- Beranda
- Stories from the Heart
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
...
TS
suwandilam
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil
INDEX
PART 1 - Perkenalan - Langsung ada di postingan ini
PART 2 - Keberangkatan
PART 3 - Tiba di Desa
PART 4 - Malam Pertama
PART 5 - Ibu Tua
PART 6 - Informasi Mengejutkan
PART 7 - Suara
PART 8 - Terkuncikah ?
PART 9 - Rumah Terang
PART 10 - Gadis Cantik Yang Kesepian
PART 11 - Tangisan
PART 12 - Pernyataan Kades
PART 13 - Terjebak
PART 14 - Pengungkapan
PART 15 - Silahturahmi Pertama
PART 16 - Tamu
PART 17 - Jalan Malam
PART 18 - Berteduh Lagi
PART 19 - Balik !!!
PART 20 - Maksud Terselubung
PART 21 - Perdebatan
PART 22 - Halusinasi ?
PART 23 - Halusinasi 2
PART 24 - Tangis dan Tawa
PART 25 - Pengejaran Amelia
PART 26 - Ngecek Lagi ?
PART 27 - Gak Hoki
PART 28 - Siapa Itu Ya ?
PART 29 - Hari Yang Tenang
PART 30 - Kebelet !
PART 31 - Bertemu Lagi !
PART 32 - Tertabrak !
PART 33 - Terror
PART 34 - Kejutan !!!
PART 35 - Terror 2
PART 36 - Terror 3
PART 37 - Lemari Cermin
PART 38 - Ngecek yuk
PART 39 - Tangisan
PART 40 - Ketukan
PART 41 - Mimpi atau Nyata
PART 42 - Penampakan
PART 43 - Haruskah Melapor ?
PART 44 - Mencari Solusi
PART 45 - Pengungkapan Misteri !
PART 46 - Pengungkapan Misteri 2
PART 47 - Pengungkapan Misteri 3
PART 48 - Pengungkapan Misteri 4
PART 49 - Sebenarnya ini apa ?!
PART 50 - Pengungkapan Lemari Cermin
PART 51 - Nenek oh Nenek
PART 52 - Konflik !
PART 53 - Kejutan
PART 54 - Bolehkah Gue Kabur ?
PART 55 - Hilang !
PART 56 - Duniaku
PART 57 - Gue Dimana?
PART 58 - SURAT
PART 59 - Suara dan Penglihatan ?
PART 60 - Masuk atau Kagak ?!
PART 61 - Aku Hilang !
PART 62 - Kembali
PART 63 - Penjelasan
PART 64 - Siksaan !
PART 65 - Ketenangan
PART 66 - Suara Aneh
PART 67 - Terjebak !
PART 68 - TOLONG GUE !
PART 69 - Kuburan (NEW UPDATE)
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil - Part 1
Cerita ini merupakan fiksi, namun isi dari cerita ini sebagian diambil dari serangkaian kisah pengalaman nyata yang dialami oleh penulis dan dicampur dengan cerita fiksi yang tidak benar-benar terjadi. Beberapa kejadian memang benar terjadi dan beberapa kejadian merupakan cerita rekayasa untuk penambahan agar cerita ini menjadi lebih menarik. Semua nama tokoh, nama tempat dan lain-lain telah disamarkan guna menjaga nama baik pemilik aslinya.
Nah mari kita mulai ceritanya.
1 Februari 2015, Yap tepat pada tanggal ini saya mahasiswa jurusan ekonomi yang bernama Dony mendapatkan tawaran menarik dari kampus saya. Saya berasal dari Jakarta, kuliah di salah satu universitas swasta ternama di Jakarta dan sekarang tengah memasuki semester delapan. Menjelang memasuki semester 8 yang ku anggap bakal menjadi semester terakhir untuk perkuliahanku, Aku memiliki banyak waktu luang karena aku hanya tinggal menyelesaikan KKN dan menyusun skripsi (Itupun uda hampir kelar karena data2 skripsinya uda ada dan tinggal dimanipulasi, namun repotnya ya itu nanti minta persetujuan dosen dan revisi2 yang menjengkelkan pastinya dan bisa menghabiskan waktu cukup lama).
Sebelum tanggal 1 Feb, keseharianku cukup membosankan karena terlalu banyak waktu luang, mau memikirkan tentang KKN, tetapi aku masih galau mau KKN di mana, belum ada lokasi KKN yang asik menurutku sampai saat ini. Kebanyakan waktu luangku kuhabiskan untuk berkelana di kampus mencari info2 sputar KKN, hingga suatu waktu aku pergi ke ruangan dosen, bercerita2 dengan dosen dan terakhir sebelum pulang, aku membaca papan informasi yang ada di ruangan dosen, seketika mataku tertuju pada papan informasi yang terdapat selembaran brosur. Brosur tsb bertuliskan :
“Dicari 10 Mahasiswa/I yang berminat untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa terpencil selama 3 bulan, dana semua ditanggung oleh kampus. Diperuntukkan bagi mahasiswa/I yang berada di semester 7 ke atas.
Kriteria : Memiliki jiwa pemberani, bisa hidup mandiri, menyukai kehidupan alam desa dan ingin pengalaman seru.
Hadiah : Bagi anda yang belum menyelesaikan KKN, maka KKN dianggap selesai sehubungan dengan kegiatan ini dan mendapatkan nilai A
Bagi anda yang sedang menyelesaikan skripsi, maka nilai Skripsi anda akan langsung mendapatkan nilai A.
Silahkan isi formulir yang dapat diambil di bagian kemahasiswaan, serahkan formulir tersebut ke rektorat paling lambat tanggal 30 Januari 2015. Bagi mahasiswa/I yang kami anggap cocok untuk ikut serta dalam kegiatan pembangunan desa ini, akan kami informasikan pada tanggal 1 Februari 2015.
Mahasiwa/I akan kami pilih dari berbagai jurusan agar dapat saling melengkapi dan membuat serangkaian program untuk pembangunan desa tersebut.
Untuk informasi lebih lanjut bisa langsung datang ke rektorat.”
Wahhhh !!! Setelah membaca brosur ini, akupun kaget dan cukup tertarik untuk mengikuti kegiatan ini. Langsung kutanyakan ke bagian kemahasiswaan di fakultasku tentang formulir ini dan apakah masih ada kuota kosong untuk kegiatan pembangunan desa ini atau tidak.
Saya : “Pak ! Itu brosur di papan informasi masih berlaku kan Pak? Kira2 masih ada slot kosong utk saya ikut serta gak ?”
Dosen Kemahasiswaan : “Oh brosur itu, setahu saya itu masih terbuka untuk semua mahasiswa di universitas ini. Penutupannya kan di akhir bulan Januari ini. Kenapa? Kamu minat utk ikut ?”
Saya : “Oh jelas minat lah Pak ! KKN dan Skripsi langsung kelar dan nilainya A loh !”
Dosen : “Hehehe iya nak, Bapak juga kaget baca brosur ini, kok bisa ya rektorat langsung izinkan KKN dan Skripsi langsung dapat nilai A.”
Saya : “Loh, memangnya kenapa Pak ? Tahun2 sebelumnya belum pernah ada informasi seperti ini?”
Dosen : “Belum pernah nak. Ini informasi terbaru dan perdana yang pernah Bapak dapatkan. Belum pernah ada kegiatan seperti ini selama bapak mengajar di sini. Ya uda kamu coba apply aja deh, siapa tau kamu bisa terpilih kan, itu untuk 10 orang kapasitasnya loh, coba aja kamu ajak temanmu biar gak bosan. Siapa tau bisa masuk kalian kan, tapi nanti kepastian siapa yang berhak ikut itu jg ditentuin dari rektorat dan kemungkinan kamu dan temanmu tidak bisa lolos barengan, tapi dicoba saja, paling enggak nanti kamu bakal dapat banyak teman baru loh. Nih formulirnya.”
Saya : “Makasih pak, paling enggak saya lolos dari KKN dan Skripsi yang menyusahkan ini Pak. Hehehehe.” (Ketawa cengengesan)
Setelah mendapatkan formulir dari dosen kemahasiswaan fakultasku, Aku langsung bikin group chat via BBM untuk beberapa teman2ku yang berjumlah 4 org termasuk aku yang tentunya masih belum KKN dan Skripsi.
Saya : “Woi, Bro ! Baca nech, Kalian ndak perlu KKN dan bikin skripsi oeeee ! Ikut program ini, seru cui ngabdi di desa, hidup di alam bebas, KKN dan skripsi lgsg kelar. Dana semua ditanggung kampus ! Ikut yok, untuk semua fakultas loh!”
Rudy : “Wew serius tuh? Keknya seru juga loh ! Lu ada formulirnya?”
Victor : “Wakakaka, klo KKN dan skripsi lgsg A , gue masuk cui. Kapan kasi gue form nya ?”
Benny : “Gue ikut apply deh klo kalian semua apply ! Ya moga” aja kepilih semua kita berempat!”
Saya : “Okay, form nya kalian jemput aja ama gua di kampus ya!”
Setelah menghubungi semua teman2 gua, gua pun atur waktu ketemu mreka dan ngasihin formulir untuk mereka isi.
Tepat pada tanggal 1 Februari 2015 pagi hari, HP kami masing2 pun berdering.
Saya : “Woiii brooo ! Gue dapat sms dari rektorat nech ! Gw kepilih untuk ikut loh ! Wakakka, kalian cam mana? Lolos ?”
Rudy : “Gue kagak lolos brooooo… Suram !!!”
Victor : “Lu gak lolos Rud ? Gue lolos nech wkawkakwa, mantap Don ! Bareng2 nikmatin alam desa kita, skalian cuci mata liat cewek2 desa wakwkawka ! Benny gimana?”
Benny : “Gue gak lolos cukkk~ Kok bisa yeee… Padahal pengen banget gue nikmatin alam desa, intinya sih sebenarnya kkn dan skripsi kelar wakwakka.”
Saya : “Sabar yee yang gak lolos wkwkwk, kalian ambil masa langkau aja, barangkali tahun depan ada lagi kegiatan beginian hehehe.”
Rudy : “Taikk lu… Ya uda info2 n cerita2 ye pengalaman xan disana gimana !”
Victor : “Pasti bro ! Eh Don, nanti siang kita ke rektorat bareng deh ya !”
Saya : “Sip bro !”
Siang harinya sehabis makan siang, gue dan Victor langsung menuju ke rektorat dengan mengendarai motor kami masing2. Selama perjalanan kami saling bercerita.
Saya : “Eh bro, bosan gak ya nanti selama di desa, 3 bulan loh. Entah ada pulang or enggak ?”
Victor : “Ya kagak tau, enak sih hidup mandiri dan bebas, tapi klo 3 bulan ndak pulang ya bosan jg, kecuali di desa itu adem dan bnyk hiburan, tapi gue rasa mana bakal byk hiburan, tv, game, inet pasti ga ada or klo pun ada pasti jelek sekali.”
Saya : “Iya juga sich, tapi biarlah, lumayan kan KKN dan Skripsi bisa kelar dalam 3 bulan bersamaan. Bersabar2 aja dah, tujuan kita kan itu. Hehehe”
Victor : “Yoi Bro. Kira-kira 8 peserta lagi cowo apa cewe ya, klo cowo semua bosan juga nech. Btw entah ada yang tipe gue or gak ya, pengennya sih klo ada yg cewe yg tipe gue, bisa pdkt-an sekalian hahaha.”
Saya : “Hehehe.. Lu mah mata keranjang wakwkawka.”
Ehem, sampai lupa ngasih tau ke para pembaca, Gue dan Victor punya kriteria tipe cewe kami masing-masing. Ya moga-moga aja ada yg sesuai tipe, jadi bisa aktivitas bareng sambilan PDKT. hehehe
Polling
0 suara
Bagusnya Cerita ini memiliki Alur Panjang atau pendek ? Bagaimana isi ceritanya?
Diubah oleh suwandilam 18-09-2019 21:40
symoel08 dan 17 lainnya memberi reputasi
12
1.7M
3K
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
suwandilam
#26
Cerita Seram Selama Mengabdi di Desa Terpencil – Part 5
“Tukk.. Tuk… Tuk… Ko Dony, Ko Victor…”
Wew suara inilah yang daritadiku dengar sampai membuatku terjaga dari tidurku. Di tengah hujan yang masih turun, suara percikan air di atas genteng rumah kayu ini sudah cukup membuat aku sullit utk tidur lelap dan sekarang ditambah suara orang memanggil aku.
Gue : (Menggoyangkan badan Victor) “Oee Vic.. Bangun donk, itu ada yang manggil dan ketuk-ketuk pintu tuh!”
Victor : (Masih ngantuk-ngantuk) “Aaahhh, lu buka dan Tanya kenapa lah.”
Gue : (Gue goyangin lebih kuat badan si Victor biar bangun) “Oeee bangun lah, temenin gue, kayaknya itu teman cewe kita deh yang manggil.
Mungkin mereka butuh bantuan, mau nyuruh lu nemenin mreka boker kali. Hehehe.” (Sambil nyemangatin Victor biar bangun dia)
Victor : “Ah iya iya.. Ganggu bener lu. Lagi enak enak tidur. Jam berapa sih skrg?”
Gue : (Lihat ke arah jam di HP ku) “Oh jam 3 subuh neh.”
Victor : (Hoam masih nguap2) “Ya uda buka tuh pintu dan Tanya kenapa, gue lanjut tidur lagi ya.”
Gue : (Sambil berdiri dan nendangin pantat Victor yang mau tertidur lagi) “Oi taikk bangun… Cepat!”
Gw pun beranjak dari tempat tidur dan bukain pintu, eh rupanya ada Monica dan Amelia. Gw sempat kaget kenapa jam segini mereka bangunin kami, dan perasaan Amelia dan Monica kamarnya beda deh.
Gue : “Eh kok kalian bisa bareng, bukannya beda kamar?”
Amelia : “Iya awalnya gw beda kamar ama Monica, tapi sehubungan kelompok piket uda dibagi, ya uda kami tukeran aja, biar nanti lebih mudah komunikasi.”
Gue : “Oh I see I see…” (Sambil bangunin Victor yang sepertinya tertidur lagi) “Oe Vic, ada Amelia nech!”
Victor : (Mata terbuka dan melotot tiba2) “Wew yang benar lu? Mana dia? Napain?”
Monica : (Agak malu-malu mau bilang) “Emm Ko, gw mau minta kalian temenin nih, kami mau ke wc belakang, tapi agak serem klo Cuma berdua.”
Victor : (Langsung semangat) “Oh bisa bisa.. Bntar ya, gw ambil jaket dulu, soalnya lagi hujan juga. Lebat gak ya?”
Amelia : “Kayaknya gak lebat deh, cuman bunyi tetesan air ke genteng kan emg keras.”
Victor : (Sambil senyum-senyum dan sok cool) “Oh iya iya. Okay let’s go!”
Gue : (Wah taik juga ini Victor, dengar Amelia lgsg semangat ckckck)
Akhirnya gue, Victor, Amelia dan Monica pun menuju ke dapur untuk keluar dari pintu belakang menuju toilet yang ada di luar itu. Kami berusaha membuka pintu sepelan mungkin agar tidak mengganggu teman-teman lain yang sedang tertidur lelap. Perjalanan kami harus melalui jalan setapak di belakang rumah yang tentunya banyak pohon-pohon yang di sepanjang jalan setapak ini. Setidaknya kami tidak begitu basah karena hujannya sudah tidak begitu lebat dan terhalang oleh pohon-pohon ini.
Monica : (Agak malu) “Ko, sorry ya ngerepotin dan ngebangunin jam segini.”
Gue : “Oh gapapa kok. Soalnya kalo lebih ramai yg temenin kan lebih ga serem.”
Sesampai di toilet, Monica pun masuk ke dalam toilet, sedangkan gua, Victor dan Amelia nungguin di luar.
Amelia : “Syukurlah ujannya ga gitu lebat, klo lebat bakal susah nih nemeninnya.”
Victor : “Ya gitu deh, klo ujan lebat, mungkin gue suruh Dony pergi temenin sendiri.”
Gue : “Woi kok gue doank? “Ah payah ga setia kawan lu!”
Victor : (Sambil senyum-senyum) “Hahaha, ya iyalah, kan elu doank yang terbangun duluan, bukan gue.”
Amelia : “Ah payah lah kamu Vic, padahal tadi kami manggilnya nama lu duluan loh!”
Victor : (Langsung terdiam dan salting)
Gue : (Sambil cemeeh Victor) “Dengar tuh Bro ! Elu nya aja ngorok terus sampai ga sadar !”
Victor : “Eh diam diam, mana ada gue ngorok ! Malu-maluin aja lu.”
Amelia : “Hahahahaha.”
Kami pun tertawa kecil di tengah hujan yang sedang mengguyur kami. Canda tawa terus berlanjut sambil menunggu Monica siap. Namun tiba-tiba kami melihat seorang Ibu tua yang sudah bungkuk berjalan tanpa memakai alas kaki ke arah kami. Melihat dari fisik Ibu ini, gua rasa ibu ini sudah berusia sekitaran 80 tahunan, tapi ngapain ibu ini subuh-subuh begini lewat jalan setapak kecil ini ya ?
Tak.. Tuk.. Tak.. Tuk… Ya bunyi pijakan kaki ibu tua itu ke jalan setapak ini. Canda tawa kami untuk mengisi kebosanan menunggu Monica pun menjadi hening. Kami terdiam dan memandangi Ibu tua ini. Perasaan campur aduk ada di dalam hati kami. Terutama gue, ini Ibu tua beneran apa jadi-jadian yahhh !
Semakin kulihat, semakin mendekat Ibu ini ke arah kami. Monica yang di dalam toilet yang tiba-tiba merasa heran kenapa kami terdiam langsung memanggil kami.
Monica : “Mel, kalian masih di depan?”
Amelia : (Dengan suara kecil) “Iya Mon, gapapa kok. Uda siap?”
Monica : “Uda kok bntr lagi.”
Akhirnya Ibu tua ini pun sampai di depan kami, Kami hanya bisa mengangguk dan mempersilahkan Ibu tua itu untuk jalan. Kami ga berani berkata apapun sama Ibu tua itu karena Ibu tua itu matanya tidak ada melihat ke arah kami. Beliau jalan dengan posisi membungkuk, langkah kakinya juga begitu pelan, matanya hanya melihat ke bawah dan lurus ke jalan. Badannya sedikit basah karena terkena air hujan, namun sepertinya beliau tidak kedinginan sama sekali.
Setelah Ibu tua itu melewati kami, Victor pun memulai pembicaraan.
Victor : “Wah ibu tua itu hening banget yah. Mau kusapa pun segan.”
Amelia : (Agak merinding) “Iya, gw jadi takut tadi. Soalnya dia liat kitapun enggak.”
Gue : “Yup yup yup.” (Gue Cuma ngangguk ngangguk doank)
Victor : “Oia btw, tadi kalian cium aroma aneh dari ibu itu ga? Kayak bau apa gitu kan?”
Gue : (Geleng-geleng) “Gue ga cium apa-apa tuh. Biasa aja.”
Amelia : (Geleng-geleng) “Gue juga enggak.”
Victor : (Kaget) “Kalian serius nih? Gw ga bercanda loh!”
Gue : “Iye gw ga bercanda.”
Di tengah keributan kami mempersoalkan adanya bau-bau aneh dari Ibu tua itu. Monica pun keluar dari toilet dan nyapa kami.
Monica : “Ui… Ada apaan nih? Kok tadi tiba-tiba kalian diem?”
Amelia : (Sambil rangkul monica) “Oh gapapa Mon, yuk balik lagi ke dalam.”
Gue : (Ngangguk) “Iya deh, kembali tidur lagi.”
Victor : (Tanya ke gw lagi) “Oe Don, serius nih gua, tadi lu emg ga ada nyium bau apapun pas Ibu tuh lewat?”
Gue : “Iye serius gue kagak ada cium bau apa-apa.”
Victor : (Agak bingung) “Oh ya udahlah, anggap aja bau tanah yang kena air hujan deh.”
Akhirnya kami pun kembali ke dalam rumah kami untuk istirahat. Yah sejujurnya kalau mau bilang, gue juga mencium bau aneh dari Ibu tua tersebut, tapi klo Amelia sih gue ga tau. Gue masih inget pesan ortu sebelum berangkat, klo misalnya ketemu hal-hal aneh or ngerasain hal-hal aneh, jangan pernah disebutin, gak baik, apalagi lagi di tanah orang.
Ya agar tidak menjadi masalah panjang, lebih baik gue diem aja sih. Victor pun ga mempersoalkan masalah itu lagi. Tapi tentunya, hal ini membuat gua semakin cemas menjalani hari-hari di desa terpencil ini. Ini baru melewati malam pertama, gimana malam-malam selanjutnya sampai 3 bulan ke depan yah????
“Tukk.. Tuk… Tuk… Ko Dony, Ko Victor…”
Wew suara inilah yang daritadiku dengar sampai membuatku terjaga dari tidurku. Di tengah hujan yang masih turun, suara percikan air di atas genteng rumah kayu ini sudah cukup membuat aku sullit utk tidur lelap dan sekarang ditambah suara orang memanggil aku.
Gue : (Menggoyangkan badan Victor) “Oee Vic.. Bangun donk, itu ada yang manggil dan ketuk-ketuk pintu tuh!”
Victor : (Masih ngantuk-ngantuk) “Aaahhh, lu buka dan Tanya kenapa lah.”
Gue : (Gue goyangin lebih kuat badan si Victor biar bangun) “Oeee bangun lah, temenin gue, kayaknya itu teman cewe kita deh yang manggil.
Mungkin mereka butuh bantuan, mau nyuruh lu nemenin mreka boker kali. Hehehe.” (Sambil nyemangatin Victor biar bangun dia)
Victor : “Ah iya iya.. Ganggu bener lu. Lagi enak enak tidur. Jam berapa sih skrg?”
Gue : (Lihat ke arah jam di HP ku) “Oh jam 3 subuh neh.”
Victor : (Hoam masih nguap2) “Ya uda buka tuh pintu dan Tanya kenapa, gue lanjut tidur lagi ya.”
Gue : (Sambil berdiri dan nendangin pantat Victor yang mau tertidur lagi) “Oi taikk bangun… Cepat!”
Gw pun beranjak dari tempat tidur dan bukain pintu, eh rupanya ada Monica dan Amelia. Gw sempat kaget kenapa jam segini mereka bangunin kami, dan perasaan Amelia dan Monica kamarnya beda deh.
Gue : “Eh kok kalian bisa bareng, bukannya beda kamar?”
Amelia : “Iya awalnya gw beda kamar ama Monica, tapi sehubungan kelompok piket uda dibagi, ya uda kami tukeran aja, biar nanti lebih mudah komunikasi.”
Gue : “Oh I see I see…” (Sambil bangunin Victor yang sepertinya tertidur lagi) “Oe Vic, ada Amelia nech!”
Victor : (Mata terbuka dan melotot tiba2) “Wew yang benar lu? Mana dia? Napain?”
Monica : (Agak malu-malu mau bilang) “Emm Ko, gw mau minta kalian temenin nih, kami mau ke wc belakang, tapi agak serem klo Cuma berdua.”
Victor : (Langsung semangat) “Oh bisa bisa.. Bntar ya, gw ambil jaket dulu, soalnya lagi hujan juga. Lebat gak ya?”
Amelia : “Kayaknya gak lebat deh, cuman bunyi tetesan air ke genteng kan emg keras.”
Victor : (Sambil senyum-senyum dan sok cool) “Oh iya iya. Okay let’s go!”
Gue : (Wah taik juga ini Victor, dengar Amelia lgsg semangat ckckck)
Akhirnya gue, Victor, Amelia dan Monica pun menuju ke dapur untuk keluar dari pintu belakang menuju toilet yang ada di luar itu. Kami berusaha membuka pintu sepelan mungkin agar tidak mengganggu teman-teman lain yang sedang tertidur lelap. Perjalanan kami harus melalui jalan setapak di belakang rumah yang tentunya banyak pohon-pohon yang di sepanjang jalan setapak ini. Setidaknya kami tidak begitu basah karena hujannya sudah tidak begitu lebat dan terhalang oleh pohon-pohon ini.
Monica : (Agak malu) “Ko, sorry ya ngerepotin dan ngebangunin jam segini.”
Gue : “Oh gapapa kok. Soalnya kalo lebih ramai yg temenin kan lebih ga serem.”
Sesampai di toilet, Monica pun masuk ke dalam toilet, sedangkan gua, Victor dan Amelia nungguin di luar.
Amelia : “Syukurlah ujannya ga gitu lebat, klo lebat bakal susah nih nemeninnya.”
Victor : “Ya gitu deh, klo ujan lebat, mungkin gue suruh Dony pergi temenin sendiri.”
Gue : “Woi kok gue doank? “Ah payah ga setia kawan lu!”
Victor : (Sambil senyum-senyum) “Hahaha, ya iyalah, kan elu doank yang terbangun duluan, bukan gue.”
Amelia : “Ah payah lah kamu Vic, padahal tadi kami manggilnya nama lu duluan loh!”
Victor : (Langsung terdiam dan salting)
Gue : (Sambil cemeeh Victor) “Dengar tuh Bro ! Elu nya aja ngorok terus sampai ga sadar !”
Victor : “Eh diam diam, mana ada gue ngorok ! Malu-maluin aja lu.”
Amelia : “Hahahahaha.”
Kami pun tertawa kecil di tengah hujan yang sedang mengguyur kami. Canda tawa terus berlanjut sambil menunggu Monica siap. Namun tiba-tiba kami melihat seorang Ibu tua yang sudah bungkuk berjalan tanpa memakai alas kaki ke arah kami. Melihat dari fisik Ibu ini, gua rasa ibu ini sudah berusia sekitaran 80 tahunan, tapi ngapain ibu ini subuh-subuh begini lewat jalan setapak kecil ini ya ?
Tak.. Tuk.. Tak.. Tuk… Ya bunyi pijakan kaki ibu tua itu ke jalan setapak ini. Canda tawa kami untuk mengisi kebosanan menunggu Monica pun menjadi hening. Kami terdiam dan memandangi Ibu tua ini. Perasaan campur aduk ada di dalam hati kami. Terutama gue, ini Ibu tua beneran apa jadi-jadian yahhh !
Semakin kulihat, semakin mendekat Ibu ini ke arah kami. Monica yang di dalam toilet yang tiba-tiba merasa heran kenapa kami terdiam langsung memanggil kami.
Monica : “Mel, kalian masih di depan?”
Amelia : (Dengan suara kecil) “Iya Mon, gapapa kok. Uda siap?”
Monica : “Uda kok bntr lagi.”
Akhirnya Ibu tua ini pun sampai di depan kami, Kami hanya bisa mengangguk dan mempersilahkan Ibu tua itu untuk jalan. Kami ga berani berkata apapun sama Ibu tua itu karena Ibu tua itu matanya tidak ada melihat ke arah kami. Beliau jalan dengan posisi membungkuk, langkah kakinya juga begitu pelan, matanya hanya melihat ke bawah dan lurus ke jalan. Badannya sedikit basah karena terkena air hujan, namun sepertinya beliau tidak kedinginan sama sekali.
Setelah Ibu tua itu melewati kami, Victor pun memulai pembicaraan.
Victor : “Wah ibu tua itu hening banget yah. Mau kusapa pun segan.”
Amelia : (Agak merinding) “Iya, gw jadi takut tadi. Soalnya dia liat kitapun enggak.”
Gue : “Yup yup yup.” (Gue Cuma ngangguk ngangguk doank)
Victor : “Oia btw, tadi kalian cium aroma aneh dari ibu itu ga? Kayak bau apa gitu kan?”
Gue : (Geleng-geleng) “Gue ga cium apa-apa tuh. Biasa aja.”
Amelia : (Geleng-geleng) “Gue juga enggak.”
Victor : (Kaget) “Kalian serius nih? Gw ga bercanda loh!”
Gue : “Iye gw ga bercanda.”
Di tengah keributan kami mempersoalkan adanya bau-bau aneh dari Ibu tua itu. Monica pun keluar dari toilet dan nyapa kami.
Monica : “Ui… Ada apaan nih? Kok tadi tiba-tiba kalian diem?”
Amelia : (Sambil rangkul monica) “Oh gapapa Mon, yuk balik lagi ke dalam.”
Gue : (Ngangguk) “Iya deh, kembali tidur lagi.”
Victor : (Tanya ke gw lagi) “Oe Don, serius nih gua, tadi lu emg ga ada nyium bau apapun pas Ibu tuh lewat?”
Gue : “Iye serius gue kagak ada cium bau apa-apa.”
Victor : (Agak bingung) “Oh ya udahlah, anggap aja bau tanah yang kena air hujan deh.”
Akhirnya kami pun kembali ke dalam rumah kami untuk istirahat. Yah sejujurnya kalau mau bilang, gue juga mencium bau aneh dari Ibu tua tersebut, tapi klo Amelia sih gue ga tau. Gue masih inget pesan ortu sebelum berangkat, klo misalnya ketemu hal-hal aneh or ngerasain hal-hal aneh, jangan pernah disebutin, gak baik, apalagi lagi di tanah orang.
Ya agar tidak menjadi masalah panjang, lebih baik gue diem aja sih. Victor pun ga mempersoalkan masalah itu lagi. Tapi tentunya, hal ini membuat gua semakin cemas menjalani hari-hari di desa terpencil ini. Ini baru melewati malam pertama, gimana malam-malam selanjutnya sampai 3 bulan ke depan yah????
Diubah oleh suwandilam 05-05-2016 00:37
johny251976 dan 6 lainnya memberi reputasi
7