Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

citanisaAvatar border
TS
citanisa
Berondongku sayang, i love you, muach
Malam..
Kali ini Cita datang dengan cerita fiksi kisah cinta antara Cita dengan Rei. Maaf ya kalau berantakan dan ada failnya, Cita nubi nih, mohon bimbingannya hihihi.


Cita memutuskan tidak akan ada adegan BB+ karena Cita menghargai Rei emoticon-Smilie

Berondongku sayang, i love you, muach


Mentari pagi sudah bersinar menyinari kamarku melalui jendela yang sengaja aku buka tirainya. Alarm menunjukkan pukul 5.30 pagi. Dengan langkah gontai aku pergi menuju kamar mandi dan mandi. Cukup 5 menit saja aku mandi membersihkan diri dari iler dan bau badan, hihihihi. Kembali ke kamar dan bersegara berdandan, ku kenakan dress baloon pinkku, lalu blazer hitam kesayanganku, celana jeans hitam dan tentu saja dalaman-dalaman lainnya yang gak perlu aku tulis emoticon-Big Grin

"Ibuuuuu, sarapan apa?" tanyaku pada ibu yang sedang menonton berita di depan tv
"Beli aja sana, beli bubur gudeg di Mbah Pur" ibuku memberikan selembar uang Rp 10.000

"Yahhh, giliranku beli bubur nih" batinku sebal

Jadi biasanya siapa yang sudah mandi maka dia yang membeli sarapan, biasanya sih bergantian antara aku dan adik laki-lakiku. Ibuku jarang sekali memasak. Beliau sangay sibuk dengan pekerjaannya, maklum beliau single mom. Yup aku sudah tidak punya ayah, ayahku pergi entah kemana.

Aku keluar rumah dan menuju rumah Mbah Pur, yang hanya berjarak 10 meter saja dari rumahku. Mbah Pur sangat ramah, dan beliau sangat mengutamakan antrian anak sekolah. Yah meski aku sudah lulus SMA tapi Mbah Pur tau kalau aku masih sekolah (kuliah) jadi ya gak ada yang bisa nyalip aku kalau mengantri. Hihihihi.

Begitu sampai halaman depan rumahnya, ku lihat Mbah Pur sedang melayani 1 pembeli saja dan sudah selesai. Lekas-lekas ku hampiri Mbah Pur.

"Mbah nyuwun bubur gudeg, tigo, pedes nggih" sembari ku keluarkan uang Rp 10.000 dari kantung blazerku.

Oh iya artinya "Mbah minta bubur gudeg, tiga, pedes ya"

Mbah Pur pun segera menyidukkan centong untuk mengambil bubur, gudeg, setengah telur uang sudah diiris dan tak ketinggalan krecek pedesnya. Manteb tho emoticon-Big Grin

Sepulangku dari Mbah Pur nampak mulai banyak orang berdatangan hendak membeli sarapan juga. Untung aja aku berangkatnya mruput.

Sampai rumah segera ku berikan bubur gudeg pada ibu dan adikku Zoi. Kami sarapan bertiga, setelah itu aku dan Zoi segera berpamitan pada ibu.

Zoi adikku sekolah di SMP Gajah sementara aku berkuliah di Universitas Merah. Karena letak sekolah Zoi dan kampusku lumayan dekat, maka aku harus mengantar jemput dia. Ya jadi kakak yang cantik sekaligus baik buat adik laki-lakinya.

Zoi adikku saat ini duduk di kelas 2, adikku anak yang pintar sebenarnya tapi dia malas belajar. Meski begitu nilainya selalu bagus, heran deh. Sementara aku ya nilai-nilai mata kuliahku standar aja, tapi cukup baik dan gak ada yang mengulang. Saat ini aku semester 4 di jurusan Psikologi.

Tak sampai 10 menit kami sudah tiba di depan pintu gerbang sekolah Zoi. Zoi turun dari motor matic kesayanganku dan berucap

"Nanti gak usah jemput, aku nanti nebeng Herlan sekalian ngerjain tugas"
"Halah, bilang aja mau ke gamenet" selorohku
"Ya itu juga tapi kan beneran ngerjain tugas, bikin mading nih nanti"
"Oke deh, nanti aku bisa nonton deh. Hahahaha" balasku dengan gembira
"Dah kak, aku duluan ya" Zio pamit dan langsung memasuki halaman sekolahnya.

Segera ku pacu motor matic warna pink kesayanganku menuju arah Timur, ke arah kampus Merah.
































Terimakasih banyak buat para pembaca setia sampai bisa masuk TT 3x


Berondongku sayang, i love you, muach
Diubah oleh citanisa 13-03-2017 13:54
lumut66
rykenpb
someshitness
someshitness dan 5 lainnya memberi reputasi
6
183K
964
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread43KAnggota
Tampilkan semua post
citanisaAvatar border
TS
citanisa
#732
Part30: Cause youre my everything (TAMAT)
Beberapa hari semenjak Rei pulang ke Semarang, Rei hanya mengirimiku chat WA sekitar empat kali saja. Semua isi chatnya menyatakan seluruh isi perasaannya padaku, dan dia memintaku bersabar untuk menunggu dia kembali ke Jogja. Aku berusaha menerima kenyataan ini dengan lapang dada dan berdoa "Ya Allah, jika dia jodohku maka dekatkanlah dia padaku. Bawa dia kembali ke sini, amin" pintaku pada sang Maha Pencipta.

Hari-hari menjelang wisuda ku lalui dengan di rumah saja, membeli bubur gudeg mbah Pur untuk sarapan satu rumah, chat dengan Anggi mengenai booking salon dan kebaya, membuat kue selagi ibu pergi bekerja, lalu merecoki Zio yang tengah bermain game online di kamarnya berjam-jam setelah dia mengetahui dirinya diterima di SMA Langit, video call dengan ayah menanyakan kabarnya sekeluarga, dan bermain ke sebelah menghampiri Rere yang sedang sibuk mentraining pegawai baru.

---
"Ibu Cita duluan yaaa, taxinya udah dateng. Undangannya jangan lupa dibawa" pamitku pada ibu kemudian berlari menuju pintu ruang tamu. Buru-buru segera ku sambar ransel dan togaku yang sudah ku letakkan di kursi ruang tamu dari semalam. Ku jejalkan kedua kakiku ke dalam sepatu high heel hitamku dan aku bergegas masuk ke dalam taxi, duduk di belakang seorang diri.

Taxi pun mulai meninggalkan rumah perlahan-lahan. Ku keluarkan handphoneku dari dalam ransel dan ku telpon Anggi. "Gi aku otw ke situ nih"
"Ya buruan ya, aku udah di dalem salon mbak Novi" terdengar nyaring suara di ujung telpon.
"Oke"
Ku sudahi panggilan itu dan memasukkannya kembali ke dalam ransel.
"Pak nanti masuk ke jalan baru sebelah timur kampus ya, nanti di kanan jalan ada plang nama salon Novi" ucapku pada supir taxi biru.

Ku lihat jam tangan di pergelangan tangan kiriku menunjukkan pukul lima lebih seperempat. Langit kota Jogja masih gelap. Matahari seakan malu menyapaku, bersembunyi di balik kumpulan awan putih lembut yang saling beriringan.

"Hari ini perjuanganku di mulai, meski dia tidak ada di sini" pikirku sembari menghela nafas pendek. "Wake up Cita! This is your big day! Smile!" semangatku yang tiba-tiba muncul mengingat masa-masa kuliahku yang sudah ku lewati.

---
Ku bayar argo taxi dengan selembar rupiah berwarna merah.
"Kembaliannya disimpan aja pak" ucapku
"Terimakasih mbak, semoga hari ini wisudanya berjalan lancar"
"Aminnnn"

Aku bergegas turun dari dalam taxi membawa ransel dan togaku. Ku buka pintu salon yang sudah aku booking bersama Anggi, nampak Anggi sudah selesai di make up oleh mbak Novi pemilik salon yang ramah itu.
"Buruan duduk di sini" seru Anggi yang kemudian berlalu ke kamar sebelah untuk memakai kebaya.

Ku letakkan bawaanku di atas meja ruang tamu dan segera duduk di kursi yang tadi dipakai Anggi. Mbak Novi segera membersihkan wajahku dan memulai meriasnya. Tak sampai 30 menit riasannya selesai menempel lekat di wajahku. Aku memang merequest untuk make up yang simple saja karena aku sebenarnya tidak nyaman dengan make up yang tebal.

Lalu mbak Novi mulai membuat konde simple modern dengan rambut panjangku yang nampak digulung dan disemprotkan hair spray beberapa kali. Aku meminta dibuatkan konde sederhana dengan sebuah kepangan kecil di sisi kanan supaya nampak lebih muda dan tidak monoton.

Beberapa menit kemudian aku sudah selesai di make over mbak Novi dan segera berganti dengan kebaya warna pink salem soft yang sudah jauh-jauh hari aku sewa di sini.

---

"Lihat dua gadis ini, tiga setengah tahun lalu kita pakai hem putih dan rok hitam membawa atribut-atribut ospek dan sekarang kita sudah memakai toga" ujar Anggi.
Kami tersenyum berdiri di depan dinding cermin yang cukup besar bagi kami berdua.

"Makasih ya mbak pagi-pagi udah mau dandanin dua itik ini hehehe" ucapku pada mbak Novi

"Sama-sama, buruan sana berangkat nanti keburu telat lho" mbak Novi mengingatkan

Aku dan Anggi segera berangkat ke kampus menenteng topi toga kami, jarak dari salon mbak Novi sampai ke gedung wisuda sekitar 7 menit saja jika berjalan kaki. Jalanan di sekitar kampus mulai padat dengan kendaraan para wisudawan. Hari ini ribuan mahasiswa-mahasiswi akan diwisuda secara serentak dari seluruh prodi. Salah satu jalanan utama kota ini akan sedikit macet. Biasanya jauh-jauh hari akan ada pemberitahuannya melalui koran, sosial media ataupun siaran radio lokal.

Aku dan Anggi tiba di barisan prodi kami, nampak Arif pacar Anggi sudah tiba bersama mamanya Anggi. "Cit, tasmu titipin ke Arif aja dulu, masa mau kamu bawa masuk gitu" ucap Anggi menatap ransel yang kugendong di punggung.
"Hehehe gak boleh ya" candaku
Ku serahkan tasku pada Arif yang sudah menerima tas milik Anggi duluan. "Makasih lho rif, nanti tasku harus berubah jadi tas branded ya hehehe"
"Ya nanti aku jual dulu isinya" balas Arif

Mamanya Anggi membantu memakaikan topi togaku, beliau tersenyum padaku "Cita ini kok gak keliatan kalau udah mau wisuda ya, wajahnya kaya anak kecil lho"
"Maksih tante, berarti Cita awet muda kan ya?" tanyaku yang langsung ditanggapi Anggi
"Itu bukan pujiann woyyy hahahaha"

Aku dan Anggi segera masuk ke dalam barisan sama seperti saat gladi resik kemarin. Menyatu bersama beberapa teman yang sukses cumlaude juga, serra tentu saja dengan beberapa senior yang kami kenal baik.

---
"Anggi Andini" terdengar nama Anggi disebut, Anggi yang duduk di sampingku bergegas berdiri dan berjalan dengan anggun naik ke atas stage diiringi tepuk tangan dariku dan kawan-kawan. Aku turut bahagia untuk sahabat terbaikku ini, dan tiba saat namaku disebut "Cita Nisa" tepuk tangan yang cukup riuh terdengar dari sudut lainnya. Dapat ku lihat Zio berdiri dan bertepuk tangan dengan semangat membara. Aku tertawa kecil melihat aksi adekku itu dan segera berlalu menuju stage mengikuti ceremony.
---

Aku dan Anggi sudah menyelesaikan upacara hari ini, kami pun keluar gedung menemui keluarga kami yang sudah menunggu di samping gedung. Di dalam gedung ceremony wisuda masih berlangsung untuk prodi-prodi lainnya. Arif datang menghampiri Anggi yang sudah mengeluh kepanasan karena toganya dan dengan gokilnya membuka toganya di depan Arif. Nampak mamanya marah-marah kecil "aduhhhh belum di foto pakai toga kok dilepas?!"
"Panas mahhhh" rengek Anggi.

Ku lihat Arif memberikan sebuket bunga mawar putih kepada Anggi sembari memeluknya. "Aduhhh panas nih panasss" sindirku pada mereka
"Nah ini buat kamu Cit, selamat ya" ucap Arif sambil memberikan ranselku.

"Makasih lho rif, ini kan lebih mahal dari bunga" candaku

Aku dan Anggi tertawa terbahak-bahak hingga beberapa orang melihat kami dan Zio menutupi wajahnya seakan malu memiliki kakak sepertiku. Ibu dan mamanya Anggi memasang wajah heran menatap anak gadisnya cekikikan.

Setelah berfoto bersama dengan keluarga masing-masing, dan ramai-ramai kami berpisah dan pulang.

Di dalam mobil ibu bertanya padaku yang duduk di belakang "mau makan apa siang ini?"
"Apa aja bu" jawabku sedikit malas
"Kamu capek? Apa kita langsung pulang aja?" tawar ibu melirikku dari kaca spion dalam.
"Enggak bu, makan aja ayo." jawabku lebih bersemangat sambil melepas togaku.

Mobil sedan ibu terus melaju di jalanan kota Jogja ini ke arah utara, jalanan yang selalu macet di siang hari. Ku lihat ke arah luar jendela, motor-motor saling menyalip pelan di antara mobil-mobil. "Ah rasanya baru kemarin dia menepuk pundakku, menyapaku dan memintaku membantunya belajar di jalan ini" pikiranku melayang ke masa lalu, melihat samar ke jalan yang sama dengan waktu itu.

Tiba di rumah makan di dekat rumah, rumah makan yang tidak sempit namun juga tidak lebar. Terdapat kolam ikan di tengahnya dengan airnya yang berwarna hijau muda karena lumut. Kami duduk lesehan di salah satu bungalo yang kosong dan aku masih menggunakan kebayaku yang membuat beberapa pengunjung tersenyum bahkan sebelum aku duduk ada sepasang warga negara asing dari Belanda yang ingin berfoto bersama. Ibu tertawa kecil melihatku bersama pasutri muda asal Belanda wefie bersama.

Makan siang kami sudah tiba, 1 bakul besar nasi putih hangat dengan aroma daun pandan menggodaku untuk mengambil nasi duluan, dan beberapa lauk seperti tahu, tempe, ayam dan sayur cah kangkung siap untuk disantap. Tak lupa dengan sambal tomatnya ku tuang ke tepi piringku. Tiga gelas besar es jeruk juga sudah tersedia di meja, siap menghapus rasa dahaga kami yang sedari tadi mendera.

Zio makan dengan lahapnya. Sangat mengherankan bagaimana adikku ini bisa makan hingga 3 kali menambah nasi sementara perutnya tidak gendut. Dia tidak perlu repot-repot diet seperti sahabatnya Herlan yang cukup gendut itu karena hobi makan coklat.

Ibu menikmati makan siangnya dengan tenang nan anggun, tidak sepertiku dan Zio yang seperti ikan piranha kelaparan, hehehe. Seusai makan dan beristirahat sejenak, kami pun sepakat untuk pulang.

---
Sesampainya di rumah kami segera masuk ke kamar masing-masing, beristirahat setelah seharian menemaniku wisuda. Ku lempar ranselku ke atas kasur dan aku segera mengambil baju ganti plus sebotol bedak dan membawanya ke kamar mandi. Ku tuangkan bedak ke atas kepalaku lalu ku gosok-gosok rambutku dengan bedak seperti saat keramas, baru aku membilasnya dengan air hangat melalui shower. ini tips paling ampuh untuk menghilangkan efek hair spray di rambut. Kemudian aku keramas dengan shampo aroma bunga dan mandi dengan berendam air hangat plus extra busa di bathup merilekskan badan.

Selesai mandi, aku berganti pakaian dan keluar menuju kamar, ku dengar suara notif WA pada hp ku di kasur. Ku lihat ada 1 chat masuk, dari Rei. Senyumku terkembang lebar melihat nama Rei, namun senyum itu tak berlangsung lama.
"Selamat ya udah resmi jadi sarjana. Maaf untuk selalu membuatmu menunggu"

Ku ketik balasan untuk Rei "Kapan kamu kembali?"

Dan hanya ada dua centang biru saja setelah itu. Rei hanya membaca pesanku tanpa membalasnya. Sudah ku duga, mungkin memang dia tidak akan pernah kembali. "Sayonara Rei " ucapku dalam hati, tak terasa air mata sudah meleleh di ke dua pipiku. Sore ini biarkan aku menangis sepuasku dan akan ku lanjutkan hidupku esok hari. Aku memilih tiduran sembari menangis dan aku tertidur.

---
"Kakkkkkkkkk, kakkkkkkk bangunnnnn" Zio berteriak di depan pintu kamar dan sukses membangunkanku.

Ku berjalan ke arah pintu dan membukanya "apaaaa?" tanyaku dingin

"Hiaaaa, real sadako, benerin tuh rambut serem amat, apa rumah hantu pindah di kamarmu?" ejek Zio

Ku lihat Zio membawa sebuah kotak kado di balik punggungnya.

"Apa itu?" tanyaku bersemangat

"Cuci muka dulu sana, baru aku kasih" balas Zio

Tak perlu waktu lama aku sudah berlari ke kamar mandi mencuci wajahku dan merapikan rambut panjangku yang tergerai persis sadako, lalu berlari lagi menyusul Zio yang sudah duduk di kursi meja bekajarku. Ku lihat sebuah kotak berukuran sedang berwarna putih polos berhiaskan pita berwarna putih juga tergeletak di atas mejaku.

"Ini kado dari aku kak buat kamu, selamat ya buat hari ini"

"Uwaaaaa kakak terharu punya adek yang care gini gak sia-sia kakak punya adek yang nyebelin, tukang ngabisin makanan pula"

"Gak jadi deh"

"Aaaa becandaaaaa, boleh kakak lihat isinya?"

"Buka aja, oh iya dipakai ya buat nanti, aku traktir makan deh kak malam ini"

"Wahhh duitmu lagi banyak ya, dari mana?"

"Dari game online, habis jualan"

"Oh bisa ya dapet duit dari game online? Halal kan tapi?"

"Halalllll, dah buruan pakai, setengah jam lagi berangkat"

Zio keluar dari kamarku, ku tutup pintu kamarku dan segera ku buka kado dari Zio. Nampak sehelai gaun pesta berwarna putih gading. Cantik sekali, kainnya halus dengan kerah model sabrina, nyaris seperti wedding dress sekilas. Ku coba tempelkan di depan badanku dan bercermin di depan lemariku. Nampak sesosok gadis bak putri dalam dongeng disney meski matanya nampak bengkak karena tadi menangis.

----
"Kakkk ayo berangkat" panggil Zio dari ruang tengah

"Sebentarrrr, aku cari sepatuku dulu"
Ku temukan sepatu yang cocok dengan dress yang sudah menempel di tubuhku. Ku pakai sepatu berwarna putih degan model flat shoes khas balerina itu.

Ku masukkan dompet dan handphone ku dalam tas kecilku yang berwarna pink salem dengan tali berupa rantai kecil-kecil berwarna soft gold. Ku biarkan rambutku tergerai bebas, poni ku sisir rapi ke kiri dan hanya kugunakan bando tipis berwarna hitam polos agar terkesan semakin rapi.

Ku hampiri Zio yang sudah siap di depan pintu rumah. "Ibu mana?" tanyaku pada Zio
"Oh, hmm ibu tadi pergi katanya ada acara" jawab Zio tanpa memandangku
"Terus naik apa berangkat dinnernya? Jangan bilang naik motor" ku pasang wajah cemberutku
"Enggak, tuh taxinya udah datang" tunjuk Zio ke depan rumah, nampak satu taxi tiba di depan rumah dan masih satu merk yang sama dengan yang ku pakai tadi pagi. Zio mengunci pintu rumah dan segera menarikku masuk ke dalam taxi.

"Restauran Omah Dhuwur pak" ucap Zio pada bapak supir taxi. Mobilpun segera melesat meninggalkan rumah.

"Hahhh serius ke sana? Duh bawa kartu kredit gak nih" aku cemas membuka tasku
"Ya ampun kak gak percaya banget sama aku, santai aja. Berapa sih kalau dinner di sana" ucap Zio penuh percaya diri
"Berapa ya? Terakhir kali aku ke sana waktu sweet seventeennya Rere hihihi. Tapi ngomong-ngomong tumben kamu rapi gini pakai kemeja?" tanyaku curiga
"Masa' kakaknya cakep, adeknya enggak" canda Zio.

Jalanan malam kota Jogja ini belum begitu padat mungkin karena masih jam tujuh malam atau mungkin karena bapak supir taxi yang cerdas mencari jalan dari Jogja bagian utara harus tiba ke daerah Kota Gede secepat mungkin tanpa terkena macet.

Setibanya kami di depan Omah Dhuwur, Zio membayar argo yang bagiku tidak murah karena aku terbiasa naik motor atau nebeng mobil ibu hehehe. Kami tiba di depan pintu masuk yang berupa beberapa anak tangga. Saat aku mau melangkah menaiki anak tangga Zio justru melarangku "Stop kak"
"Heh kenapa?"
"Hadap ke belakang"
Aku menuruti Zio dan tiba-tiba dia menutupi mataku dengan sebuah kain berwarna hitam.
"Mau ngapain pakai penutup mata Zioooo emang kita main masangin di alun-alun kidul?"
"Udah sini gandengan sama aku kak jalannya"

Kami pun bergandengan, Zio menuntunku dengan baik setiap menapaki anak tangga. Lalu aku mendengar

"Cruising when the sun goes down
Across the sea
Searching for
Something inside of me"

"Lagunya Glenn kan ya" ucapku dalam hati. Zio terus menggandengku berjalan menyusuri koridor restauran yang berlantaikan kayu hingga kami tiba di ujung jalan dan menuruni anak tangga.

"I will find all the lost pieces
Heart will feel
Deep and real
I was blind but now i see"

Dapat kurasakan kami sudah tiba di taman. Aku merasa menginjak rumput-rumput lembut di balik sepatuku. Zio menuntunku duduk pada sebuah kursi lalu melepaskan gandengannya dan seseorang terus menyanyikan lagu berjudul You're my everything, semakin dekat suaranya dan semakin dekat. Aku kenal suara itu!

"Yeahhh
You`re the one
Yeahhh
You're the one
Yeahhh
I can`t live without u"

Ku lepas kain penutup di mataku dan ku lihat dia tepat di hadapanku. Dia yang berjanji akan kembali padaku. Dia bernyanyi diiringi sebuah band yang tak jauh dari kami. "Apa ini mimpi?" ucapku lirih seakan tak percaya.

"Take me to your place
Where our hearts belong together
I will follow you
Cause you`re the reason that i breathe

I`ll come running to you
Feel me with your love forever
Promise you one thing
I will never let you go
Cause you are my everything"

Ku peluk Rei saat itu juga begitu dia selesai menyanyi. Ku dekap erat tubuh hangatnya seakan aku takut berpisah lagi dengannya. Dari kejauhan aku melihat meja makan yang sudah dikelilingi oleh Zio, Ibu, Ayah Rei, Haera, Rico calon suaminya bahkan ada Ayah!

"Would you want to marry me?" ucap Rei di telingaku
Ku tatap ke dua mata hangatnya dan ku katakan dengan semangat "Ya!!"
Rei tersenyum lembut dan mencium keningku.

Langit malam itu terlihat sangat luas dari sini, bintang-bintang menghiasi malam indah yang takkan pernah ku lupakan. Angin berhembus pelan memainkan ujung rambutku. Rei menggandengku berjalan ke arah meja di mana semua orang menunggu kami.

Berondongku sayang, i love you, muach.

(TAMAT)
Diubah oleh citanisa 30-04-2016 13:03
romo212
littlebboy
lumut66
lumut66 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.