Kaskus

News

plonardAvatar border
TS
plonard
Khalid ibn Al-Walid, the Sword of God
Semua yang saya tulis pada posting #1 sampai posting #10 adalah terjemahan bebas dari artikel Khalid ibn Al-Walid di en.wikipedia.org Oktober 2012. Saya tambahkan juga sedikit daftar istilah untuk membantu Agan-agan yang belum terlalu memahami istilah militer dan geografis di zaman bersangkutan hidup. Jika ada ketikan saya dengan format "[angka]", kode ini adalah nomor footnote atau catatan kaki. Contoh: [1] dan [25].
Semoga bermanfaat.

Khalid ibn Al-Walid


Indeks
Posting #1 sampai Posting #10 akan berisi garis besar kehidupan Khalid. Berikut ini adalah indeks yang bisa langsung diklik untuk memudahkan Agan-agan mengakses posting-posting tentang kehidupan Khalid yang lebih detail.

Posting #32 Pertempuran Walaja tahun 633 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #45 Pengepungan Damaskus tahun 635 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #69 Pertempuran Yarmuk tahun 636 M (Detail Gambar dan Kronologi)
Posting #95 Ucapan-ucapan tentang Khalid ibn Al-Walid
Posting #97 Bibliografi Buku The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleedkarya A.I. Akram
Posting #97 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 1: Sang Anak Lelaki
Posting #100 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 2: Agama Baru (Bagian I)
Posting #103 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 2: Agama Baru (Bagian II)
Posting #105 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian I)
Posting #107 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian II)
Posting #109 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian III)
Posting #120 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian IV)
Posting #123 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian V)
Posting #146 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian VI)
Posting #147 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 3: Pertempuran Uhud (Bagian VII)
Posting #161 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian I)
Posting #162 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian II)
Posting #165 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian III)
Posting #174 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 4: Pertempuran Parit (Bagian IV)
Posting #175 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 5: Masuk Islamnya Khalid
Posting #187 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 6: Mu’tah dan Pedang Allah
Posting #191 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian I)
Posting #193 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 7: Penaklukan Makkah (Bagian II)
Posting #194 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 8: Pertempuran Hunayn (Bagian I)
Posting #195 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 8: Pertempuran Hunayn (Bagian II)
Posting #198 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 9: Pengepungan Tha'if
Posting #201 Bagian I: Di Masa Kehidupan Nabi - Bab 10: Petualangan di Dawmatul Jandal
Posting #204 Bagian II: Perang Riddah - Bab 11: Badai yang Berkumpul (Bagian I)
Posting #208 Bagian II: Perang Riddah - Bab 11: Badai yang Berkumpul (Bagian II)
Posting #213 Bagian II: Perang Riddah - Bab 12: Abu Bakr Menyerang (Bagian I)
Posting #214 Bagian II: Perang Riddah - Bab 12: Abu Bakr Menyerang (Bagian II)
Posting #215 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian I)
Posting #218 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian II)
Posting #220 Bagian II: Perang Riddah - Bab 13: Thulayhah Si Nabi Palsu (Bagian III)
Posting #222 Bagian II: Perang Riddah - Bab 14: Pemimpin-pemimpin Pendusta (Bagian I)
Posting #224 Bagian II: Perang Riddah - Bab 14: Pemimpin-pemimpin Pendusta (Bagian II)
Posting #226 Bagian II: Perang Riddah - Bab 15: Akhir Hayat Malik bin Nuwayrah
Posting #229 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian I)
Posting #235 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian II)
Posting #239 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian III)
Posting #242 Bagian II: Perang Riddah - Bab 16: Pertempuran Yamamah (Bagian IV)
Posting Nomor Depan > Bagian II: Perang Riddah - Bab 17: Tumbangnya Gerakan Murtad (Bagian I)


Daftar Istilah Penting

Al-Hirah
Kerajaan yang berlokasi di Iraq Modern (Mesopotamia), negara vasal Imperium Persia-Sassanid, dengan mayoritas warga adalah orang Arab dari suku Bani Lakhm.

Arabia
Wilayah yang terbentang dari Syam dan Mesopotamia sampai Jazirah Arab, dihuni oleh mayoritas orang Arab serta minoritas orang Israel, Eropa (Romawi), Persia, dan Ethiopia.

Bizantin
Imperium superpowerlanjutan dari Romawi, sering juga dikenal sebagai Imperium Romawi Timur. Bizantin beribukota di Konstantinopel (Istanbul Modern) dan menjadi satu-satunya penerus Romawi sejak dihancurkannya Imperium Romawi Barat (beribukota di Roma) pada Abad ke-4. Warga negaranya menganggap mereka adalah warga Romawi dan warga negara lain di masa itu pun memanggil mereka sebagai orang-orang Romawi. Di masa Khalid, wilayah kekuasaan mereka membentang dari daerah Balkan di Eropa, sebagian Libya dan Mesir di Eropa, serta Jazirah Turki, Armenia, dan Levant (Syam) di Asia.

Double Envelopment
Sebuah manuver lapangan dalam pertempuran di mana sebuah pasukan berupaya untuk melingkupi musuh sehingga dapat menyerangnya dari segala arah. Biasanya, pertempuran akan dimulai dalam garis pembeda yang jelas antara dua pasukan yang bertempur. Dengan memanfaatkan kondisi maupun penggunaan taktik tertentu, pasukan musuh dapat diserang dari samping dan belakang. Contoh penggunaan taktik ini ada pada Pertempuran Cannae dan Pertempuran Walaja.

Garda Gerak Cepat (Mobile Guard)
Kavaleri ringan pasukan Muslim awal, dibangun oleh Khalid ibn Al-Walid dengan tujuan menjadi penyeimbang kelemahan infantri Muslim yang berbaju baja ringan. Gerakannya cepat, menerapkan taktik hit and run, efektif melawan kavaleri berat, dan sering menjadi garda depan pendahulu pasukan utama. Khalid dipecat saat menjabat sebagai komandan garda khusus ini. Penggantinya adalah Dhirar ibn Azwar.

Garnisun
Pasukan yang berkedudukan atau memiliki tempat pertahanan yang tetap, misalnya dalam benteng atau sebuah kota.

Ghassan
Kerajaan yang berlokasi di Syam Selatan, negara vasal Imperium Bizantin. Mayoritas warga negaranya adalah orang Arab beragama Kristen dari suku Bani Ghassan.

Imperium
Sebuah negara yang terdiri atas sekelompok bangsa, memiliki sebuah wilayah geografi yang luas, dipimpin oleh seorang kaisar atau sekelompok elit.

Kavaleri
Secara harfiah berarti pasukan berkuda, namun dalam prakteknya di masa kuno, unta dan gajah juga digunakan. Dalam peperangan modern, pasukan berkendara lapis baja maupun bukan juga termasuk dalam kavaleri. Di masa Khalid, kavaleri Bizantin dan Persia merupakan kavaleri berat, memakai baju besi tebal (termasuk kudanya) dan menutupi hampir seluruh tubuh. Kavaleri Muslim awal merupakan kavaleri ringan, berbaju baja dan bersenjata ringan.

Kekhalifahan
Sebuah sistem pemerintahan berbasis Islam yang menunjukkan kesatuan politik ummat Islam. Sistem ini dapat berupa sistem musyawarah perwakilan ataupun monarki konstitusional, dengan konstitusinya berupa Syariah. Karena dalam kekhalifahan ada kesatuan ummat, kekhalifahan selalu melingkupi banyak bangsa sehingga bisa dikategorikan sebagai bentuk Imperium.

Khalifah
Kepala negara dan pemerintahan sistem negara kekhalifahan, dapat dipilih oleh khalifah sebelumnya, ditunjuk oleh komite terpilih, dipilih langsung oleh rakyat, atau diturunkan pada keluarga khalifah sebelumnya.

Levant
Disebut juga Syam, daerah yang meliputi pantai timur Laut Mediterania, antara Anatolia (Jazirah Turki Modern) dan Mesir. Daerah ini meliputi wilayah-wilayah negara modern: Suriah, Lebanon, Yordania, Palestina (Otoritas maupun yang dijajah oleh Israel), Siprus, Provinsi Hatay (Turki Tenggara) dan sebagian wilayah Iraq-Jazirah Sinai.

Mesopotamia
Daerah yang meliputi daerah aliran Sungai Tigris dan Eufrat, yaitu wilayah-wilayah modern: Iraq, sedikit daerah timur laut Suriah, sebagian Turki Tenggara, dan sebagian kecil barat daya Iran.

Negara Vasal
Negara yang tunduk kepada entitas politik lain yang lebih besar dan biasanya lebih kuat, tetapi diberi otoritas untuk mengurus negaranya sendiri.

Persia-Sassanid
Imperium superpowerdi Asia Barat pada Abad ke-4 sampai Abad ke-7, juga disebut oleh warga negaranya sendiri sebagai Ērānshahr atau Ērān, berdiri tahun 224 dan diruntuhkan oleh Kekhalifahan Islam pada tahun 651. Saat Khalid hidup, imperium ini menguasai wilayah modern Iran, sebagian Asia Tengah dan barat laut India, serta sebagian pantai timur dan selatan Jazirah Arab.

Romawi
Lihat Bizantin.

Syam
Lihat Levant.


Garis Besar Biografi

Khālid ibn al-Walīd (Bahasa Arab: خالد بن الوليد‎; 592–642) juga dikenal sebagai Sayfullāh Al-Maslūl(Pedang Allah yang Terhunus), adalah seorang sahabat Muhammad, Nabi Islam. Ia terkenal karena kecakapan dan taktik militernya, menjadi komandan pasukan Madinah di bawah kepemimpinan Muhammad dan pasukan-pasukan penerusnya, Kekhalifahan Ar-Rasyidun; Abu Bakr dan Umar ibn Khattab.[1] Di bawah kepemimpinan militernya, Arab bersatu di bawah sebuah entitas politik untuk pertama kali dalam sejarah, Kekhalifahan. Ia memenangkan lebih dari seratus pertempuran, melawan pasukan-pasukan Imperium (Kekaisaran) Romawi-Bizantin, Imperium (Kekisraan) Persia-Sassanid, dan sekutu-sekutu mereka, ditambah lagi beberapa suku Arab lainnya. Prestasi strategisnya antara lain penaklukan Arab, Mesopotamia milik Persia, dan Syam milik Romawi, dalam beberapa tahun sejak 632 sampai 636. Ia juga dikenang karena kemenangan pentingnya di Yamamah, Ullays, dan Firaz, serta kesuksesan taktisnya di Walaja dan Yarmuk.[2]

Khalid ibn Al-Walid (Khalid anak Al-Walid, secara harfiah berarti Khalid anak Si yang Baru Lahir) berasal dari Suku Quraysh dari Makkah, dari sebuah klan yang pada awalnya menentang Muhammad. Ia memainkan peran vital dalam kemenangan Makkah saat Pertempuran Uhud. Ia masuk Islam dan bergabung dengan Muhammad setelah Perjanjian Hudaybiyyah, serta berpartisipasi dalam sejumlah ekspedisi militer dengannya, seperti Pertempuran Mu’tah. Setelah wafatnya Muhammad, ia memainkan peran kunci dalam komando Pasukan Madinah pimpinan Abu Bakr pada Perang Ridda, menaklukkan Arab tengah dan menundukkan suku-suku Arab. Ia merebut Kerajaan Al-Hirah yang merupakan negara vasal Persia-Sassanid, dan mengalahkan pasukan-pasukan Persia-Sassanid selama proses penaklukan Iraq (Mesopotamia). Ia lalu ditransfer ke front pertempuran di barat untuk merebut Syam milik Romawi dan Kerajaan Ghassan, negara vasal Romawi. Meskipun Umar kemudian melepas jabatan Khalid dari komando tertinggi, ia tetaplah pimpinan sebenarnya dari kesatuan tempur melawan Bizantin selama fase-fase awal Perang Bizantin-Arab.[1] Di bawah komandonya, Damaskus direbut tahun 634 dan kemenangan kunci Arab atas Bizantin diraih dalam Pertempuran Yarmuk (636),[1] yang membuka jalan dalam proses penaklukan Syam (Levant). Tahun 638, pada puncak karirnya, ia diberhentikan dari ketentaraan.



(bersambung)...
Diubah oleh plonard 16-08-2016 13:52
0
76.4K
287
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
KASKUS Official
6.5KThread11.5KAnggota
Tampilkan semua post
plonardAvatar border
TS
plonard
#177
Terjemahan dari bahasa asli, Bahasa Inggris. Ebook dapat diakses di:
The Sword of Allah: Khalid bin Al-Waleed


Catatan khusus: kadal dhabb yang disebutkan dalam bab ini adalah kadal bernama latin uromastyx, kadal herbivora yang hidup di timur tengah dan afrika utara. Bagi muslim, hukum memakannya halal, berbeda dengan kadal/biawak lainnya yang buas dan memakan daging.



Bab 5: Masuk Islamnya Khalid
(Halaman 1)

“Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, supaya Allah memberi ampunan kepadamu terhadap dosamu yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memimpin kamu kepada jalan yang lurus, dan supaya Allah menolongmu dengan pertolongan yang kuat (banyak). Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,…” [Al-Qur’an, 48:1-4]


Perjanjian Gencatan Senjata Hudaybiyyah ditandatangani pada awal April 628 M (akhir Dzulqa’dah, 6 H). Penandatanganan gencatan senjata ini bukanlah keinginan nabi ketika ia berangkat menuju Makkah pada pertengahan Maret. Maksud keberangkatannya adalah untuk menunaikan umrah bersama 1.400 orang Muslim bersenjata lengkap dan sejumlah besar hewan kurban.

Namun Quraysy khawatir bahwa Muslim datang untuk bertempur dan menaklukkan Quraysy di negerinya sendiri, karena sejak kegagalan di Pertempuran Parit, Muslim berada di atas angin dan bisa saja mengambil inisiatif menyerang. Akibatnya, Quraysy mengirim pasukan keluar Makkah dan berkemah di perbatasan. Dari sana, Khalid dikirim dengan 300 pasukan kavaleri untuk menghentikan Pasukan Muslim. Khalid paham bahwa hanya dengan 300 kavaleri, ia tidak akan bisa menghentikan Pasukan Muslim yang sebesar itu, tetapi ia memutuskan untuk melakukan apapun yang memungkinkan untuk menghambat gerak Pasukan Muslim. Ia tiba di Kura`ul Ghamim, 15 mil (24,14 km-pent) dari Usfan, dan mengambil posisi memblokir lereng perbukitan di jalan menuju Makkah. [1] (Lihat Peta 4)

kaskus-image

Ketika Rombongan Muslim tiba di Usfan, mereka telah didahului oleh detasemen 20 kavaleri yang dikirim sebagai peninjau. Detasemen ini bertemu Khalid di Kura`ul Ghamim. Mereka memutar dan mengabarkan kepada nabi tentang posisi serta kekuatan pasukan Khalid.

Nabi memutuskan untuk tidak membuang waktu dengan bertempur di lokasi ini. Pada saat itu, nabi berupaya keras untuk tidak menumpahkan darah karena tujuan utamanya adalah umrah, bukan untuk bertempur. Ia memerintahkan detasemen tadi untuk tetap bergerak ke arah Khalid dan mengalihkan perhatian Khalid dari tubuh utama rombongan. Perhatian Khalid terpecah dan nabi menggerakkan rombongannya ke kanan, bergerak menuju Makkah melalui celah Saniyatul Marar. [2] Jalur ini merupakan jalur sulit, tetapi tetap bisa dilalui sehingga posisi Khalid berhasil dilangkahi. Belum sampai pergerakan ini selesai, Khalid melihat debu beterbangan di seberang bukit akibat barisan rombongan Muslim. Menyadari apa yang telah terjadi, Khalid dengan segera mundur ke arah Makkah. Rombongan Muslim meneruskan perjalanan mereka sampai di Hudaybiyyah, 13 mil (21 km-pent) di barat Makkah, lalu mendirikan kemah.

Di Hudaybiyyah, pertempuran terlihat tidak mungkin dielakkan meskipun nabi berharap tidak terjadi pertumpahan darah. Sejumlah pertempuran kecil terjadi, tetapi tidak sampai jatuh korban. Setelah beberapa hari, Pasukan Quraysy sadar bahwa Muslim datang untuk haji dan bukan untuk bertempur. Kemudian, utusan-utusan berlalu lalang antara dua pasukan sampai akhirnya gencatan senjata disepakati. Gencatan senjata ini kemudian dikenal dengan Perjanjian Gencatan Senjata Hudaybiyyah, ditandatangani oleh nabi mewakili Muslim dan Suhayl bin ‘Amr mewakili Quraysy. Pasal-pasal kesepakatan dalam gencatan senjata ini adalah sebagai berikut.

  1. Dalam jangka waktu 10 tahun ke depan, Muslim dan Quraysy tidak dibenarkan untuk saling berperang, saling menyerbu, saling melakukan aksi militer dalam bentuk apapun.
  2. Tahun depan, Muslim diizinkan untuk menunaikan umrah. Mereka diizinkan untuk berada di Makkah selama tiga hari.
  3. Semua Quraysy yang melarikan diri kepada Muslim, harus dipulangkan; setiap Muslim yang melarikan diri kepada Quraysy, tidak akan dipulangkan.


Catatan Kaki Halaman 1
[1] Kura`ul Ghamim ini bukanlah Kura yang tercantum dalam peta masa kini. Kura pada peta masa kini berada di sebuah teluk di tepi Laut Merah, sementara Kura`ul Ghamim adalah sebuah daerah perbukitan yang memanjang ke barat sampai laut. Kura`ul Ghamim berada di tenggara Usfan.
[2] Celah ini disebut juga Zatul Hanzal (Abu Yusuf: hlm. 209).


____________________________________________________________________________
(Halaman 2)

Suku-suku lain dapat bergabung dengan pihak mana saja dan terikat dengan pasa-pasal kesepakatan yang sama pula.

Beberapa Muslimmemprotes keras pasal ketiga yang mengatur masalah orang-orang yang melarikan diri dari pihak masing-masing, terutama ‘Umar yang temperamen yang menolak keras; namun semua protes didiamkan oleh keputusan nabi. Gencatan senjata ini sebenarnya memberikan keuntungan-keuntungan yang besar dalam jangka panjang bagi Muslim meskipun pada saat itu belum dipahami oleh mereka. Keuntungan yang diberikan oleh Muslim dalam pasal ketiga kepada Quraysy sebenarnya menjadi keuntungan Muslim karena hal ini menunjukkan pada seluruh suku-suku di Arab bahwa secara psikologis, Muslim percaya diri dalam kesepakatan mereka dengan kelompok kafir. Terlebih lagi, jika seorang Makkah bermaksud menjadi Muslim, mereka tidak akan diizinkan keluar Makkah dan dapat menjadi mata-mata bagi Muslim di tengah-tengah musuh. Mereka juga dengan cara-cara tertentu dapat mempengaruhi orang-orang Makkah. Keberadaan mereka di tengah-tengah Quraysy malah akan menjadi salah satu sumber kekuatan Muslim. “Bagaimanapun juga, ketika seseorang berkehendak untuk bergabung dengan kita, Allah akan memberikan jalan baginya.”[1]

Sebagai hasil dari pasal terakhir dalam perjanjian ini, dua suku yang berada di dalam maupun di sekitar Makkah bergabung sebagai peserta: Bani Khuza’ah sebagai sekutu Muslim dan Bani Bakr sebagai sekutu Quraysy. Kedua suku ini tidak akur dan terus-menerus berselisih sejak zaman jahiliyah.

Setelah dua pekan di Hudaybiyyah, rombongan Muslim kembali ke Madinah. Tahun berikutnya, pada Maret 629 M (Dzulqa’dah 7 H), rombongan Muslim dipimpin oleh nabi menunaikan ibadah umrah. Orang Quraysy mengosongkan Makkah. Mereka mengungsi ke pinggiran Makkah selama tiga hari dan tidak pulang sampai rombongan umrah Muslim berangkat kembali ke Madinah.

Dalam masa-masa ini, pandangan Khalid mulai berubah. Dahulu, pikirannya selalu dipenuhi dengan masalah-masalah militer. Ia sadar betul akan kemampuan dan keunggulannya dalam militer, ia merasa sangat pantas untuk meraih kemenangan, tetapi kemenangan selalu lepas dari genggamannya. Dalam Pertempuran Uhud, Pasukan Muslim bisa mengelakkan kekalahan telak meskipun ia sudah melakukan maneuver terbaiknya. Ia mengagumi keputusan militer nabi dan bagaimana nabi bisa memaksakan hasil akhirnya tetap ada di tangan Muslim. Dalam Pertempuran Parit, lagi-lagi kemenangan gagal diraih oleh Quraysy. Mereka berangkat dengan persiapan matang dan dengan kekuatan besar sampai-sampai kemenangan sudah pasti; tetapi keputusan militer sederhana untuk menggali parit merenggut kemenangan dari genggaman mereka. Pasukan Quraysy datang seperti seekor singa dan pulang seperti seekor tikus. Dalam ekspedisi Hudaybiyyah, ia berusaha untuk menghadang rombongan Muslim, tetapi nabi berhasil mengecohnya dengan rapih saat perhatian Khalid terpaku pada detasemen Muslim yang lebih kecil di depannya. Khalid mencari seorang figur mentor dan ia tidak bisa tidak, mengagumi Muhammad, kepemimpinan militernya, karakternya, dan akhlak pribadinya; yang semuanya tidak bisa ia temukan pada orang lain.

Di atas semua itu, Khalid menginginkan pertempuran dan kejayaan dalam kemenangan. Semangat keprajuritannya haus akan petualangan militer. Dengan Quraysy, ia seolah-olah ada di jalan yang buntu. Tidak ada harapan baginya untuk memperoleh kesuksesan pertempuran bersama Quraysy. Mungkin, lebih baik jika ia bergabung dengan nabi. Dengan nabi, kesempatan untuk meraih kemenangan dan kejayaan tampak tidak terbatas.

Saat itu, ada banyak aktivitas militer di Madinah. Setiap saat, selalu ada ekspedisi yang dikirim ke suku-suku yang belum beriman, baik untuk memecah konsentrasi musuh sebelum menjadi terlalu besar atau untuk menangkap unta maupun hewan ternak. Di antara Pertempuran Uhud dan umrah, ada 28 ekspedisi yang dilancarkan Muslim, beberapa di antaranya dipimpin langsung oleh nabi dan beberapa yang lain dipimpin oleh komandan yang ditunjuk nabi. Mayoritas dari ekspedisi militer ini berhasil. Kemenangan paling besar adalah dalam Pertempuran Khaybar, kekuatan terakhir dari Yahudi berhasil dihancurkan. Ekspedisi ini tidak hanya memperluas perbatasan Islam, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan mereka. Setiap saat laporan kesuksesan pasukan Muslim sampai di Makkah, Khalid merasa iri akan “kesenangan” yang Pasukan Muslim alami. Sejak saat itu, ia selalu berharap bisa bergabung di Madinah karena “di sanalah aksi itu ada”!

Setelah umrah nabi selesai, keraguan kuat menyelimuti pikiran Khalid tentang agama dan kepercayaannya. Ia tidak pernah terlalu kuat dalam beragama dan tidak terlalu tertarik dengan berhala dewa di Ka’bah. Ia selalu berpikiran terbuka. Sekarang, ia mulai berpikir dalam-dalam tentang masalah keagamaan, tetapi ia tidak mendiskusikan hal ini dengan siapa pun. Lama-kelamaan, terlintas dalam pikirannya bahwa Islam adalah agama yang benar. Ini terjadi sekitar dua bulan setelah umrah nabi.

Catatan Kaki Halaman 2
[1] Waqidi: Maghazi, hlm. 310.


____________________________________________________________________________
(Halaman 3)

Setelah bulat niatnya untuk masuk Islam, Khalid menemui Ikrimah dan beberapa orang lain. Ia berkata, “Telah ada bukti bagi orang-orang yang berakal bahwa Muhammad bukanlah penyair maupun tukang sihir sebagaimana yang Quraysy tuduhkan. Apa yang ia sampaikan benar-benar dari Allah. Sudah sepantasnya semua orang yang waras mengikutinya.”

Ikrimah terdiam mendengar perkataan Khalid. “Kamu mau keluar dari agama kita?” tanya Ikrimah seolah tidak percaya.

“Aku beriman pada Allah yang sesungguhnya,” jawab Khalid.

“Tidak masuk akal, di antara orang Quraysy, bisa-bisanya kamu yang berkata seperti ini,” sanggah Ikrimah.

Khalid berbalik bertanya, “Mengapa?”

Ikrimah berkata, “Karena kaum Muslim sudah membunuh begitu banyak orang yang kita cintai dalam pertempuran. Aku sendiri tidak akan pernah menerima Muhammad, dan aku tidak akan berbicara denganmu lagi sampai kamu membuang ide konyol ini. Tidakkah kamu lihat bagaimana Quraysy hendak membunuh Muhammad?”

"Itu hanya karena masalah kebodohan mereka", replied Khalid.

Ketika Abu Sufyan mendengar laporan dari Ikrimah tentang niat Khalid, ia panggil kedua pendukungnya itu. “Benarkah apa yang aku dengar?” tanya Abu Sufyan kepada Khalid.

“Dan apa yang engkau dengar?” tanya Khalid kembali.

“Bahwa engkau ingin bergabung dengan Muhammad,” jawab Abu Sufyan.

Khalid menjelaskan, “Benar, dan mengapa tidak? Bagaimanapun juga, Muhammad adalah salah satu dari kita (Quraysy-pent). Dia adalah sanak saudara kita.”

Abu Sufyan murka dan mengancam Khalid dengan hukuman keras, tetapi Ikrimah mencegahnya. “Tenanglah, wahai Abu Sufyan! Kemarahanmu bisa saja membuatku juga bergabung dengan Muhammad. Khalid bebas untuk mengikuti agama apapun yang ia pilih.” kata Ikrimah [1]. Meskipun sudah berbeda agama, Ikrimah membela Khalid yang merupakan paman sekaligus sahabat karibnya.

Malam itu juga, Khalid memakai baju perangnya, memanggul senjata, dan membawa kudanya pergi menuju Madinah. Dalam perjalanannya, ia bertemu dua orang yang bertujuan sama dengannya, yaitu ‘Amru ibn Al-‘Ash dan ‘Utsman ibn Thalhah (anak dari pemegang bendera Quraysy dalam Pertempuran Uhud). Mereka sama-sama terkesima ketika bertemu dan saling mengetahui tujuan mereka yang sama, padahal masing-masing mereka mengetahui bahwa dua orang rekannya yang lain adalah musuh besar Islam! Ketiga orang ini tiba di Madinah pada tanggal 31 Mei 629 M (1 Shafar 8 H) dan pergi ke rumah nabi. Khalidlah yang pertama masuk dan menyatakan ke-Islam-annya, disusul oleh ‘Amr dan kemudian ‘Utsman. Ketiganya disambut dengan hangat oleh nabi; semua tindakan buruk mereka terhadap Islam di masa lalu diampuni sehingga mereka bisa memulai lagi dari lembaran baru yang bersih. Khalid dan ‘Amr ibn Al-‘Ash adalah ahli militer tebaik saat itu dan masuknya mereka ke dalam Islam akan membawakan kejayaan bagi angkatan bersenjata Muslim dalam beberapa decade berikutnya.

Khalid yang saat itu berusia 43 tahun dan berada di puncak kehidupannya, merasa bahagia tinggal di Madinah. Ia bertemu teman-teman lama dan mereka menyambutnya dengan hangat. Semua perselisihan yang telah lalu dilupakan. Ada semangat baru di Madinah, semangat untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan. Ada banyak aktivitas, harapan, antusiasme, optimism, dan suasana ini merasuki sanubari Khalid. Ia bahagia dan dapat bernapas lebih lega dengan udara segar agama baru.

Ia juga bertemu dengan ‘Umar dan mereka mengikat pertemanan lagi. Masih ada benih-benih persaingan lama, tetapi benih-benih ini hanya dalam level bawah sadar dan tidak muncul sebagai aksi yang disengaja. Khalid menyadari bahwa dalam persaingan ini, ia dalam posisi yang kurang diuntungkan. Khalid hanyalah seorang yang baru masuk Islam, sedangkan ‘Umar adalah kelompok Emigran (Muhajirin) yang meninggalkan rumahnya di Makkah. ‘Umar adalah orang keempat puluh yang masuk Islam. Ketika ‘Umar masih berada di Makkah, belum ada keistimewaan dari posisinya itu karena jumlah Muslim saat itu masih sedikit. Tetapi sekarang ribuan orang telah masuk Islam dan dengan jumlah ini, menjadi orang keempat puluh menjadi posisi yang sangat penting. Khalid bersaing bukan hanya dengan orang yang memiliki kekuatan, kemauan, dan kemampuan yang sama, tetapi bersaing dengan Muslim No.40!

Catatan Kaki Halaman 3
[1] Waqidi: Maghzi, hlm. 321.


____________________________________________________________________________
(Halaman 4)

Khalid secara rutin mengunjungi nabi. Dia mendengarkan ceramah nabi selama berjam-jam. Dia menyerap ajaran-ajaran dan kebaikan dari Muhammad, Rasulullah. Suatu hari, Khalid dan Fadhl bin ‘Abbas (sepupu nabi) mengunjungi beliau di rumah salah satu istrinya, Maymunah, yang juga bibi Khalid. Di saat bersamaan, seorang sahabat dari Badwi mengirim masakan sebagai hadiah kepada nabi. Sebagai adat kebiasaan di sana saat itu, nabi mengajak tamu-tamunya untuk makan. Kain taplak digelar di lantai dan di sekelilingnya mereka semua duduk-nabi, istrinya, dan kedua tamu.

Saat nabi hendak mengambil makanannya, Maymunah bertanya, “Wahai Rasulullah, engkau tahu apa ini?”

Nabi menjawab, “Tidak.”

Istrinya menjelaskan, “Ini adalah kadal dhabb panggang!”

Nabi menarik tangannya dan berkata, “Aku tidak memakan daging ini.”

“Wahai Rasulullah, apakah ini haram?” Tanya Khalid.

“Tidak.”

“Bolehkah kami memakannya?”

“Boleh, kalian boleh memakannya.”

Maymunah juga tidak memakannya, tetapi Khalid dan Fadhl menghabiskannya. Kadal dhabb adalah salah satu makanan favorit orang Arab gurun. Tampaknya, juga menjadi makanan favorit Khalid yang memakannya dengan lahap! [1]

Catatan Kaki Halaman 4
[1] Kejadian yang jarang diketahui ini diambil dari Ibn Sa’ad: hlm.381.



--Akhir dari Bab 5--
Diubah oleh plonard 25-06-2016 11:15
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.