik ke kelas dan bilang ke Pak Joseph.
‘Pak, Winda dipanggil Ibu Lili.’
‘Tuh, kan kenapa sih ga mau bareng? Harus satu-satu gini, bareng donk biar romantis,’
kata Pak Joseph ngegodain kita berdua.

Sekali lagi sekelas tertawa dan sepertinya Winda tidak senang dan dia langsung pergi menemui Ibu Lili, beda sama gue yang seneng-seneng aja digodain sama Pak Joseph sambil dalem hati bilang, ‘Doain kita ya pak siapa tau beneran jodoh.’

Setelah kejadian itu gue jadi makin suka sama Winda tapi gue mikirnya Winda jadi makin ga suka sama gue, ternyata itu salah. Di kantin tiba-tiba Winda nyapa gue yang lagi makan nasi goreng.
‘Aron, dipanggil sama Pak Heri tuh katanya udah mau masuk ekskul Pramuka.’
Gue jadi buru-buru makannya karena grogi dipanggil Winda bukan gara-gara gue dipanggil Pak Heri guru pembina pramuka itu, Pak Heri sih ga penting.
‘Tenanglah, makannya jangan buru-buru, tenangkanlah dirimu,’ kata Winda kalem menenangkan kegugupan gue.
Duh, suaranya bikin hati gue adem banget, gue ngerasa semua beban gue ilang setelah denger suaranya, coba kalau gue sakit terus dirawat sama Winda kayanya sakit separah apapun dalam satu hari sembuh total, namanya juga lagi jatuh cinta semua jadi terasa lebay. Winda terus berjalan meninggalkan gue dan gue cuma bisa ngeliat punggung dia saja, ‘Winda, gue suka sama loe,’kata gue tapi gue yakin Winda ga denger karena sudah terlalu jauh.

Sampai naik kelas 3 SMP, gue masi tetep suka sama Winda tapi gue ga pernah berani ngedeketin atau setidaknya nyapa dia karena setiap gue ketemu Winda, gue langsung ngumpet atau pura-pura cuek soalnya gue grogi banget kalau ngeliat dia bahkan walaupun jarak gue sama dia 15 meter jauhnya. Sampai akhirnya kita lulus ujian akhir, kita lulus kelas 3 SMP, sampai kita berpisah masuk SMA yang berbeda tapi masih satu gedung. Winda masuk SMA yang terkenal bagus reputasinya, muridnya bersih-bersih,pinter-pinter dan pilihan. Cita-cita Winda ingin jadi dokter seperti Song Hye Kyo di film Descendants of The Sun. Gue juga masuk SMA yang terkenal, ya terkenal banyak murid bengal yang dekil-dekil dan suka ngajak ribut atau malakin anak sekolah lain. Sekolah gue bisa dibilang Crows Zero-nya Indonesia dan gue masuk sana untuk menjadi seperti Genji Takiya yang menjadi pemimpin Yakuza, bukan Song Joong Ki tentara ganteng yang baik hati (makin ngawur aja nih cerita gue). Gue jadi makin merasa dia ga cocok sama gue dengan segala perbedaan yang kontras itu. Apalagi walau satu gedung, gue tuh masuk siang dan Winda masuk pagi jadi gue udah jarang ketemu di SMA. Sekali-kalinya gue ketemu, Winda lagi pacaran sama pacarnya, di sebelahnya seorang cowo yang lumayan ganteng memegang tangan Winda, gue ngeliat adegan romantis mereka berdua, cowonya megang pipi Winda tanda sayang kemudian mengelus rambutnya dan mereka tertawa bersama. Hati gue hancur melihat mereka berdua, gue sedih, gue galau, kenapa setelah setahun ga ketemu, waktu ketemu malah gue dikasi liat pemandangan kaya gini. Winda, you are my first love and you are always on my mind. Setelah kejadian itu, gue memulai kehidupan SMA gue sambil mencoba melupakan Winda yang tak mungkin terjangkau.

TO BE CONTINUED...
Diubah oleh jomblo.perak 17-05-2016 19:06
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.