Kaskus

Story

carienneAvatar border
TS
carienne
Dunia Yang Sempurna [TAMAT]
Dunia Yang Sempurna [TAMAT]


Dunia Yang Sempurna [TAMAT]
(credit to : risky.jahatfor the beautiful cover)


PROLOG :


Gue selalu percaya, apapun yang kita alami di dunia ini selalu memiliki alasan tersendiri. Ga terkecuali dengan kehadiran orang-orang di kehidupan kita. Setiap orang, setiap hal, memiliki perannya masing-masing di kehidupan kita ini. Ada yang datang untuk sekedar menguji kesabaran kita, ada yang datang untuk menyadarkan kita akan mimpi dan harapan yang selalu mengiringi kita.

Gue menulis cerita ini, sebagai wujud rasa cinta gue terhadap segala yang pernah terjadi kepada gue. Ada yang ingin gue lupakan, dan ada yang ingin gue kenang selamanya. Tapi pada satu titik gue menyadari, bahwa ga ada yang harus gue lupakan, melainkan gue ambil pelajarannya. Dan untuk segala yang pernah hadir di hidup gue, ataupun yang akan hadir, gue mengucapkan terima kasih dari hati gue yang terdalam.

Cerita ini berawal pada tahun 2006, pada saat gue masih culun-culunnya menjalani kehidupan. Gue baru saja lulus SMA, dan memutuskan untuk merantau, meskipun ga jauh-jauh amat, ke ibukota untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi lagi. Gue masih mengingat dengan jelas momen ketika gue mencium tangan ibu, dan elusan kepala dari bapak, yang mengantarkan gue ke gerbang rumah, sebelum gue menaiki angkutan umum yang akan membawa gue ke ibukota.

Ketika angkutan umum yang membawa gue ke ibukota itu mulai berjalan, gue sama sekali ga bisa membayangkan apa yang akan terjadi di hidup gue selanjutnya. Tentu saja gue ga bisa membayangkan kehadiran seseorang, yang dengan segala keunikan dan keistimewaannya, memberikan warna tersendiri di hati gue.

Nama gue Gilang, dan semoga sekelumit cerita gue ini bisa berkenan bagi kalian semua.


Quote:
Diubah oleh carienne 27-03-2017 21:48
afrizal7209787Avatar border
radoradaAvatar border
elbe94Avatar border
elbe94 dan 51 lainnya memberi reputasi
52
2M
5.4K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
carienneAvatar border
TS
carienne
#458
PART 21

3 Maret 2007.

Gue berdiri bersandar di balkon depan kamar, seperti yang selalu gue lakukan sejak tinggal disini. Gue memandangi deretan kamar di seberang, dan mengamati kegiatan penghuninya yang bermacam-macam. Ada yang keluar masuk kamar dengan membawa cucian, ada yang bermain gitar, ada yang tertutup. Hampir setahun gue berada disini, banyak hal yang berkesan di hati gue.

Gue menoleh ke kamar yang masih tertutup di belakang gue, kamar Ara. Sang pemilik kamar masih pergi bersama teman-teman ceweknya, ngemall, katanya. Yang namanya cewek, kalau sudah ketemu dan ngerumpi, mungkin ga ada yang bisa mengganggu. Gue membayangkan sekarang dia berada di sebuah restoran cepat saji di mall, dan tertawa cekikikan dengan khasnya, bersama teman-temannya yang lain.

Gue mulai mengantuk, tapi ada hal lain yang menahan gue agar tidak tertidur. Gue masuk ke kamar, membuat segelas kopi, dan menaruhnya di balkon, sambil merokok, memandangi langit malam. Sesekali gue melirik ke kamar, dan tersenyum antusias ketika melihat sesuatu di dalam kamar. Sambil memegang rokok di tangan kiri, gue mengambil selembar Post It, dan menuliskan sesuatu, kemudian gue selipkan di bawah pintu kamar Ara. Ketika selesai, gue masuk ke kamar dan mematikan lampu, menunggu.

Selama di dalam kamar yang gelap itu gue memasang telinga, di sela-sela keheningan malam. Sekitar jam sepuluh malam gue mendengar Ara datang, dan membuka kamar. Dia menyalakan lampu, kemudian beres-beres, seperti yang selalu dia lakukan selama ini. Kegiatannya bahkan sudah gue hapalkan, sehingga dengan mata terpejam pun gue bisa membayangkan apa yang dia lakukan di sebelah.

Menjelang jam dua belas, gue perlahan membuka kamar, dan melihat keadaan di kanan kiri kamar gue. Sepi, cuma ada beberapa penghuni kamar seberang yang masih terjaga, karena pintu kamarnya masih terbuka. Setelah keadaan gue yakin aman, barang yang gue siapkan dari tadi siang gue keluarkan, dan melakukan persiapan terakhir, kemudian menunggu.

Beberapa saat gue menunggu, dan melirik jam dinding di kamar gue dari balkon. Akhirnya pintu kamar yang ada di hadapan gue terbuka, dan sosok yang ada di depan gue tampak terkejut melihat gue dan barang yang gue bawa. Dia menutup mulutnya dengan telapak tangan, dan tak bisa berkata-kata. Gue cuma bisa tersenyum lebar.

“happy birthday, Soraya…” ucap gue pelan.

Di tangan gue ada sekotak kue tart berukuran sedang, dengan hiasan warna-warni, dan dua buah lilin angka yang menunjukkan angka sembilan belas.

“aih, lo…. lo yang nyiapin?” katanya tak percaya, dan memandang gue dengan kue tart itu takjub.

gue tertawa pelan.

“iya lah, siapa lagi…” gue menunjuk kue dengan gesture alis, “tiup gih lilinnya….”

“make a wish dulu dong?”

“iyaa, make a wish dulu….”

Ara memejamkan mata, sambil menangkupkan tangan di dada, dan tersenyum. Dia sedang memanjatkan permohonannya. Sesaat kemudian, dia membuka mata, dan kemudian meniup lilin itu lembut.

“happy birthday yaah, semoga doa-doa dan cita-cita lo dikabulkan, dan lo bakal menjalani hidup yang hebat setahun kedepan…”

Ara tersenyum sambil menggembungkan pipinya. “kok cuma setahun?”

“ya kan tahun depan make a wish lagi hehehe….”

“ini mau ditaro dimana nih, pegel tangan gue” sambung gue.

“oh iyaiya, sini masuk aja,” Ara membuka pintunya lebar dan menyalakan lampu, “boleh dipotong ga?”

Gue tertawa pelan.

“ya boleh lah, ini kan kue ulang tahun lo…” gue meletakkan kue itu di meja, “ada pisau ga?” tanya gue.

Ara celingukan sebentar, kemudian menggeleng.

“engga ada, adanya sendok…hehehe….”

“ya udah makan kuenya pake sendok kalo gitu…” sahut gue sambil nyengir.

Ara kemudian mengambil dua buah sendok dari wadah di sudut, dan melapnya dengan tissue, sebelum memberikan salah satunya ke gue. Gue kemudian menunggu dia memotong kuenya.

“ayo dipotong…”

Ara terdiam sambil memegang sendoknya dengan kedua tangan di dada. Dia tersenyum lucu, dan menggeleng pelan.

“hah?” gue bingung dengan isyaratnya itu.

“lo aja yang potongin” pintanya masih dengan posisi yang sama.

“lah ini kan kue lo, masa gue yang pertama potong…” sahut gue heran.

“lo aja” dia cemberut.

“oke oke” gue mengalah, dan memotong kecil kuenya.

“sekarang suapin ke gue….” dia membuka mulut dan memejamkan mata. Barulah gue paham apa maunya. Sambil tertawa tanpa suara, gue menggeleng dan menyuapkan kue itu kepadanya. Ini anak manjanya ampun-ampunan, batin gue gemas.

“sekarang gantian gue yang suapin lo” dia kemudian memotong kecil kuenya, dan menyuapkannya ke gue, “aaaa….”

Sambil memakan kuenya sedikit-sedikit, Ara duduk di samping gue, dan menyilangkan kakinya. Dia menoleh ke gue, memiringkan kepalanya sedikit.

“pantes ada memo dibawah pintu gue tadi….” ucapnya sambil tersenyum.

Gue tertawa. Tadi memang gue menyelipkan memo kecil dibawah pintunya yang bertuliskan “keluar kamar jam 12 ya”. Untungnya dia baca memo itu, dan menuruti apa yang gue minta.

“lo beli kuenya kapan?”

“tadi siang”

“abis kuliah?”

gue mengangguk.

“ooh pantes tadi abis kuliah gue ajak makan lo nya bilang mau fotokopi, ternyata kabur beli kue…” simpulnya dengan senyum pemahaman.

“hehe iyaa…” gue meraba-raba kantong celana gue, “oh ya, gue punya sesuatu buat lo…” sahut gue sambil merogoh kantong.

“apaan? kado ya?” matanya berbinar-binar.

gue menggenggam erat kado itu, sebelum menyerahkan ke Ara.

“maaf ya cuma ini, semoga lo suka…” gue membuka genggaman tangan, dan tampak sebuah gelang terbuat dari kulit berwarna cokelat dan merah dengan hiasan perak di salah satu bagiannya. Ara menerima itu dengan antusias, senyumnya tak pernah hilang. Dia memakainya di tangan kirinya.

“bagus bangeet, gue suka banget kok….” jawabnya sambil memandangi gelang yang sekarang menghiasi pergelangan tangannya, “terima kasih yaaah…”

“sama-sama” gue mengangguk dan tersenyum memandanginya.

Ara masih memandangi gelang barunya itu, dan kemudian dia menoleh ke gue. “kok lo masih inget aja si tanggal ulang tahun gue?”

“emang ada berapa orang yang harus gue inget tanggal ulang tahunnya sampe gue lupa tanggal ulang tahun lo?” gue tertawa.

“biasanya si cowo-cowo kan engga peka soal ginian…”

“gue kan luar biasa” sahut gue sambil menaikkan alis dengan pongah.

“luar biasa sayangnya ke gue?” godanya sambil menyikut lengan gue pelan. Kemudian dia tertawa.

“engga ah, takut gue kalo pacaran sama lo…”

“kok takut? emang gue nenek sihir apah….”

“ntar gue ga bisa ngeliatin mba Dea lagi…” jawab gue asal sambil nyengir. Mba Dea adalah penghuni kamar seberang yang terkenal paling bahenol sekosan. Barangkali dia adalah “pemandangan” wajib seluruh cowok di kosan ini.

“oh sekarang udah ngerti nakal ya lo?” Ara menjewer kuping gue, dan secara refleks gue mengaduh.

Ara tertawa-tawa sementara gue menggosok-gosok kuping gue yang agak memerah. Paling bisa nih anak galakin orang, terus ketawa-ketawa sendiri tanpa dosa.

“gue tidur dulu yah? lo juga tidur, besok kan kita kuliah pagi…” sahut gue sambil beranjak berdiri dan keluar kamarnya.

“Gil…” panggil Ara di balik punggung gue ketika gue sudah di sedikit diluar pintu kamarnya.

“hm?” gue berbalik.

Ara telah di belakang gue, kemudian tanpa terduga, dia memegang kepala gue, dan mencium pipi gue pelan.

WHAT?

“terima kasih buat semuanya yah, selamat tidur…” bisiknya sambil tersenyum, kemudian dia menutup pintu kamarnya, dan meninggalkan gue yang masih mematung di depan kamarnya.
julian147
junti27
jenggalasunyi
jenggalasunyi dan 10 lainnya memberi reputasi
11
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.