- Beranda
- Stories from the Heart
Yaudah, gue mati aja
...
TS
dasadharma10
Yaudah, gue mati aja
Cover By: kakeksegalatahu
Thank for your read, and 1000 shares. I hope my writing skill will never fade.
Gue enggak tau tulisan di atas bener apa enggak, yang penting kalian tau maksud gue


----------
----------
PERLU DIKETAHUI INI BUKAN KISAH DESPERATE, JUDULNYA EMANG ADA KATA MATI, TAPI BUKAN BERARTI DI AKHIR CERITA GUE BAKALAN MATI.
----------
Spoiler for QandA:
WARNING! SIDE STORY KHUSUS 17+
NOTE! SIDE STORY HANYA MEMPERJELAS DAN BUKAN BAGIAN DARI MAIN STORY
Spoiler for Ilustrasi:
Cerita gue ini sepenuhnya REAL bagi orang-orang yang mengalaminya. Maka, demi melindungi privasi, gue bakalan pake nama asli orang-orang itu. Nggak, gue bercanda, gue bakal mengganti nama mereka dengan yang lebih bagus. Dengan begitu tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Kecuali mata kalian.
Spoiler for INDEX:
Diubah oleh dasadharma10 06-01-2017 18:49
xue.shan dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.1M
3.5K
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
dasadharma10
#1790
PART 67
“Kak kayaknya tiket Mut ketinggalan di kamar Kakak deh.”
Gue mengeluarkan tiket kereta milik Mut, “Gue tau modus lo, mau lo tinggal biar lo enggak bisa masuk peron terus ketinggalan kereta kan?”
Mut berkedip dengan cepat, “Kok Kakak tahu? Maksud Mut kok ada di Kakak?”
Gue toyor Inah, “Halah, alibi banget lo.”
“Kalian berdua nih cocok banget ya, kelihatan akrab banget kayak anak kembar,” kata Masayu.
“Masa sih Kak? Padahal kita berdua—”
“Iya kita berdua akrab!” potong gue.
Inah melirik ke gue.
Gue mendekatkan mulut ke telinga Inah, “Anak kosan pada enggak tahu, jangan dikasih tahu.”
Masayu menatap gue tajam, “Kenapa Wi?”
“Eh … enggak.”
Tadinya gue pikir gue bakalan nganterin Inah dalam keadaan panas-panas dengan motor yang ban belakangnya kempes entah kenapa. Eh, ternyata ada dewi fortuna yang bantuin gue melewati kesusahan gue dengan cara menawarkan mobilnya. Gue sih kalo ada kesempatan pasti gue manfaatin, bego banget kalo sampe gue tolak.
Dan tentunya setelah mengantar Inah dengan mobil Masayu, gue bakalan berduaan sama dia. Mungkin ini merupakan rencana dia, iya ini modus dia, gue bakalan dapet jawaban hari ini.
Sesampainnya di stasiun gue memarkirkan mobil dan mengeluarkan tas dari dalam mobil, berat banget. Enggak, sebenernya lebih berat buat gue melepaskan Inah buat naik kereta sendirian, tapi mau gimana lagi, gue enggak ada waktu buat nganterin dia.
“Mut gapapa naik kereta sendirian? Dawi kenapa enggak ditemenin aja sih?” tanya Masayu.
“Ya mau gimana lagi.” Gue menaruh tas dekat bangku ruang tunggu, “Dia bandel Yu, masa iya cewek ke Jogja sendirian.”
“Tenang aja Kak, aku enggak sendiri kok.”
Baru gue mau bertanya maksud Inah, tiba-tiba ada seorang cowok melambaikan tangan ke arah Inah. Cowok itu berjalan menghampiri gue dan yang lain.
“Ndra, kenalin ini Kakakku.”
Cowok itu menjabat tangan gue, “Halo Kak, aku Indra.”
“Iya, halo.”
“Terus yang ini pacarnya Kakakku,” kata Inah menunjuk Masayu.
Masayu menjabat tangan Indra, “Temen SMAnya Imut ya?”
“Bukan Kak, aku udah kuliah.”
Yah dari penampilannya gue menilai Indra sebagai anak yang baik. Mungkin gue bisa mengandalkan dia untuk menjaga, tunggu, udah kuliah?! Bukan temen SMA?! Terus temen apa?!
Gue tarik Inah menjauh dari cowok itu, “Lo kenal Adek gue darimana?”
“Kakak!”
“Lo diem dulu Nah.” Gue dorong cowok itu menjauh dari Inah, “Kalo gue tahu sampe lo bohongin gue, gue ancurin muka lo!”
Indra a.k.a cowok itu akhirnya menjelaskan bagaimana dia bisa bertemu dan berkenalan dengan Inah. Dan gue menerima penjelasannya begitu saja? Enggak, gue segera klarifikasi ke Inah tentang dia. Dan hasilnya, cowok itu berkata jujur.
Gue menghilangkan jarak dengan Indra. Setelah semua cerita yang gue dengar barusan, menurut gue untuk saat ini Indra bisa gue andalkan untuk menjaga Inah. Tentunya yang gue maksud menjaga selama perjalanan. Kalo masalah pacaran, itu tergantung Inahnya sendiri.
Belum lama gue mengobrol dengan Indra, kereta yang dinaiki Inah datang. Inah mencium tangan gue dan cipika-cipiki dengan Masayu, sedangkan Indra hanya menjabat tangan gue. Setelah mereka memasuki peron, gue dan Masayu memutuskan untuk kembali ke mobil.
Perjalanan pulang semuanya normal, gue bayar tukang parkir, disebrangin, disempritin dan akhirnya bisa jalan. Di jalan banyak orang naik motor motong jalan seenaknya, tapi untungnya mobil Masayu masih utuh.
Bisa ditebak, diperjalanan Masayu enggak banyak membuka mulut. Guelah yang selalu membuka topik pembicaraan, dan ini lebih mirip ke pembicaraan satu arah atau introgasi. Gue mulai bosan mengawali pembicaraan, hingga suatu saat Masayu mulai membuka obrolan.
“Wi, aku lihat di netbookmu penuh banget sama wallpaper game."
DEEG!!
Jujur, gue was-was banget masalah netbook. Beberapa minggu sebelumnya gue hampir aja ketahuan nyimpen film yang ratingnya 21+ sama mbak Irma. Oke, itu bukan film, itu trigipi.
"Te .. terus?"
"Iya, aku lihat ada juga gambar karakter film. Ada beberapa yang aku tahu, Joker sama Loki. Tapi kenapa aku enggak nemuin hero nya ya Wi, kayak Chriss Evan apa itu robotnya Robert Downey Jr.”
Slamet, folder gue aman!
“Kapten Amerika sama Ironman maksudmu?”
“Iya, kan heronya mereka.”
“Simpel aja sih Yu. Karena aku lebih suka Loki daripada Ironman sama Kapten Amerika.”
“Kok gitu? Kan semua orang suka heronya Wi.”
“Supervillain bisa berbuat apa aja yang mereka mau.”
“Kan hero juga bis—”
Gue menghentikan mobil ketika berada di lampu merah, “Enggaklah, hero punya tanggungjawab tapi kalo supervillain enggak.”
“Oh, gitu….” Masayu melemparkan senyum sinis ke gue, “Terserah kamu deh.”
“Maksudku gini Yu.” Gue meminum teh hangat dari termos mobil Masayu, “Kalo aku disuruh selametin kamu dari preman atau selametin kota dari invasi alien, aku bakalan biarin kota itu hancur.”
Masayu menunggu gue melanjutkan penjelasan gue.
“Aku lebih milih buat selametin kamu, siapa yang peduli jadi pahlaw—”
Masayu mencium bibir gue.
Jantung gue berhenti berdetak untuk beberapa detik. Jujur, ini ciuman pertama gue dan ini benar-benar diluar dugaan gue.
“Yu?”
Masayu senyum ke gue, “Aku mau jadi pacar kamu.”
“Kak kayaknya tiket Mut ketinggalan di kamar Kakak deh.”
Gue mengeluarkan tiket kereta milik Mut, “Gue tau modus lo, mau lo tinggal biar lo enggak bisa masuk peron terus ketinggalan kereta kan?”
Mut berkedip dengan cepat, “Kok Kakak tahu? Maksud Mut kok ada di Kakak?”
Gue toyor Inah, “Halah, alibi banget lo.”
“Kalian berdua nih cocok banget ya, kelihatan akrab banget kayak anak kembar,” kata Masayu.
“Masa sih Kak? Padahal kita berdua—”
“Iya kita berdua akrab!” potong gue.
Inah melirik ke gue.
Gue mendekatkan mulut ke telinga Inah, “Anak kosan pada enggak tahu, jangan dikasih tahu.”
Masayu menatap gue tajam, “Kenapa Wi?”
“Eh … enggak.”
Tadinya gue pikir gue bakalan nganterin Inah dalam keadaan panas-panas dengan motor yang ban belakangnya kempes entah kenapa. Eh, ternyata ada dewi fortuna yang bantuin gue melewati kesusahan gue dengan cara menawarkan mobilnya. Gue sih kalo ada kesempatan pasti gue manfaatin, bego banget kalo sampe gue tolak.
Dan tentunya setelah mengantar Inah dengan mobil Masayu, gue bakalan berduaan sama dia. Mungkin ini merupakan rencana dia, iya ini modus dia, gue bakalan dapet jawaban hari ini.
Sesampainnya di stasiun gue memarkirkan mobil dan mengeluarkan tas dari dalam mobil, berat banget. Enggak, sebenernya lebih berat buat gue melepaskan Inah buat naik kereta sendirian, tapi mau gimana lagi, gue enggak ada waktu buat nganterin dia.
“Mut gapapa naik kereta sendirian? Dawi kenapa enggak ditemenin aja sih?” tanya Masayu.
“Ya mau gimana lagi.” Gue menaruh tas dekat bangku ruang tunggu, “Dia bandel Yu, masa iya cewek ke Jogja sendirian.”
“Tenang aja Kak, aku enggak sendiri kok.”
Baru gue mau bertanya maksud Inah, tiba-tiba ada seorang cowok melambaikan tangan ke arah Inah. Cowok itu berjalan menghampiri gue dan yang lain.
“Ndra, kenalin ini Kakakku.”
Cowok itu menjabat tangan gue, “Halo Kak, aku Indra.”
“Iya, halo.”
“Terus yang ini pacarnya Kakakku,” kata Inah menunjuk Masayu.
Masayu menjabat tangan Indra, “Temen SMAnya Imut ya?”
“Bukan Kak, aku udah kuliah.”
Yah dari penampilannya gue menilai Indra sebagai anak yang baik. Mungkin gue bisa mengandalkan dia untuk menjaga, tunggu, udah kuliah?! Bukan temen SMA?! Terus temen apa?!
Gue tarik Inah menjauh dari cowok itu, “Lo kenal Adek gue darimana?”
“Kakak!”
“Lo diem dulu Nah.” Gue dorong cowok itu menjauh dari Inah, “Kalo gue tahu sampe lo bohongin gue, gue ancurin muka lo!”
Indra a.k.a cowok itu akhirnya menjelaskan bagaimana dia bisa bertemu dan berkenalan dengan Inah. Dan gue menerima penjelasannya begitu saja? Enggak, gue segera klarifikasi ke Inah tentang dia. Dan hasilnya, cowok itu berkata jujur.
Gue menghilangkan jarak dengan Indra. Setelah semua cerita yang gue dengar barusan, menurut gue untuk saat ini Indra bisa gue andalkan untuk menjaga Inah. Tentunya yang gue maksud menjaga selama perjalanan. Kalo masalah pacaran, itu tergantung Inahnya sendiri.
Belum lama gue mengobrol dengan Indra, kereta yang dinaiki Inah datang. Inah mencium tangan gue dan cipika-cipiki dengan Masayu, sedangkan Indra hanya menjabat tangan gue. Setelah mereka memasuki peron, gue dan Masayu memutuskan untuk kembali ke mobil.
Perjalanan pulang semuanya normal, gue bayar tukang parkir, disebrangin, disempritin dan akhirnya bisa jalan. Di jalan banyak orang naik motor motong jalan seenaknya, tapi untungnya mobil Masayu masih utuh.
Bisa ditebak, diperjalanan Masayu enggak banyak membuka mulut. Guelah yang selalu membuka topik pembicaraan, dan ini lebih mirip ke pembicaraan satu arah atau introgasi. Gue mulai bosan mengawali pembicaraan, hingga suatu saat Masayu mulai membuka obrolan.
“Wi, aku lihat di netbookmu penuh banget sama wallpaper game."
DEEG!!
Jujur, gue was-was banget masalah netbook. Beberapa minggu sebelumnya gue hampir aja ketahuan nyimpen film yang ratingnya 21+ sama mbak Irma. Oke, itu bukan film, itu trigipi.
"Te .. terus?"
"Iya, aku lihat ada juga gambar karakter film. Ada beberapa yang aku tahu, Joker sama Loki. Tapi kenapa aku enggak nemuin hero nya ya Wi, kayak Chriss Evan apa itu robotnya Robert Downey Jr.”
Slamet, folder gue aman!
“Kapten Amerika sama Ironman maksudmu?”
“Iya, kan heronya mereka.”
“Simpel aja sih Yu. Karena aku lebih suka Loki daripada Ironman sama Kapten Amerika.”
“Kok gitu? Kan semua orang suka heronya Wi.”
“Supervillain bisa berbuat apa aja yang mereka mau.”
“Kan hero juga bis—”
Gue menghentikan mobil ketika berada di lampu merah, “Enggaklah, hero punya tanggungjawab tapi kalo supervillain enggak.”
“Oh, gitu….” Masayu melemparkan senyum sinis ke gue, “Terserah kamu deh.”
“Maksudku gini Yu.” Gue meminum teh hangat dari termos mobil Masayu, “Kalo aku disuruh selametin kamu dari preman atau selametin kota dari invasi alien, aku bakalan biarin kota itu hancur.”
Masayu menunggu gue melanjutkan penjelasan gue.
“Aku lebih milih buat selametin kamu, siapa yang peduli jadi pahlaw—”
Masayu mencium bibir gue.
Jantung gue berhenti berdetak untuk beberapa detik. Jujur, ini ciuman pertama gue dan ini benar-benar diluar dugaan gue.
“Yu?”
Masayu senyum ke gue, “Aku mau jadi pacar kamu.”
End of chapter 7
Diubah oleh dasadharma10 02-06-2016 02:00
JabLai cOY memberi reputasi
1


