Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

rendymyidAvatar border
TS
rendymyid
Selamatkan Sungai, Selamatkan Kota [Jakarta]


JAKARTA, KOMPAS.com - Keberadaan belasan sungai di Ibu Kota tak pernah benar-benar disadari warganya. Alih-alih menjadi sumber peradaban kota, sedikitnya 13 sungai di Jakarta baru diingat warganya hanya saat jadi sumber bencana.

Sulit mencari warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, yang memiliki ingatan saat Kali Krukut masih bening. Padahal, kali yang membentang 40 kilometer dari Kali Citayam di Bogor, hingga Kali Ciliwung, Jakarta, itu melintasi wilayah mereka.

Kali ini membelah Kelurahan Pela Mampang dan Petogogan sepanjang 2 kilometer. Krukut kini penuh lumpur hasil pengendapan tanah dan sampah. Airnya kecoklatan. Aroma tak sedap muncul di sejumlah tempat di wilayah Kelurahan Petogogan dan Pela Mampang.

Karnisah (58), warga RT 012 RW 005 Kelurahan Pela Mampang, yang tinggal di bantaran Krukut sejak 1987, mengatakan tak pernah melihat kali itu dalam keadaan bersih. Sejak tinggal di sana, warga juga terbiasa membuang limbah rumah tangganya di kali tersebut.

Sepanjang ingatan Karnisah, sejak tinggal di sana, banjir akibat meluapnya Kali Krukut kerap terjadi. Terparah pada 2007, saat air kali meluap hingga setinggi 2 meter di bantaran kali. Namun, setelah banjir besar itu, ia masih melihat warga buang sampah ke kali.

"Mungkin karena belum ada hukumannya, jadi warga asal cemplungin sampah ke kali," katanya lagi.

Alasan membuang sampah ke kali diungkapkan Mariono, warga RT 008 RW 003 Kelurahan Petogogan, yang tinggal dan membangun rumah permanen di bantaran Kali Krukut sejak 1991. Saat pertama kali tinggal di sana, ia mengaku tak punya pilihan tempat lain untuk membuang sampah selain kali.

Hingga awal tahun 2000, tak ada petugas pengangkut sampah di wilayahnya. Saat mayoritas warga membuang sampah ke kali, hal itu tak lagi dianggap sebagai kesalahan.

Anugerah alam

Keberadaan 13 sungai di Jakarta ini sesungguhnya anugerah alam. Menurut ahli sumber daya air Institut Pertanian Bogor (IPB), Kukuh Murti Laksono, pekan lalu, sungai di Jakarta itu sebetulnya kecil-kecil. Hanya Ciliwung yang terbesar.

Secara alami, jika tak dikepung permukiman dan gedung, sungai itu berfungsi sebagai resapan air dan juga penahan intrusi air laut. Sangat bermanfaat bagi Jakarta yang berada di dataran rendah.

Namun, Jakarta yang tumbuh sebagai pusat perekonomian nasional, lanjut Kukuh, terus menjadi magnet urbanisasi. Jumlah penduduk terus membubung. Tanpa pengembangan teknologi pengelolaan air dan sungai, kata Kukuh, kualitas hidup warga akan semakin buruk.

Ahli hidrologi IPB, Hidayat Pawitan, menambahkan, saat ini potensi gelontoran air dari hulu ke Jakarta dengan curah hujan lima tahunan mencapai 2.000 meter kubik per detik. Sebaliknya total kapasitas sungai di Jakarta tidak lebih dari 1.000 meter kubik per detik. "Dibutuhkan rekayasa teknik pengelolaan air karena lahan yang tersedia kian sempit," ujarnya.

Revitalisasi terbaik sungai ini adalah dengan melibatkan warga di sekitarnya. Untuk mendekatkan kembali warga dengan sungai itulah, Kompas akan memulai liputan khusus menelusuri satu per satu dari 13 sungai tersebut dalam beberapa bulan ke depan.

http://megapolitan.kompas.com/read/2...elamatkan.Kota
0
1.4K
11
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Tampilkan semua post
naponestAvatar border
naponest
#11
Ga cuma di jakarta,di daerah lain sungainya juga coklat
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.