- Beranda
- Stories from the Heart
ILLUSI
...
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•51.9KAnggota
Tampilkan semua post
TS
open.minded
#2119
Words Once Spoken
Angin malam bersemilir melalui jendela, bukan, bukan jendela, lebih tepatnya pintu kaca yang dibiarkan terbuka ini. Gw masih berdiri meletakkan tas di atas meja, suara pintu terbuka kemudian terdengar, beriringan dengan keluarnya Valli dari kamar itu. Mata gw otomatis langsung memperhatikan sosok yang abru keluar dari kamar itu, Valli sudah mengganti bajunya dari baju yang ia kenakan saat di tokonya tadi, kali ini dia memakai baju yang seperti kaus kutang laki laki, mungkin tank top kalau di perempuan? Entahlah kalau masalah pakaian dalam wanita, Timur jagonya. Valli juga mengganti celana jeansnya ke celana pendek berwarna kuning.
‘Brrr Dingin’ ucap Valli berlari kecil menutup pintu kaca itu.
‘Dingin, mungkin karena kau memakai baju seperti itu’ ucap Gw duduk di sofanya.
‘Ugh, enakan baju ini tauk kalau di rumah!’ balas Valli, lalu duduk di sofa depan Gw.
‘Jadi…. Bantuan apa yang lo butuhkan dari gw kali ini?’
‘Apakah imageku sudah separah itu dipandanganmu hmm?’ Tanya Valli dengan tatapan yang jahil
‘Hanya ada beberapa kemungkinan seorang cewek mengundang laki laki ke rumahnya, pertama, karena mereka adalah sepasang kekasih, yang dimana tentunya itu bukan kita. Kedua, karena mereka adalah keluarga, yang tentunya lagi bukan kita. Ketiga, karena mereka akan bertukar jasa, antara lain bisnis, ini a dalah kategori yang cocok buat kita. Jadi Valli.. apa maumu?’
‘Hmm sepertinya kamu lagi badmood ya? Hoho betapa langkanya kamu badmood kaya gini Di! Biasanya kamu sangat tenang, kalem,… aneh’
‘Ini minggu yang melelahkan buat gw Valli, ini hari libur, dan gw ngantuk sekali, kalau bisa kita selesaikan secepatnya permintaanmu ini’
‘Okay okay, mungkin kamu harus mendengar nasihat Sya untuk tidak bekerja terlalu keras? Aku bahkan tidka pernah meliahtmu bergaul sekalipun di kampus’
Valli berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Sementara mata gw sudah berat sekali, mungkin karena aroma terapi yang Valli hidupkan ini? Gw merasakan rambatan cepat di kepala gw, gak, tepatnya di otak gw, serasa seperti jarum menusuk dari dahi gw ke belakang kepala gw. Gw langsung mengambil sapu tangan di saku gw, lalu meletakannya di hidung gw. Ya, Darah, Darah terlihat di sapu tangan gw yang berwarna abu abu itu. Agh, ini udah ke tiga kalinya terjadi di sini, gak separah yang pertama, tapi tentunya mengganggu, mungkin kalau orang lain akan segera ke dokter untuk memeriksa apa yang salah, namun gka baut gw, karena gw sudah tau apa yang terjadi di tubuh gw, dan gw punya rencana tersendiri buat itu.
Valli pun muncul dari kamarnya membawa dokumen tebel dan menaruhnya di meja di antara kita. Gw langsung menarik dokumen itu ke arah gw, lalu meneliti isinya. Ah, teliti, sangat teliti, pintar, dan rapih. Di hadapan gw terpampang sebuah informasi yang orang lain mungkin akan celaka saat mendapatkannya, gw menatap ke arah Valli, dan seperti biasa mata abu abunya menatap mata gw dengan tajam, disertai dengan senyuman khasnya yang terlihat nakal, tidak, kini terlihat elegan itu.
‘Pertama, gw takjub dengan kerja lo ini, kedua lo itu wanita bodoh untuk ngumpulin ini, ketiga, kenapa lo memperlihatkan ini ke Gw ha?’
‘Seinget gw tuga kuliah gak nyuruh mahasiswanya untuk bunuh diri..’
‘Ini yang dinamakan orang sebuah Dedikasi Di..’
‘Dedikasi ke?’
‘Ke orang yang tertindas..’
‘Lagi, dengan pembicaraan ini. Lo tidak akan bisa menolong semua orang Valli.’
‘Ada apa denganmu Di? Aku kira kamu dari semua orang itu akan sepikiran denganku!’
‘Sepikiran?’
‘Ya! Kalau kau tidak peduli dengan orang lain kenapa kamu mau beresiko untuk mengadopsi Anastasya Ha!’ ucap Valli agak keras
‘Kenapa kamu masih mau menerima Anastasya setelah dia menusuk dadamu!? Kenapa? Kalau bukan kamu peduli’
‘Ya aku tau semua itu dari Anastasya! Kamu tau kalau sampai sekarang dia masih bersalah karena menusukmu dulu?’
‘Stop’ ucap gw memerintahkan. Valli langsung diam
‘Lo gak tau apapun tentang gw, sekarang sebutin, apa yang lo butuhkan dari gw untuk projek lo ini?’
Valli terkejut, dan mematung di hadapan gw. Matanya yang berwarna abu abu itu terbelalak melihat gw, melihat gw dengan pandangan yang gw kenali sekali, ketakutan. Gw menarik nafas dalam dalam lalu mengehembuskannya, entah kenapa emosi gw lepas saat mendengar tekanan Valli tadi, bukan seperti gw yang biasanya. Gw udah biasa berdebat seperti ini dengan Valli, namun kali ini entah kenapa, saat dia benar benar menunjukan keteguhan dia dalam mengerjakan projeknya yang gw selalu tolak emosi gw keluar.
Gw lihat lagi ke arah dokumen yang ada di meja itu, disana ada beberapa profil orang, bukan orang biasa. Gw membuka lembar baru satu persatu melihat profil dan foto yang tertera disana, gw gak bisa bilang kalau gw kenal semua, tapi gw tau banget kalau ini semau adalah profil orang yang bekerja di brothel tempat dimana Recht mengajak gw dulu, tempat gw bertemu dengan Sya. Gw menarik nafas dan menghembuskannya lagi, gw melihat ke arah Valli yang sekarang sudah menunduk, menghindari tatapan gw.
‘Kalau gw menolak ini, lo pasti akan tetap jalan sendiri kan?’ Tanya gw ke Valli yang di jawab dengan anggukannya. Dia tetap menunduk menghindari tatapan gw. Dia takut. Saat itu gw tau kalau gw memang bersalah, gw secara tidak sadar sudah membentak dia tadi, dan apa hak gw untuk berbuat seperti itu? Gw arahkan tangan kanan gw untuk mencari dagunya, lalu mengangkatnya perlahan sehingga wajah Valli terlihat. Wajahnya yang putih, tapi kali ini mata abu abunya yang biasanya terlihat itu tidak ada, karena ia memejamkan kedua matanya dengan sangat erat.
‘Maaf’, gw bilang ke dia. ‘Maaf udah ngebentak lo’, ucap gw lagi. Maaf, sebuah kata yang mungkin selalu dicari dan ditunggu orang. Dan benar saja, perlahan lahan, Valli membuka matanya, perlahan lahan mata abu abu itu bersinar.
‘Ma.. maafin aku juga. Aku terlalu menekanmu.’ Ucap Valli memiringkan kepalanya membuat satu matanya tertutup rambut ikalnya
‘Hahh. Jadi.. apa rencana lo dari data data yang udah lo kumpulin ini’
‘Mempelajari seluk beluk bisnis prostitusi itu’
‘Kau ingin menajdi Mucikari?Eh? aw aw aw! Sakit!’ ucap Gw dijawab dengan jeweran di pipi gw
‘Yang paling penting adalah.. Aku ingin berbicara dengan orang yang berkuasa disitu’
‘Waaw itu adalah langkah yang besar, dari mempelajari ke bertemu dengan kepalanya’
‘Ya, aku tahu ini berbahaya, dan disinilah aku butuh kamu. Aku tau kamu lebih berpengalaman dalam hal ini dari ku, jadi, aku mohon jadilah pembimbingku!’
‘Hoo.. pembimbing huh?’
‘Ah…’
‘Hm? Kenapa?’
‘Gak gak, pembimbing kayanya terlalu aneh buat kamu gak cocok hahaha’ tawa Valli
‘Haaaa?!’
‘Bodyguard.. ya ya.. cocok.. Bodyguard kamu tahu?! Seperti yang di film film, jas hitam, kaca mata hitam.. hahahaha’
‘Sesukamulah’
‘Eh?! Jadi kamu mau?’
‘Kalau gw bilang gak.. lo tetep akan gentayangin gw kan?’
‘Hahaha.. yup’
‘Sekarang, tinggal membuat kontrak, dan kita siap jalan’
‘Kontrak? Buat apa?’
‘Gw bukan badan amal yang bekerja tanpa upah, Gw adalah professional, Gw lebih suka bekerja ditempat yang objektif dan batasan yang jelas’
‘Ahhh.. repot Adiiii’
‘Gak. Ini harus. Ini buat keamanan lo dan gw juga. Sudah gw bilang kan? Jangan terlalu percaya sama orang asing. Bagaimana kalau gw meninggalkan tugas gw? Bagaimana kalau gw minta bayaran lebih?’
‘Tapi…’
‘Dan yang paling penting adalah untuk memastikan lo menuruti perkataan gw.’
‘Jadi kalau lo mau jasa gw, kita harus sepakat di atas kontrak, terucap. Bagaimana? Mau?’
Valli pun mengangguk. Gw langsung mengambil HP gw dan membuka salah satu aplikasi khusus yang digunakan untuk mengikat kontrak di kalangan gw. Gw letakan HP gw di tengah meja dengan layar menghadap keatas sehingga dapat merekam suara dan gambar dengan jelas. Gw ulurkan tangan kanan gw tepat di atas layar HP gw, Valli menyambut tangan kanan gw sehingga kita membuat gesture jabat tangan. Gw ucapkan dengan perlahan perjanjian kontrak yang akan mengikat Gw dengan Valli. Valli mengikuti perkataan gw dengan lancar sampai kontrak yang gw bacakan selesai. Dengan ini gw punya kewajiban baru, begitu juga dengan Valli.
‘Haaaahhh’ desah Gw
‘Kamu gak seperti biasanya kali ini. Kalau kamu yang biasa pasti kamu akan menolak mentah mentah’
‘Ha ha. Ya benar, benar. Tapi kalau gw menolak, lo gak akan bisa berbuat apa apa kan?’ Ucap gw
‘Uhhh mentang mentang aku minta bantuin kamu ngoreksi tugas ku bukan berarti aku gak bisa loh’
‘Oke kalau begitu. Gak jadi ya?’
‘Eh… EH?! Jadi jadi jadi! Iya ampun Adiii!! Aku gak bisa apa apa tanpamu’ teriak Valli sambil mengangkat kedua tangannya bagai orang menyembah setan
‘Hahahaha’
‘Hahahaha’
Gw melihat lagi data di dalam dokumen yang dikumpulkan Valli itu. Hahh entah kesambet setan apa gw bisa menerima tawaran dia untuk ngejagain dan ngebimbing dia dalam projek dia. Meneliti gembong prostitusi di Moscow memang berbahaya, tidak, sangat berbahaya, ini bukan prostitusi kelas Indonesia yang bisa keluar masuk seenaknya saja, konsekuensinya sangat berat, berhasil, atau jadi budak seksa dan mati tanpa jejak. Gw mulai melihat kenapa kalau di sekolah sekolah cewek lebih tinggi peringkatnya dari cowok. Dedikasi.
‘Brrr Dingin’ ucap Valli berlari kecil menutup pintu kaca itu.
‘Dingin, mungkin karena kau memakai baju seperti itu’ ucap Gw duduk di sofanya.
‘Ugh, enakan baju ini tauk kalau di rumah!’ balas Valli, lalu duduk di sofa depan Gw.
‘Jadi…. Bantuan apa yang lo butuhkan dari gw kali ini?’
‘Apakah imageku sudah separah itu dipandanganmu hmm?’ Tanya Valli dengan tatapan yang jahil
‘Hanya ada beberapa kemungkinan seorang cewek mengundang laki laki ke rumahnya, pertama, karena mereka adalah sepasang kekasih, yang dimana tentunya itu bukan kita. Kedua, karena mereka adalah keluarga, yang tentunya lagi bukan kita. Ketiga, karena mereka akan bertukar jasa, antara lain bisnis, ini a dalah kategori yang cocok buat kita. Jadi Valli.. apa maumu?’
‘Hmm sepertinya kamu lagi badmood ya? Hoho betapa langkanya kamu badmood kaya gini Di! Biasanya kamu sangat tenang, kalem,… aneh’
‘Ini minggu yang melelahkan buat gw Valli, ini hari libur, dan gw ngantuk sekali, kalau bisa kita selesaikan secepatnya permintaanmu ini’
‘Okay okay, mungkin kamu harus mendengar nasihat Sya untuk tidak bekerja terlalu keras? Aku bahkan tidka pernah meliahtmu bergaul sekalipun di kampus’
Valli berdiri dan berjalan menuju kamarnya. Sementara mata gw sudah berat sekali, mungkin karena aroma terapi yang Valli hidupkan ini? Gw merasakan rambatan cepat di kepala gw, gak, tepatnya di otak gw, serasa seperti jarum menusuk dari dahi gw ke belakang kepala gw. Gw langsung mengambil sapu tangan di saku gw, lalu meletakannya di hidung gw. Ya, Darah, Darah terlihat di sapu tangan gw yang berwarna abu abu itu. Agh, ini udah ke tiga kalinya terjadi di sini, gak separah yang pertama, tapi tentunya mengganggu, mungkin kalau orang lain akan segera ke dokter untuk memeriksa apa yang salah, namun gka baut gw, karena gw sudah tau apa yang terjadi di tubuh gw, dan gw punya rencana tersendiri buat itu.
Valli pun muncul dari kamarnya membawa dokumen tebel dan menaruhnya di meja di antara kita. Gw langsung menarik dokumen itu ke arah gw, lalu meneliti isinya. Ah, teliti, sangat teliti, pintar, dan rapih. Di hadapan gw terpampang sebuah informasi yang orang lain mungkin akan celaka saat mendapatkannya, gw menatap ke arah Valli, dan seperti biasa mata abu abunya menatap mata gw dengan tajam, disertai dengan senyuman khasnya yang terlihat nakal, tidak, kini terlihat elegan itu.
‘Pertama, gw takjub dengan kerja lo ini, kedua lo itu wanita bodoh untuk ngumpulin ini, ketiga, kenapa lo memperlihatkan ini ke Gw ha?’
‘Seinget gw tuga kuliah gak nyuruh mahasiswanya untuk bunuh diri..’
‘Ini yang dinamakan orang sebuah Dedikasi Di..’
‘Dedikasi ke?’
‘Ke orang yang tertindas..’
‘Lagi, dengan pembicaraan ini. Lo tidak akan bisa menolong semua orang Valli.’
‘Ada apa denganmu Di? Aku kira kamu dari semua orang itu akan sepikiran denganku!’
‘Sepikiran?’
‘Ya! Kalau kau tidak peduli dengan orang lain kenapa kamu mau beresiko untuk mengadopsi Anastasya Ha!’ ucap Valli agak keras
‘Kenapa kamu masih mau menerima Anastasya setelah dia menusuk dadamu!? Kenapa? Kalau bukan kamu peduli’
‘Ya aku tau semua itu dari Anastasya! Kamu tau kalau sampai sekarang dia masih bersalah karena menusukmu dulu?’
‘Stop’ ucap gw memerintahkan. Valli langsung diam
‘Lo gak tau apapun tentang gw, sekarang sebutin, apa yang lo butuhkan dari gw untuk projek lo ini?’
Valli terkejut, dan mematung di hadapan gw. Matanya yang berwarna abu abu itu terbelalak melihat gw, melihat gw dengan pandangan yang gw kenali sekali, ketakutan. Gw menarik nafas dalam dalam lalu mengehembuskannya, entah kenapa emosi gw lepas saat mendengar tekanan Valli tadi, bukan seperti gw yang biasanya. Gw udah biasa berdebat seperti ini dengan Valli, namun kali ini entah kenapa, saat dia benar benar menunjukan keteguhan dia dalam mengerjakan projeknya yang gw selalu tolak emosi gw keluar.
Gw lihat lagi ke arah dokumen yang ada di meja itu, disana ada beberapa profil orang, bukan orang biasa. Gw membuka lembar baru satu persatu melihat profil dan foto yang tertera disana, gw gak bisa bilang kalau gw kenal semua, tapi gw tau banget kalau ini semau adalah profil orang yang bekerja di brothel tempat dimana Recht mengajak gw dulu, tempat gw bertemu dengan Sya. Gw menarik nafas dan menghembuskannya lagi, gw melihat ke arah Valli yang sekarang sudah menunduk, menghindari tatapan gw.
‘Kalau gw menolak ini, lo pasti akan tetap jalan sendiri kan?’ Tanya gw ke Valli yang di jawab dengan anggukannya. Dia tetap menunduk menghindari tatapan gw. Dia takut. Saat itu gw tau kalau gw memang bersalah, gw secara tidak sadar sudah membentak dia tadi, dan apa hak gw untuk berbuat seperti itu? Gw arahkan tangan kanan gw untuk mencari dagunya, lalu mengangkatnya perlahan sehingga wajah Valli terlihat. Wajahnya yang putih, tapi kali ini mata abu abunya yang biasanya terlihat itu tidak ada, karena ia memejamkan kedua matanya dengan sangat erat.
‘Maaf’, gw bilang ke dia. ‘Maaf udah ngebentak lo’, ucap gw lagi. Maaf, sebuah kata yang mungkin selalu dicari dan ditunggu orang. Dan benar saja, perlahan lahan, Valli membuka matanya, perlahan lahan mata abu abu itu bersinar.
‘Ma.. maafin aku juga. Aku terlalu menekanmu.’ Ucap Valli memiringkan kepalanya membuat satu matanya tertutup rambut ikalnya
‘Hahh. Jadi.. apa rencana lo dari data data yang udah lo kumpulin ini’
‘Mempelajari seluk beluk bisnis prostitusi itu’
‘Kau ingin menajdi Mucikari?Eh? aw aw aw! Sakit!’ ucap Gw dijawab dengan jeweran di pipi gw
‘Yang paling penting adalah.. Aku ingin berbicara dengan orang yang berkuasa disitu’
‘Waaw itu adalah langkah yang besar, dari mempelajari ke bertemu dengan kepalanya’
‘Ya, aku tahu ini berbahaya, dan disinilah aku butuh kamu. Aku tau kamu lebih berpengalaman dalam hal ini dari ku, jadi, aku mohon jadilah pembimbingku!’
‘Hoo.. pembimbing huh?’
‘Ah…’
‘Hm? Kenapa?’
‘Gak gak, pembimbing kayanya terlalu aneh buat kamu gak cocok hahaha’ tawa Valli
‘Haaaa?!’
‘Bodyguard.. ya ya.. cocok.. Bodyguard kamu tahu?! Seperti yang di film film, jas hitam, kaca mata hitam.. hahahaha’
‘Sesukamulah’
‘Eh?! Jadi kamu mau?’
‘Kalau gw bilang gak.. lo tetep akan gentayangin gw kan?’
‘Hahaha.. yup’
‘Sekarang, tinggal membuat kontrak, dan kita siap jalan’
‘Kontrak? Buat apa?’
‘Gw bukan badan amal yang bekerja tanpa upah, Gw adalah professional, Gw lebih suka bekerja ditempat yang objektif dan batasan yang jelas’
‘Ahhh.. repot Adiiii’
‘Gak. Ini harus. Ini buat keamanan lo dan gw juga. Sudah gw bilang kan? Jangan terlalu percaya sama orang asing. Bagaimana kalau gw meninggalkan tugas gw? Bagaimana kalau gw minta bayaran lebih?’
‘Tapi…’
‘Dan yang paling penting adalah untuk memastikan lo menuruti perkataan gw.’
‘Jadi kalau lo mau jasa gw, kita harus sepakat di atas kontrak, terucap. Bagaimana? Mau?’
Valli pun mengangguk. Gw langsung mengambil HP gw dan membuka salah satu aplikasi khusus yang digunakan untuk mengikat kontrak di kalangan gw. Gw letakan HP gw di tengah meja dengan layar menghadap keatas sehingga dapat merekam suara dan gambar dengan jelas. Gw ulurkan tangan kanan gw tepat di atas layar HP gw, Valli menyambut tangan kanan gw sehingga kita membuat gesture jabat tangan. Gw ucapkan dengan perlahan perjanjian kontrak yang akan mengikat Gw dengan Valli. Valli mengikuti perkataan gw dengan lancar sampai kontrak yang gw bacakan selesai. Dengan ini gw punya kewajiban baru, begitu juga dengan Valli.
‘Haaaahhh’ desah Gw
‘Kamu gak seperti biasanya kali ini. Kalau kamu yang biasa pasti kamu akan menolak mentah mentah’
‘Ha ha. Ya benar, benar. Tapi kalau gw menolak, lo gak akan bisa berbuat apa apa kan?’ Ucap gw
‘Uhhh mentang mentang aku minta bantuin kamu ngoreksi tugas ku bukan berarti aku gak bisa loh’
‘Oke kalau begitu. Gak jadi ya?’
‘Eh… EH?! Jadi jadi jadi! Iya ampun Adiii!! Aku gak bisa apa apa tanpamu’ teriak Valli sambil mengangkat kedua tangannya bagai orang menyembah setan
‘Hahahaha’
‘Hahahaha’
Gw melihat lagi data di dalam dokumen yang dikumpulkan Valli itu. Hahh entah kesambet setan apa gw bisa menerima tawaran dia untuk ngejagain dan ngebimbing dia dalam projek dia. Meneliti gembong prostitusi di Moscow memang berbahaya, tidak, sangat berbahaya, ini bukan prostitusi kelas Indonesia yang bisa keluar masuk seenaknya saja, konsekuensinya sangat berat, berhasil, atau jadi budak seksa dan mati tanpa jejak. Gw mulai melihat kenapa kalau di sekolah sekolah cewek lebih tinggi peringkatnya dari cowok. Dedikasi.
Diubah oleh open.minded 18-06-2016 10:34
thespecialist dan 17 lainnya memberi reputasi
18
