Perkenalkan, nama gue Jendi, tapi biasa di panggil Jen,
kalo malam Jeni, kalo ditinggal suami Janda. Cerita yang akan gue share ke kalian ini terjadi sekitar 12 bulan yang lalu. Gue ini adalah anak rantau yang memegang erat budaya kampung. Bukan, bukan gue anak kampungan gue hanya memegang erat budayanya.
Jadi, gue agak anti sama produck elektronik seperti laptop dan hp. Tapi, karena gue harus merantau dan meninggalkan kampung halaman. Mau nggak mau gue harus punya barang elektronik. Jadilah gue membeli hp untuk bisa berkomunikasi dengan orang tua.
Karena alasan merantau ini, gue dan keluarga pun pelan-pelan meninggalkan budaya kampung. Kami yang biasa berkomunikasi melalui kentongan, mau nggak mau harus menggantinya menggunakan hp. Karena nggak mungkin kalo gue harus memukul kentongan untuk berkomunikasi dengan keluarga. Jarak kami cukup jauh, gue di Jogja sementara keluarga di Somalia.
Hal ini pun berdampak juga pada komunikasi gue dan pacar. Kebetulan kami LDR, biasanya kami berkomunikasi menggunakan kaleng dan benang. Karena gue sekarang di Jogja, nggak mungkin gue harus gelar benang dari jogja ke Somalia, berapa juta kilo kapas yang habis untuk dipintal menjadi benang.
Untuk mempermudah komunikasi, akhirnya pacar pun ikut membeli hp. Kalian bisa bayangkan, semenjak gue kuliah, gue sudah menjerumuskan banyak pihak untuk meninggalkan adat kampung. Ketua adat kampung pasti akan murka dengan gue.
Cerita ini bukan tentang kosan atau kampus gue yang serem dan juga angker. Cerita mengerikan ini malah terjadi semanjak gue punya hp.
Semuanya bermula dari sini…
Waktu pertama beli hp, gue diajak oleh seorang temen bernama Dude,
kalo malem Dona, kalo ditinggal istri Duda. Gue dan Dude pergi ke Mall paling megah di Jogja. Kita masuk ke gedung mewah itu dan mencari konter hp. Dude cerita ke gue kalo anak muda di jogja sekarang kebanyakan pakai hp iPhone. Karena nggak terlalu paham dengan merk dan fungsi hp, gue pun mangut aja dengan semua saran dan informasi yang Dude berikan.
Sebuah iPhone keluaran terbaru sudah gue gengam. Warnanya hitam mengkilap dan masih sangat licin. Aroma dus masih tercium sangat pekat menusuk ronga hidung gue.
Ini ahalah hp pertama gue, gue bangga setengah mati. Walaupun ini bukan hp baru, tapi gue seneng. Orang yang menjual hp ini namanya bang bing bung.hp dengan kecanggihan yang luar biasa ini di jual murah ke gue karena katanya si bang bing bung butuh dana segar buat usaha ternak konter hp nya.
Bang bing bung bilang kalo hp ini masih baru banget, semua aksesorisnya lengkap, charger masih bagus, earphone masih joss, batre apa lagi. Sayangnya hp ini nggak ada fasilitas tv atau kamar mandi dalemnya.
Dude sempat bingung dengan keberuntungan gue dan sikap bang bing bung saat menjual hp ini. Katanya harga hp ini terlalu murah untuk merk dan kelengkapan yang masih bagus semua. Gue yang nggak ngerti soal hp cuman senyum bangga aja. Gue bahagia luar biasa sedangkan Dude dengki luar biasa.
Karena gue ngerasa pinter, untuk masalah pengoprasian gue nggak mau nanya sama Dude, gue ingin mandiri dan mengetahui semuanya sendiri. Untungnya di dalam dus hp itu terdapat fasilitas buku panduan.
Buat gue fungsi hp yg penting itu cuman 2, sms dan telepati, telpon. Cukup mengetahui dua fungsi ini, gue pun merasa cukup.
Sampai akhirnya suatu kejadian aneh menimpa gue. Di sore hari yang ranum, sinar matahari jogja menerpa hangat ke tubuh gue, sinarnya begitu hangat dan menembus pori-pori kulit gue dengan syahdu. Gue yang sedang asyik memainkan hp baru sambil cekrek-cekrek mencoba kameranya bingung dengan kelakuan hp ini. Pas gue foto di lokasi gelap tiba-tiba ada sinar matahari tambahan keluar dari hp. Gue bingung, hp gue banting dan gue beli yang baru. TAMAT. Kenapa si hp tiba-tiba ngeluarin cahaya.
Karena nggak tau apa yang terjadi, gue pun membiarkannya, dan melupakan kejadian ini, semenjak hari itu fasilitas kamera tidak pernah lagi gue gunakan. Tapi, karena penasaran dengan sinar yang keluar itu, gue mencoba menyelidikinya. Gue pun bertanya dengan dude.
Gue : de, kemarin gue kan foto-foto di kos pake hp baru, kok tiba-tiba muncul sinar ya?
Dude: sinar gimana ? lu foto-foto dimana ?
Gus : ya sinar mengkilap gitu, sinarnya lurus dan terang banget, mata gue bisa ngerekam kilatan sinar itu dengan jelas kok, semacam kilat tapi, dengan ukuran yang lebih kecil.
Dude : kilat ? sinar ? ITU NAMANYA FLASH KAMERA bodoh.
Gue : sejak kapan kamera hp ada fasilitas toiletnya de?
Dude : ITU FLUSH BAJINGAN, BEDAAAAAA.
Setelah kejadian kamera yang mengeluarkan kilatan secara misterius itu, gue betul-betul nggak pernah lagi menggunakan kamera hp ini. Perasaan gue masih horror, kalut, dan bingung. Fasilitas di hp yang gue gunakan terus-menerus pun hanya telfon dan sms.
Tapi, karena gue adalah orang yang mau belajar dan cepat belajar, pelan-pelan gue mulai memahami hp ini. Setelah belajar kurang lebih 3…..bulan, gue akhirnya bisa menggunakan fasilitas lain yang disediakan di hp. Musik. Ia, untuk menghibur kesepian dan kesendirian selama di kos, gue sering mendengarkan music melalui hp.
Gue udah khatam banget cara menggunakan fasilitas ini. Gue bisa putar lagu semau gue, membuat playlist,
dan melakukan penyulingan minyak. Bahkan mendownload lagu bajakan gue juga sudah mahir.
Lagu yang paling sering gue putar lewat hp adalah lagu-lagunya Coldplay, Maroon 5 juga wali band. Dari sekain banyak lagu, lagu yang menjadi playlist andalan gue adalah lagunya wali.
Bangun tidur puter lagu wali, makan sambil dengerin lagu wali, belajar juga dengarin lagu wali. Awalnya semua aktifitas yang gue lakukan sambil mendengarkan lagu berjalan normal aja. Tapi, tiba-tiba semua berubah ketika gue mencoba mandi sambil mendengarkan lagu wali.
Waktu itu gue mandi sekitar jam 6 sore, hampir masuk waktu maghrib. Gue membawa hp ke kamar mandi dan memutar playlist lagu-lagu wali yang menjadi jagoan gue. Mulai dari Jodi, baik-baik sayang, emang dasar sampai belah duren belahan jiwa.
Guyuran pertama waktu gue mandi masih biasa. Air keran yang terasa dingin sengaja terus gue nyalakan, lantai terasa basah, gue terasa telanjang, kemudian melakukan guyuran lagi. Begitu lagu ‘emang dasar’ nyampe reff, lagu langsung berhenti tepat saat pa’ng sang vokalis ngucapin kata ‘bajin*an’ dan gue lagi sabunan. Tidak perlu gue jelaskan bagian mana saja yang gue sabunin, tiba-tiba air keran berhenti mengalir, lantai yang tadi basah akibat air terasa lengket, terasa seperti basah bukan karena air, tapi karena unsur lain. Karena mata gue lagi ketutup busa sabun, gue pun mengabaikan semuanya dan terus mengguyur tubuh ini dengan khidmat.
Setelah selesai nyabun. Tiba-tiba lagu baru kembali berputar, anehnya yang main bukan lagu ‘emang dasar’ tapi malah lagu jawa. Lagu sinden, kata-katanya kurang gue mengerti karena di kampung gue di Somalia sana, nggak ada orang jawa, adanya orang gila.
Gue yang asik mengeringkan badan pake parang handuk, langsung kaget dan meraih hp. Disana tertulis ‘now playing – wali – emang dasar’ gue sampe kucek-kecek mata buat memastikan sekali lagi kalo yang gue baca beneran tulisanya ‘NOW PLAYING – WALI –EMANG DASAR’
Gue dekatkan hp ke telinga, mencoba mendengarkan lagu jawa yang masih di putar, suaranya samar, seperti ada dua sinden sedang nembang jawa, secara bersamaan, suara mereka terasa bertumpuk. Semakin gue dengarkan semakin gue terbawa suasana.
Saat mata gue terpejam untuk menikmati suara khas si sinden, tiba-tiba lagu berganti lagi menjadi lagu wali. Gue cuman menaikan alis sebelah untuk menangapi hal yang nggak masuk akal ini.
Di hp nggak ada lagu jawa, kok tiba-tiba muter lagu jawa sendiri.
Keluar kamar mandi badan gue terasa dingin dan menggigil semua, jari-jari gue terasa seperti ditusuk jarum, mata gue memerah, dan bulu kuduk di sekitar leher berdiri semua.
Oh iya, kan gue abis mandi.
Kejadian ini nggak gue ceritakan ke Dude atau ke pacar, hanya gue simpan sendiri, toh ini juga baru pertama terjadi dan nggak pernah terulang lagi.
Ngomongin pacar, gue sama dia udah cukup lama menjalin cinta, namanya Susanti. Kita sudah 3 tahun lebih pacaran. Karena dia bukan berasal dari keluarga menengah ke atas, akhirnya Susanti pun tidak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi seperti gue. Susanti memilih bekerja untuk membantu ekonomi keluarganya. Kalo nggak salah Susanti kerja di salah satu diskotik terkenal di Somalia, kalo malam dia kerja di Diskotik jadi bartender, kalo siang dia jadi susanto macul di sawah.
Setiap malam gue selalu menyempatkan diri untuk menelfon Susanti, sekedar bercerita mengenai kejadian-kejadian unik yang gue alami hari itu. Sampai suatu ketika gue lagi telfonan sama Susanti ada sesuatu yang aneh.
Waktu itu gue cuman sendirian di kosan. Anak-anak lagi pergi nonton Dora the sexplorer di rental dekat kos, gue diajakin buat gabung tapi gue menolak, karena gue nggak suka Dora, gue sukanya Diego. #Sikap
Akhirnya gue memutuskan untuk menelfon Susanti aja sebagai teman ngobrol. Sejam berlalu semua berjalan normal, dua jam berlalu kami masih asyik saling bercerita dan melempar rayuan.
gue merayu Susanti, Susanti tertawa genit, gue cerita lucu Susanti tertawa renyah, sampai akhirnya gue nggak ngapa-ngapain Susanti juga masih ketawa aja.
Gue pun bingung dan nanya ke Susanti
‘kamu kok ketawa terus sih?’
‘ih, siapa yang ketawa, aku dari tadi diem aja kok dengerin rayuan sama cerita kamu yang gak lucu itu’
Degggg…. Jantung gue seperti berhenti berdetak, mata gue melempar bebas keseluruh penjuru sudut dikamar kost ini. Perlahan gue berjalan keluar mengecek satu persatu pintu kamar kost yang lain. Dan dugaan gue benar, semua pintu masih terkunci dan tergembok dari luar dengan kuat dan rapat.
Gue pun semakin percaya kalo memang cuman gue sendiri yang ada disini. Nggak ada orang lain. Hanya gue…. dan hp yang ada di tangan ini.
Setelah percakapan gue dan susanti diselipi sebuah keheningan yang cukup lama, suara ketawa itu muncul lagi. Gue diem, menelan ludah dengan cepat dan mikir dalem hati.
Kalo Susanti nggak ketawa, terus yang dari tadi ketawa itu siapa ?
BERSAMBUNG...