Semenjak kejadian malam itu bersama fiana,gue merasa waktu waktu yang gue lalui mulai terasa lambat. Gue lebih layak dibilang seperti
“dead man walking”semenjak kejadian ini. Bisa dibilang gue merasakan suatu ketidak pastian yang gue sendiri nggaktau kapan waktu masalah ini akan selesai.
Mungkin inilah yang fiana alami pada saat berapa bulan kebelakang ini semenjak gue menggantungkan perasaannya. Perlahan lahan gue pun mulai mengerti dengan apa yang sebenarnya fiana alami selama berapa bulan terakhir padaa saat gue mulai menggantungkan perasaannya ini. Sakit? Mungkin bisa dibilang gue mulai merasakan rasa sakitnyaa perasaan ini,tapi perlahan lahan gue mulai mencoba untuk menerima kenyataan tersebut.
******************************************
Suatu Hari di Bulan Juni
Hari hari yang gue lalui pun mulai terbilang datar. Intensitas gue berhubungan dengan fiana pun mulai merenggang dibanding sebelumnya. Kami mulai jarang untuk sekedar bbm-an atau pun menelfon sampai larut malam.
Entah sudah berapa hari gue mulai menjalani hari hari yang terbilang cukup membosankan ini,tetapi gue pun masih terus menunggu jawaban dari fana tentang perasaan dia terhadap gue. Hanya asap asap rokok dan bercangkir cangkir kopi lah yang selalu setia menemani gue dikala gue menghadapi masalah seperti ini.
Hari ini pun fiana nampaknya sama sekali tidak mengabari gue. Hp gue pun hanya menerima beberapa pesan bbm dari teman teman tongkrongan gue untuk sekedar mengajak menongkrong sebelum masing maisng dari kami akan pergi untuk melanjukan masa depan kami di dunia perkuliahan.
Setelah gue mengiyakan ajakan dari teman teman gue,gue pun langsung pergi menuju tongkrongan gue untuk sekedar melepas penat perihal masalah yang gue hadapi sekarang. Gue pun mulai memacu vespa gue dengan cukup cepat dan alhasil 30 menit kemudian gue pun sudah sampai di tempat ini.
“muka lo lesu banget ron”sahut rey yang tiba tiba menceletuk
“hahaha masih nunggu kepastian guee”
“belom dikasih jawaban juga lo? Wah tuh cewek kayaknya mau bales dendam sama lo hahaha”
“belom gila,gue aja pusing ini mikirinnya, mana gue udah jarang bbman lagi”
“haha yaudah lah,emang lo kayaknya ga cocok buat pacaran lagi ron”
“terus gue jadi jomblo aja gitu?”
“yaelah masih mikirin cewek aja lo,ntar juga kuliah banyak. Kalo ngga ya sama salsa aja lagi hahaha”
Perlahan lahan gue akhirnya mulai menikmati suasana ini. Suasana yang mungkin nanti akan susah gue dapatkan karena kesibukkan kami dengan perkuliahan kami nanti. Tiba tiba,disaat gue sedang menikmati waktu bersama teman teman gue,hp gue mulai bergetar pertanda ada bbm masuk.Beberapa saat kemudian gue pun mencoba untuk membukanya.
Fiana : PING!!!
Fiana : Kamu dimana ron?
Gue : di tongkrongan fi,kenapaa?
Fiana : Nanti ke tempat biasa ya
Gue : mau dijemput?
Fiana : yaudah nanti jam 4 kerumah ya ron
Sehabis mendapatkan bbm dari fiana,gue baru tersadar bahwa sekarang sudah jam 3 sore. Masih ada 1 jam lagi unntuk gue pergi kesana dan gue lebih memilih untuk merokok sejenak sambil memikirkan kejadian apa yang akan gue alami nanti. Gue harus siap buat menerimaa keputusan fiana apapun juga, entah dia menerima gue atau dia memilih unutk menolak gue.
“rey gue cabut ya”
“mau kemana lo ron?baru bentaran” tanya rey kebingungan
“hahaha udah doain aja temen lu ga bakal kenapa napa ntar”
“kenapa sih?lu mau ngapain ron?”
“mau ketemu fiana,kayaknya dia mau kasih jawabannya ke gue”
“hahaha yaudah, tiati lo. Goodluck ye! Kalo ditolak gue gamau nemenin lo mabok pokoknya hahaha”
Gue hanya membalas jawaban dari rey dengan menganggukan kepala gue. Beberapa saat kemudian,gue sudah mulai memacu vespa gue menuju rumah fiana dengan santai karena jarak antara rumah fiana dan tongkrongan gue terbilang cukup dekat.
Setengah jam kemudian,gue pun sudah sampai di depan rumah fiana. Jantung gue mulai terasa semakin cepat seiring dengan waktu yang berjalan dan sosok fiana pun belum muncul tepat di hadapan gue. Perlahan lahan gue mulai mengabari fiana bahwa gue sudah sampai dan mulai membakar rokok agar gue bisa terlihat lebih rileks dibanding tadi.
“heeei” sapanya
“mau langsung jalan fi?”
“yaudah yuk,mendung juga. Nanti kalo ngga jalan yang ada kita keujanan ron”
Gue pun langsung memberikan helm yang gue pinjem di tongkrongan tadi kepada fiana. Sesaat kemmudian,kami sudah mulai menuju tempat kami biasa menghabiskan waktu berdua. Dijalan menuju tempat ini pun gue hanya mendengarkan suara suara dari mobil dan motor yang berlalu lalang,tanpa ada satu kata pun keluar dari fiana.
Kami pun akhirnya sampai di tempat ini. Suatu tempat yang dulunya merupakan tempat favorit gue untuk menghabiskan waktu bersama fiana sambil bersenang senang,sekarang terasa berubah menjadi tempat yang akan menentukan nasib perasaan gue.
“kamu mau pesen apa ron?”
“biasa aja deh fi”
“nggamau makan?”
“nggausah deh,kamu aja. Aku udah makan kok”
Gue pun hanya mencoba membakar rokok gue dan menatap wajahnya perlahan. Wajah yang dulu merupakan wajah yang bisa membuat gue senang pada saat bersamanya,namun sekarang seakan akan berubah menjadi kebalikannya.
“rooon?”
“………..”
“rooon?”
“……..”
“RONIII!!!”
“ah iya kenapaa fi?”
“kamu bengong mikirin apaan sih?”
“ngga ada apa apa kok fi,kenapaa?”
“Ih,apa apan daritadi aku panggil kayak ngga ngedengerin”
Menu yang kami pesan akhirnya datang. Kopi favorit gue pun telah sampai di depan mata gue. Perlahan lahan gue mulai mencoba menyeruput kopi tersebut dan kopi ini pun nampaknya mulai terasa hambar dibanding biasanya...
“fiii….”
“iya ron?”
“kamu mau ketemu aku gara gara mau jawab perasaan kamu?”
“hmm… gimana ya?”
“maksud kamu?”
“bentar ya,abis makan kita lanjutin. Gaenak kalo ngobrol sambil makan”
AHHH! Gue kira gue bakal dapetin jawabannya sekararng,,tapi jawabannya harus tertunda cuman gara gara perkara makanan. Gue pun mulai memperhatikan fiana yang sedang makan sambil berharap harap cemas tentang darinya...
“rooon”
“kenapa fi?”
“kamu ga kenapa napa kan?”
“maksud kamu?”
“ya selama ini nungguin jawaban aku,tapi tetep gapapa kan?”
“ya gapapa lah fi.. kan itu hak kamu juga”
“berarti kalo terus terusan aku gantungin nggapapa kan?”
“ya jangan fi,aku butuh jawaban kamu…”
Tiba tiba fiana mulai tersenyum simpul dan dia pun mulai menopang dagunya menggunakan tangan kanannya sambil memainkan jemari jemari di tangan kirinya perlahan lahan.
“berarti dulu kamu ngerasa kalo aku ngga butuh kepastian kamu gitu ron?”
“aku sama kayak kamu kok ron,butuh kepastian juga. Kamu baru berapa minggu loh ini,aku udah berbulan bulan nungguin kamu yang masih gajelas sama kamu.”
“kamu tau kenapa aku gantungin kamu?”
“engga fi…”
“jujur ron,berapa bulan terakhir aku udah mulai capek sama status gajelas kayak gini,walaupun emang aku akuin kamu udah berubah ga deket sama salsa atau sama yang lain,tapi ya gitu”
“gitu gimana fi?”
“aku tuh butuh kepastian juga” sahutnya lagi sambil tersenyum tipis
“roon.. tapi kamu harus ngerti sama terima apapun juga ya”
“ngerti apalagi fi?”
“ngertiin aku”
“maksud kamu?”
“ya apapun jawabannya,kamu harus tetep terima keputusan aku ya?”
“iyaa fi…” sahut gue pasrah
“kamu yakin ngga sama aku ron?”
“yakin fii”
“kalo misalnya kita jadian, tapi kita ldr gimana?”
“kamu siap ron buat ldr?”
“siaap fi…”
“kok kamu bisa yakin kalo kamu siap? Aku aja engga loh hahaha”
Gue lagi lagi dibuat terdiam dengan kata kata yang fiana ucapkan. Disaat gue yang sudah sangat siap untuk membuka lembaran baru di kehidupan gue,tetapi gue selalu mendapatkan suatu masalah yang memaksa gue untuk kecewa dan takut kembali membuka lembaran baru itu.
“kamu kenapa ngga yakin fi?”
“kamu lupa sama masalah yang dulu?”
“yang salsa fi?”
“iya ron”
Beberapa saat kemudian,fiana nampaknya mulai mengganti posisinya untuk lebih serius dan tatapan matanya pun semakain dalam terhadap bola mata gue dan dia mulai tersenyum kembali.
“aku takut sama hubungan kita. Setakut itu”
“takut kenapa fi?” tanya gue yang sudah mulai kebingungan
“aku takut aku ngga bisa percaya sama kamu lagi pas kita ldr”
“pas kita deketan aja,kamu sempet sempetnya mainin perasaan aku kayak jalan berduaan sama salsa. Gimana kalo kita jauh jauhan?”
“dulu aku sempet percaya banget sama kamu tanpa mikirin hal ini. Tapi gara gara kamu malah ketauan jalan sama salsa terus malah gantungin perasaan aku selama ini,lama kelamaan aku jadi ga percaya sama kamu,ron”
“aku nggamau cuman aku yang sayang sama orang itu,tapi orang itu pun ngga sayang sama aku.”
“aku sayang sama kamu kok fi”
“roniii” sahut fiana tiba tiba
“kalo kamu sayang sama aku,kenapa kamu baru ngomong waktu itu? Berbulan bulan yang lalu kamu kemana?”
“kayaknya buat sekarang,aku masih belom bisa buat nerima kamu ron”
“kenapa fi?” tanya gue
“aku masih gapercaya sama kamu”
“hubungan tuh butuh kepercayaan ron,kalo aku gapercaya sama kamu ngaain aku pacaran sama kamu. Yang ada aku malah suka mikir aneh aneh ke kamu kan?”
“maaf ya ron”
Mendengar ucapan itu, tatapan gue pun mulai kosong dan perasaan sesak pun mulai menghampiri gue. Beberapa saat kemudian gue hanya mencoba untuk terlihat kuat dengan megeluarkan senyuman tipis dari wajah gue.
“aku ngerti kok fi”
Setelah panjang lebar membahas masalah perasaan tidak jelas ini,kami akhirnya memutuskan untuk pulang dikarenakan langit yang sudah berganti warna menjadi gelap. Dijalan pun fikiran gue masih belom bisa menerima keputusan fiana,gue masih berharap bahwa dia adalah sosok yang akan selalu menemani gue dikala senang maupun sedih saat ini.
Kami pun akhirnya sampai tepat dirumah fiana pukul 9 malam. Beberapa saat kemudian gue mulai memarkirkan vespa gue di dekat rumah fiana dan fiana pun masih berada tepat di sebelah gue. lalu,gue mulai mencoba untuk menenangkan fikiran gue dengan merokok.
I can't trust you
Baby, cause I don't want to
This isn't fun anymore
Never hurt like this before
Broken dishes on the floor
Hearts exploding
Tell me why I'm still holding
Onto the love that we've been breaking
Damn, I thought we'd make it
No other way to say it
Don't, don't, don't
Don't go to war for me
I'm not the one that you want me to be
Don't call me up at 2 a.m. tonight
It feels so damn good and I wish you would
And don't cry no more for me
Don't waste your time convincing me
That maybe someday we'll get it right
Cause we never could, I wish that we would
“kamu ngga mau masuk fi?”
“nanti aja ron,aku masih pengen sama kamu”
“kamu tau ngga ron?”
“tau apa fi?”
“aku sayang sama kamu,ron”
“tapi aku ngga bisa nerima kamu “
Perlahan lahan,gue pun mulai mencoba untuk merangkul fiana dan memberikan jaket gue kepadanya agar ia tidak kedinginan karena udara malam ini.
“kalo aku boleh tau,sebenernya alesannya apa sih fi? Kamu ngga yakin sama aku?aku bisa aja buat yakinin kamu mulai dari sekarang “
“bukan gitu ron..”
“terus masalahnya apa fi?’
“aku ngga siap buat ldr sama kamu”
“aku cuman takut kamu bakal aneh aneh disini tanpa aku”
“aku cuman takut,kalo sewaktu waktu kamu malah pergi ninggalin aku gara gara kita jarang ketemu”
“aku cuman takut kalo nanti kamu malah berubah,ron”
“Jakarta bandung deket fi,aku bisa bolak balik Jakarta bandung 2 minggu sekali atau sebulan sekali buat ketemu kamu,masalahnya apa lagi?”
“siapa yang dijakarta?” tanya fiana
“kamu inget kan ayah aku minta aku ikut kakak aku?”
“iya inget”
“kamu kira itu dimana?itu di perth ron” sahutnya yang nampaknya mulai menangis
“kamu tau jaraknya berapa? Dari Jakarta ke perth itu 3010 km ron”
“terus,kamu kira pas kita jadian terus aku bakal tenang disana? Ngga ron. Aku was was disana,aku takut sama semua yang aku bilang tadi”
“aku sayang sama kamu,tapi aku nggamau nyakitin perasan aku sama kamu nantinya ron. Lebih baik dari awal aku udah punya keputusan dibanding harus berhenti di tengah jalan nantinnya.”
“aku tadi udah bilang kan?kalo kamu nembak aku pas awal awal,aku pasti ngga akan peduli sama masalah ini,tapi sekarang aku peduli ron. Semenjak aku gantungin kamu,aku cuman mikirin itu.”
Sehabis fiana mengucapkan kalimat kalimat itu,gue mencoba menenangkan tangisannya dengan memeluknya dengan sangat erat. Gue udah merasa nggak peduli dengan keadaan seperti ini,yaitu harus berpelukan di tempat umum, yang gue pikirkan cuman satu,gue mau ngebuat fiana seneng sama gue di malam ini.
“jangan nangis lagi ya? Maafin aku fi aku udah lama gantungin kamu,aku nyesel”
“nggakappa kok ron,yang penting aku udah lega pas aku ngomong semuanya sama kamu”
“ I love you, fi” sahut gue lirih
Gue mulai mencoba menghapus air matanya dan dia pun nampak sudah bisa tersenyum dengan manis. Gue mulai mencoba memainkan rambut fiana perlahan sambil mencoba terus memeluknya dengan erat.
Tanpa tersadar,bola mata kami kembali bertemu dan lama kelamaan wajah kami pun semakin dekat. Perlahan lahan kami mulai memejamkan mata kami dan akhirnya bibir kami pun kembali bertemu diirngi dengan malam yang cukup dingin ini. Sebuah kecupan yang sangat tulus dan hangat dari seseorang yang kembali akan pergi dari kehidupan gue akibat perbuatan gue sendiri.
A goodbye kiss from the woman I loved.
“Saat suatu hubungan berakhir,bukan berarti dua orang saling berhenti mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti – R.A Kartini(habis gelap terbitlah terang)