- Beranda
- Stories from the Heart
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!
...
TS
galonze.b.c.n.b
1 Flat! 2 Wanita! 2 Cerita!

1 Flat2 Wanita 2 Cerita

Quote:
Spoiler for Rules:
Spoiler for F.A.Q:
Quote:
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 11-06-2016 21:40
sormin180 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
1.1M
3K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
galonze.b.c.n.b
#2687
Part 83 Fix Everything, Angel
Gue merasa kikuk saat mila menatap tajam kearah gue, dia mungkin berfikir bahwa gue adalah lelaki yang sering mengumbar umbar janji terhadap setiap wanita.
“mmmhhhhh…” ucap dia mendengus.
“kenapa?”
“enggak…” ucap dia sambil memejamkan matanya.
tak ada kata yang terucap dari mulut dai saat itu. Jam di dinding sudah menunjukan pukul 04.00 dan sepertinya mila sudah terlihat kecapean.
“mas…” ucap dia dengan suara lemas.
“mmmhh?”
“aku gak mau akhir cerita kita kayak Dia nanti” ucap mila.
“mmhhh? Maksudnya?”
“ya aku gak mau kamu tinggalin aku kayak dia. jangan sampe kayak gitu pokoknya..” ucap dia mengancam.
“eh…. Kan semua belajar dari pengalaman dek,”
“awas aja kalo berani macem macem!”
“iya iya..” jawab gue.
Kita berdua hanya berdiam menatap ke arah televisi yang menyala tanpa ada suara, gue dan mila sesekali memejamkan mata agar bisa tertidur. Namun tampaknya kejadian tadi malam membuat kami berdua sulit sekali untuk memejamkan mata.
“mas…, habis ini mau gimana?” tanya dia.
gue yang sudah sedikit mengantuk menjawab dengan lemas, “gak tau… yang paling penting intannya dulu. Takutnya dia nekat ngelakuin yang aneh aneh lagi”
“mmmm, terus mau gimana?” tanya dia.
“ya aku bawa dia pulang ke rumah ibunya, mungkin dia ada disana” ucap gue.
“owh, terus aku ditinggal disini sendirian?” tanya dia.
“ya kan gak lama sayang…”
“kalo kamu nanti malah dikimpoiin sama dia disana gimana?” tanya dia kembali.
gue hanya tertawa saja mendengar ucapannya itu, “hahaha, aneh aneh aja kamu…”
“hehehe, ya mungkin aja gitu” jawab dia nyengir.
Saat waktu menunjukan pukul 05.00 shubuh, mila segera bangkit dari tidurnya lalu menuju kamar mandi. Dia kemudian menghampiri gue kembali setelah berpakaian rapih. Sepertinya pagi ini mila akan pergi keluar.
“mau kemana kamu dek? Masih pagi udah rapih banget..” ucap gue melihat dia sedang memakai make-up di kamarnya.
“mau keluar mas, udah janji hari ini ngajak jalan jalan echi” ucap dia sambil mengoleskan lipstick ke bibirnya.
“owhh, ya udah hati hati. jangan kecapean juga kamukan belum tidur daritadi malem…” ucap gue senang mendengarnya. Sepertinya hubungan mila dengan adiknya sudah kembali membaik.
“oh iya, kamu berapa hari gak bakal pulang?” tanya dia.
“ya paling 2 atau 3 hari. Gak bakal lama lama kok” ucap gue.
“mmhh, ya udah nanti kalo mau pulang sms ya” ucap dia.
“heem”
“oh iya, minggu depan pokoknya jangan kemana mana, ade mau kasih hadiah” ucap dia hendak melangkah pergi.
“hadiah apa sayang?”
“ada deh…” ucap mila, "udah aku berangkat dulu ya, byee” ucap dia kembali sambil mencium pipi kiri gue.
“iya hati hati”
Saat setelah mila pergi, gue melangkah keluar kamar untuk membeli sarapan pagi diluar. gue juga membelikan makan untuk Intan karna dia pasti lapar belum makan dari tadi malam. Sambil menunggu dia bangun, gue duduk selonjoran ditengah rumah sambil memain mainkan laptop.
“mah.. mamah…” terdengar suara dari dalam kamar gue, sepertinya intan sudah bangun.
saat gue melangkah kedalam kamar, terlihat intan sedang menangis “hey… hey, ini aku ini aku. udah jangan nangis"
“mamah mana rangga? Mamah mana?” tanya intan.
“iya iya, sabar dulu. Yuk ke luar kamar dulu yuk” ucap gue sambil membopoh dia ke tengah rumah.
Setelah membawa dia keluar kamar, gue melangkah kedapur untuk mengambil makanan yang gue beli tadi pagi.
“intan lapar? Makan dulu ya” ucap gue.
“mamah mana rangga?” tanya dia kembali.
“iya nanti kita cari mamah bareng. Sekarang intannya makan dulu, nih udaha aku beliin makanannya” ucap gue sambil menunjukan bungkusan makanan ditangan.
Gue pun meletakkan bungkusan itu ke karpet dan langsung membukanya satu satu. Gue membeli satu bungkus nasi dengan lauk pauk yang banyak. Ayam, telur, tahu, tempe, dan sayur capcai semua gue hidangkan untuk dia.
“intan makannya pake sendok aja ya” ucap gue sambil beranjak kembali menuju dapur.
gue pun kembali dengan membawa sendok dan piring yang telah dicuci, “intan makannya mau disuapin?”
“ngak usah, intan bisa makan sendiri” ucap dia sambil memegang sendok di gengaman tangannya.
“owh yaudah, nih tinggal pilih aja lauknya” ucap gue memberikan sepiring nasi itu untuk dia.
intan masih terdiam dengan semua makanan yang ada dihadapan dia itu, “rangga…”
“hhhmmm?”
“suapin…” ucap dia pelan.
“hhhmmm? Mau aku suapin?” tanya gue memastikan.
“iya suapin..” ucap dia sambil nyengir.
Gue hanya tersenyum simpul, tidak bisa menolak permintaan dia. “intan mau makan pake apa?”
“lho, rangga gak makan juga?” tanya dia balik.
“rangga tadi pagi udah makan diluar, ini semua makanan buat intan” ucap gue.
intan hanya diam melihat makanan yang sudah ada dihadapannya, “ya udah dipilih dong makanannya, masa daritadi cuma diliatin aja”
“mmmm, pake sayurnya angga..” ucap dia sambil menunjukan makanan kesukaan dia. gue langsung mengambilkannya dan menyiapkan suapan untuk dia.
“nih…, aaakkkk” ucap gue sambil menyodorkan sesendok penuh makanan.
happpp. intan makan dengan lahapnya “enak?” tanya gue, intan hanya mengangguk mantap sambil mengunyah.
“mau pake ayam?” tawar gue.
intan hanya mengangguk saja. Mulutnya masih sibuk mengunyah makanan. “habis makan kita cari mamah angga”
“iya, intannya istirahat aja dulu” ucap gue.
“gak mau! Sekarang aja langsung cari mamah!” ucap dia bersikukuh.
Setelah selesai makan, intan terus memaksa untuk cepat cepat mencari ibunya. kita berdua pun bersiap siap pergi mencari ibu sri, gue yang masih bingung untuk memulai darimana mencarinya akhirnya menyuruh intan menghubungi adik dari ibunya berharap agar dia tau dimana keberadaan ibunya sekarang.
Setelah intan seleasai menelfon, dia bilang bahwa ibunya sekarang sedang berada di rumah neneknya intan di daerah pangandaran. Setelah selesai sholat dzuhur kita berduapun akhirnya berangkat menuju kesana menggunakan kendaraan milik intan.
Perjalanan menuju ke daerah pangandaran cukup jauh dan melelahkan. Setelah berputar putar menanyakan alamat, akhirnya kitapun sampai juga ditempat tujuan pukul 8 malam.
Tok.. tok.. tok..
“permisi…” ucap gue mengetuk pintu.
tak ada jawaban dari dalam rumah, hingga akhirnya seorang wanita muncul membukakan pintu.
“iya mas, mau cari siapa?” tanya dia.
“oh iya perkenalkan. Saya rangga, dan ini intan…” ucap gue memperkenalkan diri, namun saat gue memperkenalkan intan, tiba tiba saja mata wanita itu melotot dan….
Plakkkk! Wanita itu menampar intan cukup keras hingga ia terhuyunh huyung kebelakang! “mau apa kamu kesini?”
“bi, mamah mana?” ucap dia masih memegangi pipinya yang ditampar, gue yang masih belum tau perempuan yang menampar intan ini, hanya bisa diam saja dan ikut memegangi intan agar tidak terjatuh.
“masih mau kamu ketemu sama ibumu? Gak nyadar sama apa yang habis kamu lakuin?” ucap wanita itu memarahi intan dengan suara yang kencang dan mata yang melotot.
“maaf bi, ade cuma mau ketemu sama mamah aja” ucap dia dengan tertunduk.
“apa? Maaf kamu bilang? Kamu gak tau gimana keadaan ibumu semalem?? Dia kesiksa gara gara ulah kamu!! Dan sekarang kamu…. Kamu…” ucap wanita itu tidak dapat meneruskan ucapannya karena tak kuasa menahan gejolak didadanya.
“mamah dimana bi? Mamah kenapa?” ucap intan. Wanita itu terus saja menatap tajam kearah intan, “GARA GARA KAMU!! SEMUANYA GARA GARA KAMU!!!” ucap wanita itu tak kuasa lagi menahan amarahnya.
Saat itu datang seorang perempuan yang sudah cukup berumur, perempuan yang ternyata dia adalah neneknya intan, dengan wajah yang sedang menunjuka kesedihan, dia menghampiri kita berdua “ada apa ini, oh… ada intan. Udah nur kamu jangan kayak gitu, intan juga masih belum tau apa apa”
“gak tau apa apa gimana ma? Gara gara dia keluarga kita harus nanggung malu! Semua gara gara dia! dan sekarang kak sri….” Sahut bi nur dengan emosi, kemudian dia langsung masuk kedalam rumah.
intan lalu membungkukan badan dihadapan neneknya “maaf kalo kedatangan intan ngenganggu nenek sama bibi, intan cuma mau ketemu sama mamah aja”
nenek intan pun menghela nafas, air matanya mulai menetas “sebenernya ibumu dari tadi siang pergi keluar, katanya pengen kepantai dan tinggal beberapa hari disana…”
“mamah kenapa sih? kenapa sama mamah nek?” tanya intan kepada neneknya, dan sepertinya dia enggan untuk menjawab pertanyaan intan itu.
dengan suara berat dan diiringi isak tangis, “ade cari aja mamah di pantai, tanya aja langsung ke mamah”
mendengar ucapan dari neneknya itu, gue langsung menepuk pundak intan “udah yuk mending kita cari aja sekarang”
intan hanya mengangguk dan pamit kepada neneknya untuk mencari ibunya, saat sebelum pergi gue menatap tajam kepada intan, “intan, sebelum pergi, rangga mau nanya. Intan mau jawab??”
“nanya apa?” tanya dia.
“intan sayang sama mamah?” ucap gue bertanya kepada intan.
“iya, intan sayang banget sama mamah” jawab dia dengan mantap.
“intan udah siap buat ninggalin kerjaan intan yang sekarang?” tanya gue kembali.
intan terdiam sejenak, pertanyaan kedua dari gue itu mungkin cukup berat untuk dia jawab! Setelah itu dia menghela nafas panjang dan menatap kearah gue “iya, intan bakal berenti. Intan bakal ngelakuin apapun yang penting mamah seneng”
mendengar jawaban dari dia, gue hanya mengangguk nganggukan kepala sambil tersenyum “ya udah, Sekarang ayoo kita cari mamah”
Saat sudah sampai menuju pantai, kita berdua mencari cari ibu sri disana. dengan lokasi pantai pangandaran yang sangat luas dan cukup ramai menyulitkan kita untuk mencari ibunya. Setelah mencari disekitar pantai namun tak menemukan hasil, kita langsung memulai pencarian dari hotel ke hotel. Kita mulai mencari dari hotel-hotel di kawasan yang paling ramai yakni pantai pananjung, hingga ke hotel-hotel dipantai timur. Gue menanyakan tamu atas nama Sri Kurniasih, namun hasilnya nihil, gue dan intan tidak menemukan ibunya di hotel-hotel tersebut.
Hingga jam menunjukan pukul 11.30 malam, kita memutuskan untuk menginap disalah satu hotel yang terdapat dipantai pananjung tersebut. Saat sudah checkin intan terlihat tertunduk dengan wajah lesu, berkali kali ia menghela nafas panjang. Dia terus tenggelam dalam lamunannya sampai gue menepuk pundaknya untuk membuyarkan lamunannya.
“intan gak apa apa?” tanya gue.
intan yang baru tersadar dari lamunannya itu lalu melirik kearah gue dan tersenyum lemas “eh, enggak kok gak apa apa!”, gue dapat melihat dengan jelas, kegelisahan yang nampak dari raut wajah intan, “tenang, kita pasti ketemu sama mamah. Besok kita mulai cari kewilayah pantai batu karas dan Batu Hiu”
intan pun mengangguk lemas “iya, intan juga yakin bisa ketemu sama mamah”
Mendengar jawaban dan gerak-gerik intan serta raut wajahnya. Gue dapat mengetahui bahwa yang dikhawatirkan oleh dia selain persoalan menemukan ibunya adalah persoalan bagaimana ibunya bisa tau apa yang dilakukannya selama ini dan bagaimana hubungan mereka kedepannya. Namun gue memutuskan untuk tidak ingin berkomentar soal itu, gue menyerahkan semuanya kepada intan.
Saat kita berdua sedang terdiam, intan tiba tiba mengajak gue untuk keluar hotel, “intan lapar, rangga juga lapar gak? Kita cari makan malem yuk??”
“intan mau makan apa?” tanya gue.
“mmmhhh…. Kita makan seafood yuk? rangga kan suka banget sama Kepiting” tawar dia.
gue hanya tersenyum saja mendegar tawarannya itu, “ya udah kita cari makan dulu, sekalian merecharge tenaga, besok baru kita lanjut cari ibu lagi”
Dan sesampainya kita disalah satu restoran seafood yang ada dipantai timur itu, kita makan dengan memesan cukup banyak makanan seafood. Intan terlihat lahap memakan makanan tersebut, syukurlah dia bisa melupakan masalahnya sejenak dan tidak terlalu memikirkan masalahnya itu berlarut larut.
Bagian 2
“mmmhhhhh…” ucap dia mendengus.
“kenapa?”
“enggak…” ucap dia sambil memejamkan matanya.
tak ada kata yang terucap dari mulut dai saat itu. Jam di dinding sudah menunjukan pukul 04.00 dan sepertinya mila sudah terlihat kecapean.
“mas…” ucap dia dengan suara lemas.
“mmmhh?”
“aku gak mau akhir cerita kita kayak Dia nanti” ucap mila.
“mmhhh? Maksudnya?”
“ya aku gak mau kamu tinggalin aku kayak dia. jangan sampe kayak gitu pokoknya..” ucap dia mengancam.
“eh…. Kan semua belajar dari pengalaman dek,”
“awas aja kalo berani macem macem!”
“iya iya..” jawab gue.
Kita berdua hanya berdiam menatap ke arah televisi yang menyala tanpa ada suara, gue dan mila sesekali memejamkan mata agar bisa tertidur. Namun tampaknya kejadian tadi malam membuat kami berdua sulit sekali untuk memejamkan mata.
“mas…, habis ini mau gimana?” tanya dia.
gue yang sudah sedikit mengantuk menjawab dengan lemas, “gak tau… yang paling penting intannya dulu. Takutnya dia nekat ngelakuin yang aneh aneh lagi”
“mmmm, terus mau gimana?” tanya dia.
“ya aku bawa dia pulang ke rumah ibunya, mungkin dia ada disana” ucap gue.
“owh, terus aku ditinggal disini sendirian?” tanya dia.
“ya kan gak lama sayang…”
“kalo kamu nanti malah dikimpoiin sama dia disana gimana?” tanya dia kembali.
gue hanya tertawa saja mendengar ucapannya itu, “hahaha, aneh aneh aja kamu…”
“hehehe, ya mungkin aja gitu” jawab dia nyengir.
Saat waktu menunjukan pukul 05.00 shubuh, mila segera bangkit dari tidurnya lalu menuju kamar mandi. Dia kemudian menghampiri gue kembali setelah berpakaian rapih. Sepertinya pagi ini mila akan pergi keluar.
“mau kemana kamu dek? Masih pagi udah rapih banget..” ucap gue melihat dia sedang memakai make-up di kamarnya.
“mau keluar mas, udah janji hari ini ngajak jalan jalan echi” ucap dia sambil mengoleskan lipstick ke bibirnya.
“owhh, ya udah hati hati. jangan kecapean juga kamukan belum tidur daritadi malem…” ucap gue senang mendengarnya. Sepertinya hubungan mila dengan adiknya sudah kembali membaik.
“oh iya, kamu berapa hari gak bakal pulang?” tanya dia.
“ya paling 2 atau 3 hari. Gak bakal lama lama kok” ucap gue.
“mmhh, ya udah nanti kalo mau pulang sms ya” ucap dia.
“heem”
“oh iya, minggu depan pokoknya jangan kemana mana, ade mau kasih hadiah” ucap dia hendak melangkah pergi.
“hadiah apa sayang?”
“ada deh…” ucap mila, "udah aku berangkat dulu ya, byee” ucap dia kembali sambil mencium pipi kiri gue.
“iya hati hati”
Saat setelah mila pergi, gue melangkah keluar kamar untuk membeli sarapan pagi diluar. gue juga membelikan makan untuk Intan karna dia pasti lapar belum makan dari tadi malam. Sambil menunggu dia bangun, gue duduk selonjoran ditengah rumah sambil memain mainkan laptop.
“mah.. mamah…” terdengar suara dari dalam kamar gue, sepertinya intan sudah bangun.
saat gue melangkah kedalam kamar, terlihat intan sedang menangis “hey… hey, ini aku ini aku. udah jangan nangis"
“mamah mana rangga? Mamah mana?” tanya intan.
“iya iya, sabar dulu. Yuk ke luar kamar dulu yuk” ucap gue sambil membopoh dia ke tengah rumah.
Setelah membawa dia keluar kamar, gue melangkah kedapur untuk mengambil makanan yang gue beli tadi pagi.
“intan lapar? Makan dulu ya” ucap gue.
“mamah mana rangga?” tanya dia kembali.
“iya nanti kita cari mamah bareng. Sekarang intannya makan dulu, nih udaha aku beliin makanannya” ucap gue sambil menunjukan bungkusan makanan ditangan.
Gue pun meletakkan bungkusan itu ke karpet dan langsung membukanya satu satu. Gue membeli satu bungkus nasi dengan lauk pauk yang banyak. Ayam, telur, tahu, tempe, dan sayur capcai semua gue hidangkan untuk dia.
“intan makannya pake sendok aja ya” ucap gue sambil beranjak kembali menuju dapur.
gue pun kembali dengan membawa sendok dan piring yang telah dicuci, “intan makannya mau disuapin?”
“ngak usah, intan bisa makan sendiri” ucap dia sambil memegang sendok di gengaman tangannya.
“owh yaudah, nih tinggal pilih aja lauknya” ucap gue memberikan sepiring nasi itu untuk dia.
intan masih terdiam dengan semua makanan yang ada dihadapan dia itu, “rangga…”
“hhhmmm?”
“suapin…” ucap dia pelan.
“hhhmmm? Mau aku suapin?” tanya gue memastikan.
“iya suapin..” ucap dia sambil nyengir.
Gue hanya tersenyum simpul, tidak bisa menolak permintaan dia. “intan mau makan pake apa?”
“lho, rangga gak makan juga?” tanya dia balik.
“rangga tadi pagi udah makan diluar, ini semua makanan buat intan” ucap gue.
intan hanya diam melihat makanan yang sudah ada dihadapannya, “ya udah dipilih dong makanannya, masa daritadi cuma diliatin aja”
“mmmm, pake sayurnya angga..” ucap dia sambil menunjukan makanan kesukaan dia. gue langsung mengambilkannya dan menyiapkan suapan untuk dia.
“nih…, aaakkkk” ucap gue sambil menyodorkan sesendok penuh makanan.
happpp. intan makan dengan lahapnya “enak?” tanya gue, intan hanya mengangguk mantap sambil mengunyah.
“mau pake ayam?” tawar gue.
intan hanya mengangguk saja. Mulutnya masih sibuk mengunyah makanan. “habis makan kita cari mamah angga”
“iya, intannya istirahat aja dulu” ucap gue.
“gak mau! Sekarang aja langsung cari mamah!” ucap dia bersikukuh.
Setelah selesai makan, intan terus memaksa untuk cepat cepat mencari ibunya. kita berdua pun bersiap siap pergi mencari ibu sri, gue yang masih bingung untuk memulai darimana mencarinya akhirnya menyuruh intan menghubungi adik dari ibunya berharap agar dia tau dimana keberadaan ibunya sekarang.
Setelah intan seleasai menelfon, dia bilang bahwa ibunya sekarang sedang berada di rumah neneknya intan di daerah pangandaran. Setelah selesai sholat dzuhur kita berduapun akhirnya berangkat menuju kesana menggunakan kendaraan milik intan.
Perjalanan menuju ke daerah pangandaran cukup jauh dan melelahkan. Setelah berputar putar menanyakan alamat, akhirnya kitapun sampai juga ditempat tujuan pukul 8 malam.
Tok.. tok.. tok..
“permisi…” ucap gue mengetuk pintu.
tak ada jawaban dari dalam rumah, hingga akhirnya seorang wanita muncul membukakan pintu.
“iya mas, mau cari siapa?” tanya dia.
“oh iya perkenalkan. Saya rangga, dan ini intan…” ucap gue memperkenalkan diri, namun saat gue memperkenalkan intan, tiba tiba saja mata wanita itu melotot dan….
Plakkkk! Wanita itu menampar intan cukup keras hingga ia terhuyunh huyung kebelakang! “mau apa kamu kesini?”
“bi, mamah mana?” ucap dia masih memegangi pipinya yang ditampar, gue yang masih belum tau perempuan yang menampar intan ini, hanya bisa diam saja dan ikut memegangi intan agar tidak terjatuh.
“masih mau kamu ketemu sama ibumu? Gak nyadar sama apa yang habis kamu lakuin?” ucap wanita itu memarahi intan dengan suara yang kencang dan mata yang melotot.
“maaf bi, ade cuma mau ketemu sama mamah aja” ucap dia dengan tertunduk.
“apa? Maaf kamu bilang? Kamu gak tau gimana keadaan ibumu semalem?? Dia kesiksa gara gara ulah kamu!! Dan sekarang kamu…. Kamu…” ucap wanita itu tidak dapat meneruskan ucapannya karena tak kuasa menahan gejolak didadanya.
“mamah dimana bi? Mamah kenapa?” ucap intan. Wanita itu terus saja menatap tajam kearah intan, “GARA GARA KAMU!! SEMUANYA GARA GARA KAMU!!!” ucap wanita itu tak kuasa lagi menahan amarahnya.
Saat itu datang seorang perempuan yang sudah cukup berumur, perempuan yang ternyata dia adalah neneknya intan, dengan wajah yang sedang menunjuka kesedihan, dia menghampiri kita berdua “ada apa ini, oh… ada intan. Udah nur kamu jangan kayak gitu, intan juga masih belum tau apa apa”
“gak tau apa apa gimana ma? Gara gara dia keluarga kita harus nanggung malu! Semua gara gara dia! dan sekarang kak sri….” Sahut bi nur dengan emosi, kemudian dia langsung masuk kedalam rumah.
intan lalu membungkukan badan dihadapan neneknya “maaf kalo kedatangan intan ngenganggu nenek sama bibi, intan cuma mau ketemu sama mamah aja”
nenek intan pun menghela nafas, air matanya mulai menetas “sebenernya ibumu dari tadi siang pergi keluar, katanya pengen kepantai dan tinggal beberapa hari disana…”
“mamah kenapa sih? kenapa sama mamah nek?” tanya intan kepada neneknya, dan sepertinya dia enggan untuk menjawab pertanyaan intan itu.
dengan suara berat dan diiringi isak tangis, “ade cari aja mamah di pantai, tanya aja langsung ke mamah”
mendengar ucapan dari neneknya itu, gue langsung menepuk pundak intan “udah yuk mending kita cari aja sekarang”
intan hanya mengangguk dan pamit kepada neneknya untuk mencari ibunya, saat sebelum pergi gue menatap tajam kepada intan, “intan, sebelum pergi, rangga mau nanya. Intan mau jawab??”
“nanya apa?” tanya dia.
“intan sayang sama mamah?” ucap gue bertanya kepada intan.
“iya, intan sayang banget sama mamah” jawab dia dengan mantap.
“intan udah siap buat ninggalin kerjaan intan yang sekarang?” tanya gue kembali.
intan terdiam sejenak, pertanyaan kedua dari gue itu mungkin cukup berat untuk dia jawab! Setelah itu dia menghela nafas panjang dan menatap kearah gue “iya, intan bakal berenti. Intan bakal ngelakuin apapun yang penting mamah seneng”
mendengar jawaban dari dia, gue hanya mengangguk nganggukan kepala sambil tersenyum “ya udah, Sekarang ayoo kita cari mamah”
Saat sudah sampai menuju pantai, kita berdua mencari cari ibu sri disana. dengan lokasi pantai pangandaran yang sangat luas dan cukup ramai menyulitkan kita untuk mencari ibunya. Setelah mencari disekitar pantai namun tak menemukan hasil, kita langsung memulai pencarian dari hotel ke hotel. Kita mulai mencari dari hotel-hotel di kawasan yang paling ramai yakni pantai pananjung, hingga ke hotel-hotel dipantai timur. Gue menanyakan tamu atas nama Sri Kurniasih, namun hasilnya nihil, gue dan intan tidak menemukan ibunya di hotel-hotel tersebut.
Hingga jam menunjukan pukul 11.30 malam, kita memutuskan untuk menginap disalah satu hotel yang terdapat dipantai pananjung tersebut. Saat sudah checkin intan terlihat tertunduk dengan wajah lesu, berkali kali ia menghela nafas panjang. Dia terus tenggelam dalam lamunannya sampai gue menepuk pundaknya untuk membuyarkan lamunannya.
“intan gak apa apa?” tanya gue.
intan yang baru tersadar dari lamunannya itu lalu melirik kearah gue dan tersenyum lemas “eh, enggak kok gak apa apa!”, gue dapat melihat dengan jelas, kegelisahan yang nampak dari raut wajah intan, “tenang, kita pasti ketemu sama mamah. Besok kita mulai cari kewilayah pantai batu karas dan Batu Hiu”
intan pun mengangguk lemas “iya, intan juga yakin bisa ketemu sama mamah”
Mendengar jawaban dan gerak-gerik intan serta raut wajahnya. Gue dapat mengetahui bahwa yang dikhawatirkan oleh dia selain persoalan menemukan ibunya adalah persoalan bagaimana ibunya bisa tau apa yang dilakukannya selama ini dan bagaimana hubungan mereka kedepannya. Namun gue memutuskan untuk tidak ingin berkomentar soal itu, gue menyerahkan semuanya kepada intan.
Saat kita berdua sedang terdiam, intan tiba tiba mengajak gue untuk keluar hotel, “intan lapar, rangga juga lapar gak? Kita cari makan malem yuk??”
“intan mau makan apa?” tanya gue.
“mmmhhh…. Kita makan seafood yuk? rangga kan suka banget sama Kepiting” tawar dia.
gue hanya tersenyum saja mendegar tawarannya itu, “ya udah kita cari makan dulu, sekalian merecharge tenaga, besok baru kita lanjut cari ibu lagi”
Dan sesampainya kita disalah satu restoran seafood yang ada dipantai timur itu, kita makan dengan memesan cukup banyak makanan seafood. Intan terlihat lahap memakan makanan tersebut, syukurlah dia bisa melupakan masalahnya sejenak dan tidak terlalu memikirkan masalahnya itu berlarut larut.
Bagian 2
Diubah oleh galonze.b.c.n.b 15-05-2016 20:59
0
