- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Tak Sempurna
...
TS
aldiansyahdzs
Kisah Tak Sempurna
Quote:

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh.
Selamat pagi warga Kaskus di Seluruh Muka Bumi.
Terimakasih kepada Agan / Aganwati yang sudah mampir di Thread ini. Terimakasih pula untuk sesepuh dan moderator SFTH. Thread ini adalah thread pertama kali saya main kaskus . Saya berharap Thread pertama kali saya di Kaskus bisa membuat Agan / Aganwati terhibur dengan coretan sederhana saya ini.
Thread ini bercerita tentang kisah putih abu - abu seorang laki laki yang saya beri nama Erlangga. Dari pada penasaran, lebih baik langsung baca aja gan! Selamat galau eh selamat membacaaa.
NB; Kritik dan Saran sangat saya butuhkan agar saya dapat menulis lebih baik lagi.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Keep in touch with me.
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
twitter: aldiansyahdzs
instagram : aldisabihat
Diubah oleh aldiansyahdzs 17-06-2019 18:30
JabLai cOY dan 31 lainnya memberi reputasi
32
132.2K
879
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aldiansyahdzs
#575
Awal yang Sebenarnya – Part 1
Sejatinya saat jatuh lalu kaki kita terluka, cepat atau lambat luka itu akan sembuh sendirinya. Begitu pula dengan hati. Aku kira luka ini tak akan benar benar sembuh, namun ternyata waktu membuktikan bahwa dirinya adalah penyembuh yang paling ampuh. Waktu memang tidak sepenuhnya bisa melupakan apa yang sudah terekam dalam ingatan, namun ia mampu mengalihkan fikiran bahwa ada yang lebih penting dari masalalu.
Tak terasa, aku kini berada di akhir masa seragam putih abu – abu. Mau atau tidak aku harus menentukan kemana perjalananku selanjutnya. Keinginanku masih sama seperti sebelumnya aku ingin melanjutkan pendidikanku. Namun dalam batinku aku tak ingin membebani kedua orang tuaku untuk membiayai.
“Jadi kamu gimana? Mau nyoba tetep daftar?” Mata Dean fokus dengan novel yang Ia baca. “Ya kepengennya gitu, tapi ya terserah orang tua.” Ujarku. “Aku do’ain yang terbaik buat kamu ya.” Dean menutup novel yang dibacanya, ia memandangku dengan tatapan yang menenangkan. “Makasih selalu bisa jadi orang yang nenangain aku.” Aku tertunduk. “Udah dong gausah sedih gitu.” Ujar Dean.
***
Seminggu lalu Ujian Nasional telah aku lalui. Ku keluarkan semua isi kepalaku untuk mengerjakan soal demi soal. Perasaan lega dan khawatir bercampur jadi satu. Leganya karena beban yang selama ini hinggap di kepala kini sudah terlewati. Namun khawatir bagaimana dengan nanti nilai Ujian Nasional. Meskipun regulasi kelulusan tidak ditentukan oleh Ujian Nasional aku tak ingin nilai Ujian Nasional dibawah 6.
Setelah berlalunya Ujian Nasional kini aku menunggu hasil SNMPTN (Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Segala persyaratan telah aku penuhi untuk mengikuti SNMPTN. Aku memilih jurusan Jurnalistik dan Ilmu Komunikasi di perguruan tinggi negeri di Kota Bandung.
Dean memantapkan diri dengan memilih jurusan Teknik Sipil dan Arsitek di sebuah perguruaan tinggi di Jogjakarta. Keinginannya tak pernah goyah meskipun kedua orang tuanya telah habis – habisan membujuk Dean agar kuliah di Bandung. Bahkan jika ia lulus seleksi tersebut ia akan langsung pergi menuju Jogjakarta.
***
Aku mencoba berdamai dengan hati. Hari ke hari mendekati hasil SNMPTN hatiku tak pernah tenang. Bagaimana hasilku nanti? Apakah aku lolos? Atau keberuntungan tidak memihak kepadaku? Semakin banyak menerka, semakin banyak pula pertanyaan di dalam kepalaku.
***
2 hari lagi pengumuman SNMPTN. Topik tentang kelulusan SNMPTN menjadi topik yang sering di bahas. Namun aku tak begitu terlalu suka membahas SNMPTN semakin sering membahas hal itu semakin sering pula kepalaku berputar – putar tidak jelas.
“Ga sabar besok hasil SNMPTN” Celetuk Nova di Grup Kelas. “Apa lagi gue, duh ga sabar nih” Ujar Adri. Dan beberapa teman – teman yang lain meramaikan grup kelas dengan hal yang senada. Aku memilih meninggalkan handphoneku. Semakin jenuh bila terus – terusan memegang handphone dengan bahasan yang tak ingin aku bahas.
“A, udah daftar kemana aja PTN?” Duh, baru saja aku meninggalkan handphone agar terhindar dari pembahasan perkuliahan. “Iya daftar. Ada deh.” Ujarku mengucap kata seperlunya. “Bandung atau luar?” Tanya Teh Icha, saudaraku yang kini ikut menetap di rumahku. “Bandung only.” Ujarku datar.
Hari ini terasa menjengkelkan bagiku. Hampir semua orang membahas tentang SNMPTN. Bukannya aku tidak antusias dengan hal itu. Namun aku tak ingin kepalaku memikirkan hal yang membuat pusing.
***
Maaf kuota internet anda habis, silahkan lakukan pengisian agar anda dapat menikmati layanan internet.
Haduh, baru saja aku mengetikan situs SNMPTN agar aku bisa melihat hasil seleksi. Bodohnya aku sebelum browsing aku tidak mengecek kuota internet. Untung saja jarak tukang pulsa dari rumah tidak terlalu jauh.
Setelah melakukan pengisian pulsa internet, aku langsung mengetikan kembali situs SNMPTN. Dengan hati yang gemetar aku mengetikan akun SNMPTN milikku. Loading internet terasa lama, duh mengapa semua ini terasa seperti drama.
Sejatinya saat jatuh lalu kaki kita terluka, cepat atau lambat luka itu akan sembuh sendirinya. Begitu pula dengan hati. Aku kira luka ini tak akan benar benar sembuh, namun ternyata waktu membuktikan bahwa dirinya adalah penyembuh yang paling ampuh. Waktu memang tidak sepenuhnya bisa melupakan apa yang sudah terekam dalam ingatan, namun ia mampu mengalihkan fikiran bahwa ada yang lebih penting dari masalalu.
Tak terasa, aku kini berada di akhir masa seragam putih abu – abu. Mau atau tidak aku harus menentukan kemana perjalananku selanjutnya. Keinginanku masih sama seperti sebelumnya aku ingin melanjutkan pendidikanku. Namun dalam batinku aku tak ingin membebani kedua orang tuaku untuk membiayai.
“Jadi kamu gimana? Mau nyoba tetep daftar?” Mata Dean fokus dengan novel yang Ia baca. “Ya kepengennya gitu, tapi ya terserah orang tua.” Ujarku. “Aku do’ain yang terbaik buat kamu ya.” Dean menutup novel yang dibacanya, ia memandangku dengan tatapan yang menenangkan. “Makasih selalu bisa jadi orang yang nenangain aku.” Aku tertunduk. “Udah dong gausah sedih gitu.” Ujar Dean.
***
Seminggu lalu Ujian Nasional telah aku lalui. Ku keluarkan semua isi kepalaku untuk mengerjakan soal demi soal. Perasaan lega dan khawatir bercampur jadi satu. Leganya karena beban yang selama ini hinggap di kepala kini sudah terlewati. Namun khawatir bagaimana dengan nanti nilai Ujian Nasional. Meskipun regulasi kelulusan tidak ditentukan oleh Ujian Nasional aku tak ingin nilai Ujian Nasional dibawah 6.
Setelah berlalunya Ujian Nasional kini aku menunggu hasil SNMPTN (Seleksi Nilai Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Segala persyaratan telah aku penuhi untuk mengikuti SNMPTN. Aku memilih jurusan Jurnalistik dan Ilmu Komunikasi di perguruan tinggi negeri di Kota Bandung.
Dean memantapkan diri dengan memilih jurusan Teknik Sipil dan Arsitek di sebuah perguruaan tinggi di Jogjakarta. Keinginannya tak pernah goyah meskipun kedua orang tuanya telah habis – habisan membujuk Dean agar kuliah di Bandung. Bahkan jika ia lulus seleksi tersebut ia akan langsung pergi menuju Jogjakarta.
***
Aku mencoba berdamai dengan hati. Hari ke hari mendekati hasil SNMPTN hatiku tak pernah tenang. Bagaimana hasilku nanti? Apakah aku lolos? Atau keberuntungan tidak memihak kepadaku? Semakin banyak menerka, semakin banyak pula pertanyaan di dalam kepalaku.
***
2 hari lagi pengumuman SNMPTN. Topik tentang kelulusan SNMPTN menjadi topik yang sering di bahas. Namun aku tak begitu terlalu suka membahas SNMPTN semakin sering membahas hal itu semakin sering pula kepalaku berputar – putar tidak jelas.
“Ga sabar besok hasil SNMPTN” Celetuk Nova di Grup Kelas. “Apa lagi gue, duh ga sabar nih” Ujar Adri. Dan beberapa teman – teman yang lain meramaikan grup kelas dengan hal yang senada. Aku memilih meninggalkan handphoneku. Semakin jenuh bila terus – terusan memegang handphone dengan bahasan yang tak ingin aku bahas.
“A, udah daftar kemana aja PTN?” Duh, baru saja aku meninggalkan handphone agar terhindar dari pembahasan perkuliahan. “Iya daftar. Ada deh.” Ujarku mengucap kata seperlunya. “Bandung atau luar?” Tanya Teh Icha, saudaraku yang kini ikut menetap di rumahku. “Bandung only.” Ujarku datar.
Hari ini terasa menjengkelkan bagiku. Hampir semua orang membahas tentang SNMPTN. Bukannya aku tidak antusias dengan hal itu. Namun aku tak ingin kepalaku memikirkan hal yang membuat pusing.
***
Maaf kuota internet anda habis, silahkan lakukan pengisian agar anda dapat menikmati layanan internet.
Haduh, baru saja aku mengetikan situs SNMPTN agar aku bisa melihat hasil seleksi. Bodohnya aku sebelum browsing aku tidak mengecek kuota internet. Untung saja jarak tukang pulsa dari rumah tidak terlalu jauh.
Setelah melakukan pengisian pulsa internet, aku langsung mengetikan kembali situs SNMPTN. Dengan hati yang gemetar aku mengetikan akun SNMPTN milikku. Loading internet terasa lama, duh mengapa semua ini terasa seperti drama.
junti27 dan 3 lainnya memberi reputasi
4